Wanita Baju Hitam Rambut Keriting

64 2 0
                                    


Ketika sang bulan menampakkan wujud, Aurora terlihat lembur dan pulang malam. Karena pacarnya lembur, Aran menunggu Aurora sampai selesai. Sementara Angku dan Ina juga menunggu Aurora karena mereka hendak kencan bersama. Terlihat Aurora sedang menatap meja dan mematikan komputer. Ina dan Angku tampak senang. 

"Udah kelar?" Aran mendekat. 

"Udah kok." Aurora menggandeng tangan Aran.

Mereka berempat meluncur di warung nasi goreng pinggir jalan. Mereka duduk berjajar menghadap meja panjang. Aran dan Angku duduk berdekatan, sesekali keluar canda tawa dari mereka.

"Terima kasih Mas," tutur Aurora. Penjual nasi goreng itu lalu memberikan sepiring nasi goreng pada Ina. Ia menikmati harumnya masakan tersebut.

"Ini pasti enak banget," ucap Angku sedikit keras.

"Usstt, pelan-pelan Angku!" sambut Aran. Terlihat muka Angku malu-malu seraya memperhatikan area tersebut. Semua pengunjung memperhatikan Angku yang tiba-tiba curi perhatian.

"Tuh kan!" Ina buka mulut sambil mengunyah.

Ketika Mereka sedang berkomedi karena ulah Angku. Terlintas penjual somay mendorong gerobak di tempat remang-remang. Terlihat tak terlalu jelas warna gerobak dan kaos putih di penjual tersebut.

"Eh, coba liat tuh penjual somay, aneh!"

Angku melihat posisi penjual itu jauh dan di seberang jalan. "Apanya yang aneh Mas?"

"Hari gini masih manggil Mas, udah panggil kita nama aja kenapa sih?"

"Wagu mas, gak enak," jawab Angku. "Udah panggil nama aja udah, ngeres dengarnya."

"Oke Mas, eh Ran, Aran."

"Lu liat tuh penjual somay jualan di tempat gelap, memang ada yang mau beli?"

"Ya saya gak tau, tanya aja dia langsung," jawab Angku enteng.

"Somay!"

"Somay, yuhu, Bang Somay!"

"Sayang emang ada penjual somay di sekitar sini?" Aurora heran.

"Ada, itu diujung bentar lagi ke sini."

Tak berapa lama si penjual somay itu menghampiri mereka. "Pak somay dua ya!" Aran mengangguk-angguk sambil memainkan kaki. Penjual itu memberikan dua porsi somay. Aran memberikan satu piring ke Angku dan Ina. 

"Udah makan aja, gua yang traktir."

"Bang kok jualan di tempat gelap, emang ada yang beli? Saya liat berhenti di sana," kata Aran.

"Ada Mas, kalo gak ada ngapain saya berhenti di situ," ujar penjual somay.

"Lho saya kok gak liat Bang."

"Masa? Orang ceweknya cantik, pake baju hitam tapi sayang rambutnya keriting."

"Emang lu liat tadi ada orang beli?" Aran berbisik pada Angku.

"Gak tuh, orang gelap begitu mana ada kelihatan."

"Jangan-jangan setan!"

"Hust jangan ngomongin setan terus, saya merinding lho," sambut Angku.

"Kalian ngomong apa sih, keknya seru banget?" Ina penasaran. Lalu ia juga mencoba mengambil somay yang berada di depan meja. "Gak kok, nasi goreng dan somaynya enak!"

Aran mengambil nasi goreng dan somay lalu memasukkan ke dalam mulut hingga mulutnya penuh dengan makanan. Usai itu Aran kembali berbisik pada Angku.

"Gua jadi merinding Ang."

"Jangan takut, masa di tempat rame kek gini takut sih?" Angku melirik di sekitar itu.

Sehabis itu ada yang menarik baju Aran di belakang. Aran merasakan sesuatu yang ganjil dan membuat rasa takutnya meningkat. "Apa gua bilang?" Wajah Aran terlihat panik dan membuang sendok ke meja.

"Kamu kenapa?"

Aurora mencoba menenangkan Aran yang terlihat panik. "Ada setan di sini!" Aran berbicara sedikit keras, Angku, Aurora, dan Ina malah celingukan, tetapi mereka tidak menemukan yang aneh.

"Setan apa sih? Gak ada apa-apa di sini Sayang." Aurora berdiri dan memastikan semuanya baik-baik saja.

"Iya orang tempat rame begini." Ina bingung.

Aran tak menanggapi justru menoleh ke belakang. Matanya melotot dan menjerit histeris melihat sosok berbaju hitam dengan rambut keriting. "Setaann!" Aran menunjuk ke belakang tetapi wajahnya ia sembunyikan ke depan.

"Sayang, itu bukan setan." Aurora berucap pelan seraya menatap Aran dengan melipat tangan.

"Oalah pengemis. Gua kira setan." Aran mengelus dada lalu minum air putih.

"Udah kasih duit biar pergi." Aran beberapa kali memukul dada Angku pelan.

Angku langsung menjatuhkan selembar uang kertas di kaleng yang dipegang oleh sosok wanita berambut layaknya sarang burung, sementara wajahnya menakutkan. 

"Emang sering kaya gitu sih kamu."

Sedangkan Angku dan Ina tampak senyum kecil. Aran masih memperhatikan perginya wanita itu lalu meneguk air minum hingga isi gelasnya habis. Aran pun menghabiskan jatah minum Angku. Melihat itu Angku hanya diam sembari memainkan mulut sesekali menjulurkan lidah melihat tingkah Aran.

Jalur PeletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang