5.00 - Tawanan Abadi

8 1 0
                                    

Sekawanan burung yang terbang seolah menembus langit yang menyala-nyala tak cukup membuatku tertarik untuk mendongakkan kepala lebih lama. Jingganya yang menenangkan tak membuatku lantas mengulas senyuman. Senja kelihatan tak lagi semenawan biasanya, Tuan. Entah karena langit sering dilanda sedikit muram, atau karena dulu kau memilih pisah tepat sebelum senja tenggelam.

Semenjak hari itu, aku memaksa baik-baik saja meski kondisi hati rusak parah. Kau tak ubahnya penjahat andal, Tuan. Tega memenggal harap yang telanjur tinggi. Mengoyak habis hatiku dan membuatnya hancur sekali lagi. Menewaskan seluruh rasa hingga aku kesulitan untuk kembali jatuh cinta. Lalu kau buang aku sebagai cerita yang tak seharusnya ada.

Kau lebih dari pantas untuk dilepaskan. Tak seharusnya aku mengikat rasa pada sumber kehancuran. Penyebab semua kekecewaan. Jawaban atas mengapa air mataku seringkali berlinangan. Namun, jika hati bisa diinterupsi, aku ingin membuat semua itu terealisasi. Aku ingin mulai membenci, ingin agar cinta ini berhenti sampai di sini.

Kelak, jika ada sosok baru yang bisa membuatnya utuh, yang bisa membuatku lebih bahagia, kau akan tetap ada di sana. Diam tak terusik. Menjadi tawanan sebab dari segala rasa sakit.

_________

Jbg, 10 Nov 22
Farah.a

Meramu Rima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang