"Ada yang seneng nih kayaknya."
Gemilang mendapati kehadiran teman kuliahnya. Jimin mengenakan kaos berwarna olive green. Saat itu Jimin melihat temannya sedang bekerja di halaman parkir Indoapril.
Selesai diberi upah dari seorang pengendara motor yang kemudian pergi Gemilang berjalan lalu duduk di sebelah Jimin.
"Yakin lo mau jadi tukang parkir?"
Jimin menjawab, "Iya mau gimana lagi."
"Wait, Puspa gak minjemin uang ke lo buat bayar UKT?"
"Sejak kapan dia gak pinjemin uang ke gua."
Gemilang tersenyum sungging. "Kirain ..."
"Gua pengen banget tembak Puspa."
Terkejut mendengar temannya bicara seperti itu. Gemilang menepuk bahu kiri Jimin. "Cuy, lo sadar diri apa. Lo itu sama kaya gue. Lahir dari keluarga yang miskin."
Jimin meluruskan kedua kakinya ketika duduk di lantai. "Mungkin gak sih kalau orang miskin pacaran sama orang kaya?"
"Mungkin aja," jawab Gemilang.
Jimin menolehkan kepala. "Miskin kaya gue bisa?" Jimin menunjuk dirinya sendiri saat menatap Gemilang.
Gemilang mengangguk. "Tapi lo harus siap denger cari maki dari orang tuanya juga sama teman-temannya."
"Cara jadi orang kaya gimana sih?" tanya Jimin.
Gemilang bangun dari duduknya. "Tidur terus lo mimpi dah tuh jadi orang kaya."
"Serius pea."
Gemilang menolehkan kepala. "Ya habisnya pertanyaan lo gak dimasuk akal."
"Kalaupun gue tahu cara jadi kaya sekejap saat ini gua gak bakal jadi tukang parkir, tolol!"
"Gua jaga disini ya." Jimin mengalihkan topik pembicaraan.
"Terserah lu aja," balas Gemilang.
"Kaya cewek aja jawabnya terserah," cibir Jimin.
Kepergian Gemilang dari Indoapril membuat Jimin bertanya, "Mau kemana lo?"
"Nyari makan siang," jawab Gemilang sambil memegang perut. "Laper gua."
"Nitip, Lang, satu," teriak Jimin.
******
"Maaf ya gak bisa mampir ke rumah soalnya mau langsung ke kantor papah."
Eka melepas sit belt dari tubuhnya. "Iya kak gak apa-apa. Lain kali aja."
"Kamu serius gak mau minta maaf ke Rudi?"
Hening seketika. Eka mengatupkan bibirnya.
Laskar mengambil salah satu tangan Eka lalu menggenggamnya dengan erat. "Gak begitu caranya membalas dendam ke orang yang telah menyakiti kita. Aku gatau seberapa berat rasa sakit hati kamu saat dilukai oleh Rudi tapi aku percaya kalau kamu adalah orang yang bisa memaafkan kesalahan orang lain."
Apa yang diucapkan Laskar ada benarnya. Kini dirinya merasa bersalah. Eka turun dari dalam mobil dan disusul oleh Laskar.
"Kak Laskar gak pulang?" tanya Eka.
Laskar menjawab, "Tunggu sampai kamu masuk ke dalem rumah."
Eka tersenyum. "Oke." Lalu menggerakan kakinya menuju masuk ke dalam rumah. Di depan pintu langkahnya terhenti. Ia membalikkan badan ke belakang dan tersenyum menatap laki-laki yang jauh di depannya. Laskar membalas senyumnya.
Rumah sepi tidak seperti biasanya. Eka sudah melewati ruang tamu dan ruang keluarga namun dia belum menemukan keberadaan ayah dan ibunya. Hari ini bukanlah hari dimana Tika bekerja. Hari ini ayahnya bekerja tapi kalau dilihat jam sekarang, seharusnya ayahnya sudah pulang ke rumah.
Eka hapal betul dengan semua jadwal kerja ayah dan ibunya. Tika berprofesi sebagai dokter spesialis sedangkan ayahnya berprofesi sebagai CEO. Kalau pun ayah dan ibunya keluar untuk bersenang-senang berdua dengan berbelanja atau makan di luar, beliau selalu mengabari ke suami dan anaknya.
Tiba-tiba terdengar suara aneh. Saat ditelusuri keberadaannya suara tersebut berasal dari dalam kamar orang tuanya dan di sanalah ibunya ditemukan. Namun melihat ibunya sedang terburu-buru mencari sesuatu membuat Eka bertanya.
"Mah, mau kemana rapih banget?"
"Rudi kecelakaan. Mamah harus segera ke rumah sakit."
Eka terpaku mendengar jawaban ibunya.
"Papah yang telepon mamah kalau Rudi ada di rumah sakit," ucap Tika lagi.
Dan berhasil Tika menemukan ponselnya yang ternyata dia berada di atas meja samping tempat tidur. Ponselnya tertutup oleh sebuah majalah.
"Kamu langsung ganti baju gausah mandi kalau mau bareng sama mamah pergi ke rumah sakit!"
"Kayaknya aku engga ikut, Mah, badan aku remuk semua gara-gara seharian kuliah. Ini mau langsung tidur biar nanti malem bisa ngerjain tugas kayak biasanya."
"Yaudah kalau begitu mamah berangkat. Oh ya sayur yang ada di dalam tudung saji gak perlu lagi dipanasin soalnya tadi bibi udah panasin sayurnya." Setelah mendapat sahutan dari anaknya wanita yang mengenakan kemeja merah dan rok span itu keluar dari dalam kamar meninggalkan anaknya sendirian di sana. "Oke, Mah," sahut Eka.
Mengeluarkan ponselnya dari dalam tote bag. Ponsel yang sedari tadi dianggurkan Eka nyalakan wifi yang sudah otomatis terhubung dengan wifi rumahnya pada ponselnya. Bersamaan pesan dan bunyi notifikasi ketika muncul di layar lock screen. Kini Eka sedang duduk di pinggir kasur ibunya.
Dari sekian banyaknya pesan yang ada tak ada satupun yang menarik perhatiannya. Baik dari grup maupun pesan pribadi. Ia mematikan ponselnya lalu menatap lurus pandangannya menatap tembok putih dengan pikiran kosong.
"Gak seharusnya ini terjadi." Air mata Eka keluar membasahi kedua pipinya. Membuat riasan yang ada di wajahnya semakin tidak karuan alias luntur.
Tiga jam kemudian kedua mata seorang perempuan yang tidur di kasur terbuka. Pandangannya samar-samar saat menatap langit kamar. Setelah nyawanya sudah terkumpul barulah Eka sadar kalau dirinya sedang berada di dalam kamar.
"Syukurlah kalau ini mimpi."
Bunyi notifikasi dari ponselnya membuat dirinya turun dari tempat tidur. Mengambil benda pipih yang tergeletak di atas meja belajar dan terkejut setelah membuka ponselnya. Memasang wajah murung ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ternyata ini bukanlah mimpi.
Tak lama ponselnya mengeluarkan suara. Kali ini beda suaranya. Nadanya lebih panjang dari sebelumnya. Bunyi yang khas itu adalah suara alarm. Sebagai tanda pengingatnya untuk mengerjakan tugas.
Membawa tote bag yang diambilnya itu dia letakkan di atas meja belajar. Mengeluarkan salah satu diantara banyaknya benda yang ada di dalam tote bag yakni Binder, buku yang selalu ia di bawa ke kampus. Selain itu, benda yang ada di dalam tote bag adalah dompet dan alat kosmetik. Terkadang ketika pergi ke kampus Eka membawa Macbooknya namun menggunakan tote bag yang berbeda, menggunakan tas khusus.
Hari ini tidak ada tugas. Tugas lalu sudah semua dikerjakan. Walaupun tak ada tugas sebagai salah satu mahasiswa yang ambisius yang Eka lakukan untuk bergadang malam ini adalah memperbaiki catatan perkuliahannya hari ini sekaligus memahami materinya. Rasa bosan serta tidak fokus mulai menyerangnya ketika dirinya sedang menulis. Eka mengambil AirPods dari dalam laci lalu menyumpal kedua indra pendengarannya dengan kedua AirPods. Lagu yang sedang diputar olehnya bertajuk Fearless dengan penyanyi Le SSerafim. Rasa semangat pun membara setelah terhanyut dalam lagu, gadis yang sedang menulis itu kepalanya bergoyang mengikuti melodi lagu.