Part 84

97 18 3
                                    

Jangan lupa bintang dan komentarnya yah, supaya aku lebih semangat nulisnya...

Happy Reading🖤🖤🖤

🌹🌹🌹

Levin mengangguk dan tersenyum. "Aku berharap seperti itu juga nek. Apapun yang terjadi kedepannya selama Valen bahagia maka aku juga ikut bahagia. Karena bagiku, Valen adalah seorang adik kecil yang selalu ingin aku lindungi."

Mendengar itu membuat hati Veny bergetar tak karuan. Air matanya langsung mengalir.

~~~

Setelah beberlanja keperluan yang semestinya masih lengkap di apartement. Mau bagaimana lagi, itu salah satu jalan untuk bisa keluar dari perusahaan tadi.

Veny dan Levin sudah sampai di apartement yang ditempati oleh wanita paruh bayah ini.

Levin mengantar sampai lift.

"Nak Levin mau naik juga?."tanya Veny.

"Hm sepertinya tidak usah nek. Aku masih ada urusan setelah dari sini."Levin menolak. Padahal ia ingin sekali bertemu dengan wanita itu. Cukup lamaa tidak melihatnya. Bahkan ia sengaja tidak mau menelfon dan mengirimkan pesan.

"Oh gitu yah nak. Padahal nenek mau masak. Sekalian makan siang."

"Hm... lain kali saja yah nek."

"Nenek..."teriak wanita yang tak jauh dari sana.

Saat mendengar suara tidak asing itu Levin sudah dibuat semakin canggung.

"Valen, kamu dari mana nak?."tanya Veny sedikit khawatir.

Valen memperlihatkan es cream yang ia pegang. "Beli ini nih nek."ucapnya.

Saat ia sudah semakin dekat, langkah cepat Valen perlahan melambat. Ia melihat sosok pria yang sudah sangat jarang bahkan tidak pernah lagi berkomunikasi dengannya. Kini berada di samping neneknya.

"Vin..."suara Valen sedikit mengecil, ia bahkan canggung menyebut nama yang selalu ia riang menyebutkannya.

Saat sudah berada di antara mereka. Veny menatap cucunya dengan perasaan sedikit khawatir.

"Kenapa sendiri keluarnya? Mbak nana dimana?."

"Mbak nana lagi sibuk membersihkan nek. Dia sudah bilang tunggu sebentar dia akan menani, tapi Valen maunya sekarang."ucapnya.

Sejak tadi Levin hanya menunduk. Tak berani menatap Valen. Ia merasa canggung dan sedikit merasa bersalah.

Saat memperhatikan cucunya ini curi pandang kepada Levin, Veny mengerti.

"Ini nak Levin ngantarin nenek kembali kesini. Nenek sudah nawarin makan siang. Tapi katanya ada kesibukan lain."

Valen menatap Levin penuh kerinduan. "Kamu beneran gak mau naik ke atas dulu? Kita makan siang sama-sama. Masaakan nenek enak loh."ucap Valen sedikit canggung.

Akhirnya Levin menatap Valen. Betapa rindunya Levin kepada wanita yang sekarang didepannya ini.

Dan ternyata benar, Valen jauh lebih cabi dari sebelumnya. Terlihat nyata bahwa wanita itu sangat bahagia. Mungkin memang benar, bahwa Gaveno adalah pria yang tepat untuk Valen.

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang