Part 2

4.1K 180 7
                                    

Jovita berjalan dengan sedikit sempoyongan di gelapnya malam hari ini, ia baru saja menghabiskan malam di dalam sebuah club untuk minum-minum, otaknya tengah pusing memikirkan nasib dari janin yang ada di dalam kandungannya.

Malam ini, Jovita clubing hanya untuk menghilangkan pusingnya saja, tidak sampai mabuk namun hanya sedikit membuatnya sempoyongan saat pulang.

Malam hari ini ia tidak di temani oleh kedua sahabatnya karna ingin menenangkan diri, ia juga hampir saja di jebak lelaki hidung belang saat di club tadi, untung saja ia cepat sadar dan langsung keluar dari sana.

Begini lah kalau pergi clubing seorang diri, ada saja orang yang berniat menikmati tubuhnya, kalau saja ia tidak sedang pusing mungkin Jovita akan meladeni para lelaki itu.

Tapi kondisinya saat ini sudah berbeda, perutnya tengah mengandung, ia tidak ingin membahayakan janin yang ada di dalam perutnya, walau harus ia akui kalau mabuk juga akan membahayakan kandungannya.

Tapi rasa pusing di otaknya lebih besar sehingga meronta ingin segera di obati, salah satu yang ampuh ya dengan mabuk-mabukan.

Pukul 10, 30 pm, waktu yang tertera di jam tangan milik Jovita, waktu yang masih siang bagi seorang seperti Jovita yang biasanya clubing sampai lewat tengah malam.

Jovita berjalan-jalan sebentar di sebuah taman yang masih banyak di isi oleh orang-orang, kaki Jovita terus melangkah mengelilingi taman itu, ia ingin menghirup udara sebelum ia pulang ke apartement nanti.

Karna mabuk yang masih susah hilang, Jovita membeli sebotol air putih lalu mengambil duduk di salah satu bangku yang ada di taman, ia langsung meneguk air tersebut cukup banyak sampai mabuknya cukup mereda.

"Ya Allah! Arman harus gimana ya Allah? Besok ibu Arman akan di oprasi tapi sampai saat ini Arman tidak mempunyai uang sepeser pun ya Allah! Arman bingung ya Allah! Arman mohon, Arman akan lakukan apa pun supaya ibu bisa di oprasi dan sembuh seperti sedia kala, Arman mohon ya Allah!"

Atensi Jovita teralih saat mendengar suara seseorang yang seperti tengah memohon, Jovita memicingkan kedua matanya dan mendapati seorang pemuda berpakaian lusuh duduk tidak jauh darinya, dengan wajah lesu laki-laki itu menunduk setelah berdoa.

Entah kenapa Jovita tertarik untuk mendekatinya, saat itu otaknya juga kembali kepikiran dengan saran yang di berikan Karen beberapa hari yang lalu, mungkin ini adalah jawaban dari masalahnya saat ini.

Jovita berdiri di depan pemuda tersebut dan langsung menawarkan hal gila kepadanya.

"Mau jadi suami saya gak mas?" tawar Jovita yang lebih ke sebuah pertanyaan.

Arman langsung menoleh ke arah Jovita. "Astagfirullah." Arman menutup kedua matanya kala melihat penampilan sexy Jovita.

Kening Jovita mengkerut. "Saya manusia mas bukan setan."

"M-maaf! Tapi penampilan mbak terlalu terbuka, saya takut dosa mbak," balas Arman yang kali ini menoleh ke arah lain.

Jovita melirik ke arah pakaiannya sendiri. "Ini biasa aja mas gak terbuka kok."

"M-maaf mbak! T-tapi bagi saya itu terbuka."

"Terserah mas saja mau menatap ke arah mana."

"I-iya mbak. Maaf kalau mbak tersinggung!"

"Gak masalah. Yang penting mas mau jadi suami saya tidak?"

"E-eh! A-apa mbak?"

Sedetik dunia Arman terhenti sekatika, tawaran Jovita barusan membuat Arman terdiam seribu bahasa, tubuhnya menegang sampai-sampai membuat Arman refleks menoleh ke arah Jovita.

SUAMI 100 JUTA ✅ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang