*****
Yifan tiba di kediaman keluarga Park. di teras rumah mewah itu ada Chanyeol yang dengan anggun berjalan mondar-mandir.
Entah apa yang dipikirkan lelaki manis milik Yifan itu. Milik Yifan? Apa dia sudah bisa menyebut seperti itu?
"Hai..." panggil Yifan dan menghentikan Chanyeol yang gelisah.
"Kenapa datang?!"
Yifan tertawa, "Karena aku merindukanmu?"
"Yifan! Aku serius!"
"Aku juga serius merindukanmu"
Chanyeol kehabisan kata, maka ia menutup bibirnya karena jujur dalam hati ia ingin menebar senyum senangnya karena jawaban klise Yifan yang merindukannya.
"Kakek di dalam?"
"Ya kakek di dalam. Apa kau harus benar-benar menghadapi kakek? Sudah ku katakan abaikan saja kata-kata kakek Yifan"
Yifan menangkup wajah Chanyeol, "Tidak akan terjadi apa pun, percaya padaku ya?"
Chanyeol menghela napas sebentar lalu meraih tangan besar Yifan, "Janji padaku, kau tidak akan melepaskan ini" kata Chanyeol menunjuk jalinan jari tangan mereka.
"Tidak akan, tangan ini akan jadi tangan pertama dan terakhir yang ku genggam" ucap Yifan lembut sebelum membubuhkan ciuman ringan di pelipis Chanyeol.
"Ayo masuk" ajak Yifan
Ini bukan kali pertama Yifan di undang ke rumah itu, tapi hawa yang menyambutnya selalu hawa yang mencekam, seakan-akan seluruh mata menatap ke arah Yifan.
"Selamat malam Tuan Park, semoga kabar anda baik"
Kakek menurunkan ipad yang ia pegang, "Hmmm... Ayo makan malam"
Ketiga orang dewasa itu berjalan ke meja makan. Di meja makan sudah terhidang makanan yang diinginkan Chanyeol, yaitu segala jenis makanan olahan daging.
Tidak ada pembicaraan khusus diantara mereka. Makan malam mereka berjalan dengan sangat khidmat dan normal, dan justru itu yang membuat Chanyeol bertanya-tanya. Apa lagi rencana sang kakek pada Yifan.
Setelah makan malam, mereka bersantai di ruang tamu. Dan seketika ruangan itu punya vibe de javu untuk Yifan, mengingat kunjungan yang terakhir tidak berakhir dengan baik.
"Sekarang katakan apa rencana kakek?" tuntut Chanyeol
"Kan sudah kakek katakan ini urusan kakek dan Yifan"
"Tapi ini jadi urusanku juga!"
"Dasar anak nakal ini. Kau! Kapan kau akan menikahi cucuku?" tanya kakek menunjuk Yifan dengan tongkatnya
"Y-yaa?"
"Sekarang kau tuli? Kau tidak akan menikahi Chanyeol?"
"T-tentu! Tentu saja aku akan menikahi Chanyeol!" jawab Yifan tegas namun sedikit kelagapan.
Sedangkan Chanyeol hanya bisa menutup mulutnya kaget.
"I-ini benar kakek? Ka-kakek serius?" mimpi apa kakek sampai-sampai bahas pernikahan mereka.
"Tapi ada syaratnya" kata kakek lagi
"Sudah ku duga, kakek tidak akan semudah ini" cibir Chanyeol lagi. Sedang Yifan hanya bisa mengelus punggung Chanyeol menenangkan.
"Apa pun syaratnya, saya akan sanggupi sebisa saya"
"Setelah menikah, kau akan bekerja untuk keluarga Park, dan nanti kalau anak kalian lahir, dia akan bermarga Park"
"Kakek! Syarat kakek tidak masuk akal!" elak Chanyeol
Sedang Yifan masih diam.
"Kakek tidak bertanya padamu, kakek bertanya pada laki-laki di samping mu itu"
"Dia punya nama. Namanya Yifan!"
"Saya bersedia"
"Yifan!" panggil Chanyeol marah.
Yifan memandang Chanyeol lembut, "Saya bersedia untuk bekerja pada keluarga Park, tapi saya juga akan tetap pada perusahaan saya, karena bagaimana pun, perusahaan saya saat ini adalah perusahaan yang saya bangun dari nol hingga sekarang. Anda tidak perlu khawatir, karena saya siap dengan semua tanggung jawab tersebut. Dan untuk marga anak kami nanti apa pun itu tidak masalah bagiku, karena pada intinya itu adalah anak kami"
Chanyeol memandang haru Yifan, bisa-bisanya Yifan menyanggupi semua permintaan konyol sang kakek.
"Kakek benar-benar..." desis Chanyeol menatap nyalang sang kakek.
Lainnya halnya dengan Tuan Park yg sekarang sedang tertawa kecil.
"Bagaimana bisa jawaban kalian sama persis huh?"
"Kalian siapa maksud kakek?" tanya Chanyeol heran.
"Jawaban Yifan... jawaban yang juga diucapkan oleh ayahmu saat melamar papimu, putraku Jihoon"
Kakek meraih foto menantu dan anaknya yang sedang mengandung, "Dulu aku juga tidak menyetujui pernikahan papimu"
"Kenapa?" tanya Chanyeol bingung.
"Karena apa lagi? Ayahmu hanya seorang pria sebatang kara yang dengan nekatnya melamar papimu yang jelas-jelas memiliki dunia yang berbeda dengan ayahmu. Ayahmu hanya karyawan biasa sedangkan papimu? Dia pewaris tunggal keluarga Park. Karena kelas social itu kakek melarang mereka, ada harga diri yang harus kakek jaga"
"Wah... kakek sudah kejam sejak dulu ternyata"
*****
Kind a flashback of Chanyeol's parents....
"Papa... aku hamil!"
"Jihoon-ah?!"
Jihoon mencubit pinggang Hajoon agar tidak menolak apa pun.
Tiba-tiba Hajoon berlutut sedang Jihoon masih berdiri dan mencoba menarik Hajoon.
"Maaf lancang Tuan, Mohon lupakan apa yang dikatakan putra anda. Tapi saya datang dengan niat serius untuk melamar putra anda"
Tuan Park bangun dari kursi besarnya lalu berjalan ke dapan Hajoon yang berlutut.
"Punya apa kau untuk menikahi anakku?"
"Kami akan segera punya anak Pa!"
"Park Jihoon!" panggil Tuan Park menyentak agar anaknya diam.
"Saya... saya memang hanya karyawan biasa, tapi saya akan berusaha supaya saya layak untuk putra anda" ucap Hajoon dengan sungguh-sungguh. Oh jangan lupa dengan tangan mereka yang masih setia bertautan.
Sejak peristiwa menghadap itu, Hajoon benar-benar membuktikkan dirinya kalau ia pantas untuk Jihoon, meskipun ia hanya manager kelas bawah.
Lalu ia Kembali menghadap Tuan Park, kali ini dengan bahu yang lebih tegap.
"Harusnya kamu ikutin rencanaku! Kalau ada baby sungguhan Papa ga akan ada alasan untuk menolak kamu" ucap Jihoon setelah menyambut Hajoon.
"Sayang, bukan begitu caranya. Kamu itu kehormatan Papamu, mana mungkin aku berbuat aneh-aneh padamu"