Day 30. Goodbye
Suatu siang di taman rahasia Permaisuri.
~0~
Aragorn berjalan di bawah lengkungan tanaman rambat. Kuntum-kuntum mawar merah menjuntai di atas kepalanya. Ada gemericik halus dari pot air mancur mini yang memagari jalan setapak.
Ini adalah taman rahasia milik Legolas-firasatnya berkata bahwa istrinya tengah berada di sini; tempat favoritnya menghabiskan waktu siang. Sedikit yang mengetahui keberadaan taman ini-termasuk dirinya. Sebab tempat ini hanya bisa dicapai melalui sisi tembok kota bagian belakang istana. Letaknya sangat tersembunyi.
Langkahnya terhenti sejenak ketika dilihatnya siluet kepala berambut emas duduk di bawah pohon. Legolas tampak santai dengan buku di tangan. Matanya fokus menekuri buku. Kain linen putih dibentangkan di atas rerumputan hijau.
Legolas yang menyadari gemerisik langkah-langkahnya, mendongakkan kepala. Ia menutup buku, diletakkan di sisi keranjang willow berisi botol dan mangkuk yang tertutup. Seikat bunga baby breath tergeletak di bawah kakinya.
Aragorn menginjakkan kaki di permadani. "Rupanya usiaku berpengaruh terhadap kemampuan penyamaran diri."
Legolas mengirim senyum cerah. "Hai, Estel!"
Aragorn mengambil tempat duduk di sisi Legolas, yang melingkarkan lengan di bahunya. "Kau menemukanku."
Aragorn mengangkat tangan, menyisirkan jari-jemari di rambut emas yang kini tumbuh lebih panjang. Ia menempelkan bibir ke rahang sang istri. Mengecupnya singkat. "Lari sejenak dari tugas negara."
Legolas terkekeh ringan. Menarik bahu Aragorn merapat dan mengusap punggungnya dengan telapak tangan. "Jangan biarkan mereka mengganggumu."
Ada detik-detik hening ketika Legolas mengarahkan Aragorn merebahkan kepala di pangkuannya. Tanpa melepas tatapan yang saling mengunci satu sama lain.
Aragorn rileks merasakan kehangatan yang meliputinya. Kedua paha lembut yang menjadi bantalan kepala. Juga belaian di kepala dan pijatan di kening, yang dikirim melalui sepasang tangan halus. Ia mengagumi wajah Legolas (dan semua tentang dirinya) yang cahaya jelitanya tak pernah memudar. Inilah yang selalu mencubit hatinya; setiap melihat Legolas, ia melihat perbedaan besar seperti jurang lebar di antara mereka berdua. Sedekat apapun posisi mereka sebagai suami-istri, mereka adalah dua entitas yang berbeda. Yang satu fana dan yang satu abadi. Meski keabadian itu kini berada dalam genggaman tangannya, takdir mereka berbeda.
Legolas menghitung uban yang tumbuh di kepala Aragorn. Kini, helaian putih itu sudah bertambah lebih banyak. Seperti perak di antara helai-helai hitam yang semakin memudar. Ia menyimpan kesedihan terpendam terhadap jejak waktu yang berlalu; kerutan yang menjelma satu-persatu di wajahnya. Itu tampak cantik. Seperti kirana yang lahir dari kefanaan. Berharap seandainya ia punya kuasa membagikan cahaya keabadian miliknya untuk sang kekasih fana.
Aragorn memejamkan mata. Merasakan angin taman yang lembut mengusap wajahnya. "Legolas." Ia berbisik rendah. "Thank you, for your part in my life. Untuk berada di sisiku dan menjadi pendampingku."
Tangan Legolas membeku, melayang di atas helaian rambut brunette. Namun, hanya sebentar, sebelum mulai membelai dengan jari-jemari lagi.
"Estel. Kau adalah satu-satunya. Manusia favoritku-kesayanganku. Love of my life. Always ."
Jauh sebelum "Kisah Sembilan Pengawal Cincin" yang melegenda, takdir yang mengikat mereka sudah dimulai semenjak pertemuan pertama. Masa-masa itu seolah baru terjadi kemarin, sekaligus terasa sangat jauh. Ia masih ingat rupa lembah dan gurun pasir yang gersang, perasaan saat berada di atas pelana kuda, gelora panas pertempuran yang membakar nadinya, suara teriakan Aragorn yang mendorongnya menerjang dengan anak-anak panah menghujam dan menumbangkan musuh. Mendengar suara Aragorn sekarang, yang lirih dan hampir tidak mencapai telinga. Sekali lagi mengingatkan perjalanan waktu yang singkat dan hampir menuju akhir.
Banyak hal yang menerbitkan ketakutannya di masa awal perjalanan mereka dulu. Namun, tak sebanding dengan kesedihan yang dirasakan oleh perpisahan (yang akan datang). Segenap yang terjadi di antara awal dan akhir itulah yang menjadikan kebersamaan mereka berharga untuk dijalani.
Legolas menundukkan kepala, menempelkan bibir di kening Aragorn. Ia berbisik rendah. "Aku tak pernah menyesal. Karena perjalanan kita belum berakhir."
Aragorn membuka mata, meraih tangan Legolas, menautkan jari-jemari mereka. Tatapannya sarat akan pemujaan. "Aku tak pernah bermaksud mengucap 'selamat tinggal', Love ... tidak untuk sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The King & The Prince | Aralas
FanfictionAragorn dan Legolas; kumpulan kisah yang berceceran, ketika Raja masa depan bersisian dengan Pangeran Elf, dalam takdir perjalanan yang mengikat mereka di antara badai dunia. Koleksi darbble pendek untuk: #Augustrope [chap 1-8] #Octoberabble [chap...