"Kamu pulang jam berapa?" tanya Dylan saat Lani hendak membuka pintu mobil.
"Jam setengah tiga. Kenapa?"
"Hmmm... Aku ada meeting dengan clien selepas jam makan siang. Jadi,,, biar nanti aku suruh orang untuk menjemputmu."
"Aku bisa pulang sendiri, Dylan."
"Ck! Kau masih saja tak berubah. Masih keras kepala." Dylan menggelengkan kepalanya.
Lani hanya terkekeh. Dylan pun juga tak berubah. Masih suka memaksakan kehendaknya. Dan itu hanya berlaku untuk Lani.
"Ya udah sana, masuk. Selamat bekerja, Lani-nya Dylan."
"Bye, Dylan. Selamat bekerja juga."
"Oya, jangan lupa. Nanti ada orang yang akan menjemputmu!!" seru Dylan.
Lani hanya mengangguk samar kemudian masuk ke gerbang sekolah itu. Baru beberapa langkah Lani mendengar pekikan suara yang tak asing baginya menyerukan namanya.
"Lani!!!"
"Hay, Qil."
"Qila, Lan!" protes Qila. Qila juga bekerja di sini sebagai staff tata usaha.
"Kamu diantar siapa? Mobilnya keren banget. Pasti orang kaya."
"Hm." Lani memutar bola matanya jengah.
"Siapa?" Qila menyenggol lengannya.
"Teman lama."
"Oya? Aku baru tau kamu punya teman lama. Kamu nggak pernah menceritakannnya. Cewek apa cowok?"
"Dia baru kembali. Cowok."
"Namanya?"
"Dylan."
"Singkat banget jawabnya. Ganteng nggak, Lan?"
"Iyalah. Namanya juga cowok."
Qila menggeram. Tangannya berlari cepat mencubit pipi Lani hingga Lani sedikit menjerit.
"Bukan itu maksudku. Lan, kapan-kapan kenalin ya ke aku."
"Iya, nanti kapan-kapan. Tapi aku nggak mau ya denger kamu curhat galau karena Fikri ngambek cemburu sama kamu."
"Elah. Kalau kamu nggak bilang juga Kak Fikri nggak akan tau."
Lani meringis lebar. Lani memang suka kelepasan bicara di hadapan Fikri, kekasih Qila yang juga bekerja di sini sebagai guru olah raga. Jangan salah, Fikri sosok yang sempurna di mata Qila. Tubuhnya atletis, cukup tampan dengan kulit sawo matang khas orang indonesia. Menurutnya Fikri mirip dengan artis film, Aryo Bayu. Qila sangat tergila-gila pada tubuh Fikri yang sempurna.
"Lani!!"
Suara dingin dan datar membuat keduanya terkesiap. Terlebih Lani. Ia tau siapa pemilik suara itu. Siapa lagi kalau bukan Madinal O'neil Bachtiar. Ketua OSIS jaman sekolahnya dulu yang kini menjadi guru fisika di sekolah ini. O'neil tampan khas indonesia. Ia cukup disegani karena ia anak bungsu pemilik yayasan sekolah ini, dengan kata lain ia adalah adik Rexan, tunangan sahabat Lani.
O'neil dulu yang sekarang jauh berbeda. Dulu O'neil tak mengenalnya. Ia juga dulu terkenal dengan sikap ramahnya. Banyak yang tergila-gila padanya. Selepas SMA Lani tak tau lagi kabar O'neil, pangeran dari SMA itu. Baru tiga tahun yang lalu saat Lani masuk di hari pertama kerjanya ia bertemu O'neil. O'neil bukan lagi pria hangat tapi kini dingin dan datar. Pria itu menatapnya tajam lalu berlalu tanpa sepatah kata. Selalu begitu. Entah apa yang telah terjadi padanya.
Qila yang menyadari aura tak bersahabat itu segera menyingkir dari Lani.
"Siapa pria yang mengantarmu?" Ini adalah kalimat terpanjang dari O'neil. Ia menanyakan itu tanpa basa basi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable Ugly Man
FanfictionFahlani Azalea. Panggil saja aku Lani. Aku wanita single 24 tahun bekerja di sebuah SMA sebagai penjaga perpustakaan. Pertemuan singkat dengan seorang pria tampan di sebuah pesta pertunangan sahabatku mengingatkanku pada seseorang di masa SMA. Mata...