Jenan lupa diri, Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata membelah jalan raya kota Jakarta yang terlihat tidak begitu padat.
Ia akan kembali ke sekolah.
Percakapan antara dirinya dengan ketiga teman nya di rumah sakit masih teringat di otaknya.
"Gue didorong"
"Siapa yang dorong lo, Le?" Tanya Kaina tanpa basa basi
"Ningning"
"Sialan!" Darah Jenan mendidih setelah memikirkan nama Ningning.
Saat sampai di sekolah, Jenan tidak membuang waktunya. Ia langsung berlari menuju kelas nya.
Tanpa basa basi Jenan mendorong pintu itu dengan kuat membuat seisi kelas terkejut begitu juga dengan guru yang sedang mengajar.
"Jenan! Apa-apaan kamu!"
Jenan mengedarkan pandangan nya dan berhenti setelah dirinya melihat Ningning yang masih duduk ditempatnya.
Jenan mengeraskan rahangnya, Ia segera berjalan ke arah Ningning dan menarik tangan Ningning kasar membawa nya keluar dari kelas.
"Jenan!" Bahkan teriakan guru saja sudah tidak digubris nya lagi.
Jenan terlihat begitu marah. Semakin Ningning memberontak maka semakin kuat pula tarikan Jenan.
Jenan membawa Ningning ke dalam base four knights.
Begitu sampai disana, Jenan menghempaskan Ningning hingga tubuh Ningning menghantam dinding.
Tidak memberi jeda, Jenan langsung mencekik leher Ningning dengan tangan nya.
"Je-jenan" Ningning memekik kesakitan.
Bukannya memelan, Jenan malah semakin memperkuat cekikan nya "Bangsat lo! Atas dasar apa lo dorong Ale anjing!" Bentak Jenan.
"Jenan lepasin gue!"
"Gak bakalan anjing! Lebih baik lo nyusul kakak lo itu!"
Wajah Ningning memerah, dia benar-benar merasa bahwa ia akan mati ditangan Jenan sebentar lagi.
Kekuatan laki-laki itu tidak main-main.
"Uhuk uhuk!"
Dari arah belakang, Jenan merasakan lengan nya ditarik dengan kuat membuat cekikan nya pada Ningning terlepas.
Ningning terjatuh di lantai, Ia reflek memegang leher nya sambil menghirup oksigen sebanyak mungkin.
"Lo gila?!" Suara bentakan terdengar.
Jenan menyentak tangan yang masih menyentuh lengan nya.
"Lo yang gila Nath, ngapain lo berhentiin gue?!" Mata Jenan memerah.
"Gue gak mau lo jadi pembunuh Jenan!" Nathan yang barusan menghentikan Jenan ikut mengeraskan rahangnya.
Jawaban Nathan membuat Jenan memutar bola mata nya malas, "Lo tau Nath? Seharusnya lo yang bunuh dia! Bukan gue! Ini tugas lo!"
"Gue bukan lo Jenan! Gue Nathan, gue punya cara gue sendiri"
Jenan kembali menghela nafasnya, ia lebih memutuskan untuk duduk di sofa base daripada kembali berdebat dengan Nathan.
Setelah memastikan Jenan tenang, Nathan membantu Ningning berdiri dari lantai.
Ia melihat leher Ningning yang memerah dan ada bekas-bekas kuku Jenan.
"Lo mikir kita berempat yang bunuh Giselle?" Tanya Nathan tanpa basa-basi.
Ningning menatap Nathan kemudian menganggukan kepalanya perlahan, "hampir semua siswa disini juga berpikiran yang sama kayak gue"
Nathan memejamkan matanya mencoba mengerti, Ia beralih ke papan yang ditutup kain di tengah ruangan base itu.
Nathan membuka kain pada papan itu memperlihatkan potongan tempelan-tempelan kertas beserta note dengan berbagai tulisan hampir sama persis seperti yang biasa ada di film aksi.
"Bukan gue dan ketiga teman gue yang bunuh kakak lo, malahan kita berempat lagi nyari pembunuhnya"
Nathan menjelaskan dengan perlahan bagaimana Giselle bisa terbunuh dirumah Nathan, bagaimana tindakan orang dewasa terhadap pembunuhan itu.
Nathan juga menjelaskan bahwa semua foto yang tertempel disini bukan tanpa sebab namun mereka punya alasan untuk menempel foto mereka.
Penjelasan Nathan berhenti kala handphone Nathan berdering, Ia mengambil handphone nya dan buru-buru mengangkat saat tau si penelpon adalah Kaina.
"Halo?"
"Lo dimana anjing?!"
TBC
24.11.2022Nathan dan Jenan itu kayak lirik lagu mockingbird :)
ini bagian Nathan.
kalau ini bagian Jenan :)
sekian :D
KAMU SEDANG MEMBACA
ÆDREAM : The Rank [END]
FanfictionSMA Pelita Nusantara- SMA favorit nomor satu di Indonesia karena tiga peringkat pertama angkatan terakhir di sekolah tersebut akan mendapatkan kesempatan untuk kuliah di luar negri gratis dengan segala fasilitas disana. Four Knights- Circle paling t...