35. Serahim

3K 259 87
                                    

Sore RayFlo... PHOSPHENES balik lagi, ramein yak...
Voment nya jangan lupa, ya...


"Sudah satu minggu masa iddah kamu berakhir, tapi kamu baru kembali sekarang. Untuk apa. Untuk menerima pinangan lagi. Malu, Na, malu!!"

Sungguh, ini adalah sambutan paling menyakitkan dari pulangnya Hanna. Dia memang sengaja menambah satu minggu masa iddahnya untuk menerungi suatu hal yang sudah lebih dulu disinggung oleh Mala. Satu minggu yang menguras energi hingga bimbang itu menjadi yakin, kala Tuhan menghadirkan sebuah petunjuk untuk menjadi jawaban.

"Belum cukup kamu membuat Bunda dan Mamah Alif menjauh, terus sekarang kamu juga mau menghancurkan hubungan anak-anaknya. Kamu kenapa sih, Na. Serakah sekali jadi perempuan!!"

"Bund, tapi apa yang Hanna lakukan nggak diambil secara cuma-cuma. Hanna sempatkan bertanya sama Tuhan lebih dulu."

"Alasan klasik. Bilang aja kalau, Mbak, yang gatel. Kenapa harus Kak Abim, sih, Mbak. Kan, Hanin sudah bilang sedari awal, kalau Hanin ada rasa sama dia." sela Hanin berjalan bersedekap dada.

"Kamu jangan bawa-bawa Tuhan terus, Na. Biar apa, biar dikata Alim. Biar dikata anak sholehah. Sikap kamu itu benar-benar membuat Bunda malu. Mau ditaruh di mana muka Bunda. Kamu nggak kasihan sama Alif yang masih mengemis cinta kamu sampai sekarang. Teganya kamu malah menerima lamaran Abangnya sendiri!!"

"Itu namanya takdir. Jalannya Tuhan mau seperti ini. Jangan salahkan Hanna." Ridho baru saja selesai melaksanakan sholat dhuha, baru saja dia akan berdoa namun keributan di ruang tamunya itu terpaksa menghentikan niatnya.

"Takdir yang dipaksakan!" ketus Mala, melengos.

"Bund, kenapa Bunda seperti ini lagi. Hanna pikir Bunda sudah berubah. Apa artinya tamparan di wajah Hanin dulu?"

"Simple. Karena Bunda nggak mau gue suka sama Kak Alif yang ternyata mandul. Dan satu lagi, karena lo bukan anak kandung Bunda. Jadi jangan harap, lo bakal dapat kasih sayang utuh dari Bunda, Mbak!!"

"Hanin!!" pekik Ridho.

"Untuk apa berteriak. Sudah saatnya dia tau, kan." Tubuh Mala kembali menghadap Hanna, ada pancaran sedih sekaligus marah dari matanya yang merah berkaca-kaca.

"Sekarang kamu tau, kan, kenapa Bunda kesal sama kamu. Mamah Thalia itu sahabat Bunda, teman dekat Bunda. Tapi kamu buat dia jauh dari Bunda. Kecelakaan Alif, perkara rumah tangga kamu, perceraian kamu dan sekarang lamaran Abim, tidak ada satu hal pun yang bisa membuat hubungan kami membaik."

"Bukan hanya hubungan Bunda, tapi kamu juga menghancurkan hubungan persaudaraan anak-anaknya sekarang!!"

"Jadi, Hanna anak siapa. Hanna anak siapa, Yah?"

Hanin terkekeh. Merangkul tubuh Mala yang melemas. "Lihat, kan, Mbak Hanna emang egois. Alih-alih meminta maaf sama Bunda, dia malah menanyakan soal dia anak siapa. Ngapain, Mbak... nggak kasian sama Bunda yang udah sukarela ngerawat, Mbak, selama ini. Ngapain nyari orang yang ninggalin, Mbak, gitu aja?!!" hardiknya.

PHOSPHENES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang