Ambigu

20 2 0
                                    

sepucuk undangan ku tuliskan, untuk menjamu dirimu dalam keheningan. Tersaji hidangan, serta sisa-sisa kenangan. Satu persatu tiba dalam meja, sebuah minuman pembuka, dan cemilan seadanya.

Bisa tidak jikalau kita kembali melanjutkan cerita perjalanan bersama?. menyemangati, mendukung, mensupport semua yang di lakukan kedepannya. melangkah bersamamu adalah sebuah ketenangan. tatkala riuhnya isi kepala mengepung bagai perang kisah mahabarata. sejenak melihat senyummu berseri saja pandawa turut bahagia.

apakah kamu akan menyerah?, menurutku bukan saatnya untuk kita putus asa. Mari kepakkan sayap bersama, hentakkan kaki dengan begitu kerasnya, tebas yang akan menghalangi langkah kita. namun, jika tak ada jalan lain. Apa boleh buat, yang bisa dilakukan hanya berpasrah kepada tuhan. Mungkin ini adalah rangkaian rencananya. Kita di pisahkan pada malam ini, di persatukan dalam puncak pelaminan nanti.

Loh, jangan heran. Tak ada salahnya bukan kita berdoa?, ini hanya sebuah percikan kecil doa yang ku sampaikan pada tuhan. semoga saja jodohmu itu doanya kalah kencang.

Tidak perlu khawatir, aku sedang berjuang berkarir. Aku berusaha untuk melangkah maju, mohon bersabar terlebih dahulu. bantu aku, kau berdoa pada semesta agar mempermudahkan jalan untuk menuju masa depan kita yang indah. Jangan bersedih lagi, kitakan masih jalan bareng-bareng, masa kamu takut.

Pada malam ini, gedung pencakar langit menjadi saksi betapa pikiran beradu pendapat dengan serempak. Hati berkata pada logika. "aku tak ingin ia pergi, aku ingin ia berada dalam genggaman, berada dalam pelukan, saat dirinya lelah aku menjadi sandaran, serta menjadi tempat menghilangkan resah yang paling nyaman untuknya."

Namun logika menjawab, "untuk apa kamu berharap pada dirinya?, sudah tak seharusnya kamu bersama, banyak yang tak menyukai kita. Halangan dan rintangan akan semakin rumit jika kita paksakan semuanya."

Hati dengan keras kepalanya enggan meninggalkan sang permaisuri. Logika, hanya ingin hati kecilnya tidak tersakiti, dan segera ingin beranjak kaki. Sebab rumitnya permasalahan saat ini untuk di hadapi.

Jiwa menenangkan mereka berdua, dengan keputusan yang seadil-adilnya. "Hati tak ingin pergi, tak mengapa. kita bertahan semua kisahnya. Logika ingin beranjak pergi?, tunggu sejenak. jika kamu ingin melangkahkan kaki dari hubungan ini, tandanya kamu pecundang. Kamu lemah, bukan saatnya menyerah. Kita bisa lewati ini bersama, kompaklah. Dukung satu sama lain, tidak usah pentingkan ego masing-masing."

Jika nanti kerja keras kita tidak membuahkan hasil, maka logika pemenangnya. Namun, jika kita bisa melewatinya, hatilah sang juara. Riuhnya berdebatan, sudah seperti debat anggota dewan. Semua kita tanggung bersama, agar menjadi manusia hebat nan tangguh dan percaya diri akan segalanya. Tak perlu risau, konsekuensinya sudah di pikirkan bersama.

"Apa yang akan terjadi kedepannya?" tanya logika kepada hati. "Apapun yang akan terjadi, kita hadapi. Tidaklah lemah jiwa kita untuk menyerah. Kita tubruk walau buruk. Kita hantam walau kedepannya suram. Kita tak selemah itu wahai kogika. Mari bangkit, buktikan pada dunia kita bisa". ucap hati yang bersemangat dengan berapi-api.

Logika hanya menurut, hatipun enggan melanjutkan perdebatan. Tidak apa-apa, jika jiwa kita lelah. Kita rebahkan saja. Tak perlu juga khawatir, kita akan seperti sambaran petir.

Ada pesan dari logika untukmu permaisuri, "Jangan kau kecewakan hati kecilku wahai permaisuri. ia sudah melawan rasa sakit yang kau beri, bersabar akan perlakuanmu kemarin-kemarin.mohon untuk berpartisipasi, agar berjuang keras bersama untuk hubungan ini"

Hatipun ikut berpesan, "Aku sudah bertahan, aku ingin kita tetap bersama. Aku tak ingin kita menjadi asing, aku tidak ingin kita sampai menyudahi kisah yang akan menorehkan sejarah. Ku mohon bantuannya, kita sama-sama berjalan kembali ya"

Lalu jiwapun ikut menyampaikan pesan kepadamu, "Ku tak akan banyak berbicara, aku hanya titipkan hati dan logika ini kepadamu agar tak disakiti. ia sudah bersabar dengan penuh pertimbangan."

Akhir cerita riuhnya jiwa terobati, saat keesokannya bertemu denganmu. bercanda, berpegangan tangan begitu eratnya, ah sungguh terobati sekali rindu ini. Terima kasih, telah berkontribusi tuk bersama lagi. Ku mohon jangan beranjak pergi, entah apa yang akan terjadi kepada hati kecil dan logika ini saat kau hilang dalam raga yang nestapa ini.

 Ku mohon jangan beranjak pergi, entah apa yang akan terjadi kepada hati kecil dan logika ini saat kau hilang dalam raga yang nestapa ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SwastamitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang