Sampai di rumah sakit, mas Adithya langsung membawa ku ke ruang praktik dokter Septian. Dia sudah nggak sabar untuk mengetahui kondisi kesehatan ku dan janin yang sedang ku kandung. Nggak berapa lama kemudian, Restu datang dan menghampiri suami ku. Lalu mereka sempat berdiskusi sebentar hingga akhirnya salah satu perawat memanggil nama ku untuk segera masuk ke dalam ruangan karena dokter nya sudah menunggu.
Aku masuk terlebih dahulu karena mas Adithya masih bicara dengan asisten nya. Aku sempat mendengar kalau mereka sedang membahas tentang salah satu karyawan manajemen rumah sakit yang melakukan korupsi. Hanya sebatas itu aku mendengarnya. Sampai di dalam ruangan, dokter Septian langsung menyapa ku dengan ramah dan tersenyum.
" Selamat pagi mbak. Bagaimana kabar hari ini? sehat? " sapa dokter Septian lalu menanyakan kesehatan ku. " Silakan duduk mbak. "
" Pagi juga dokter. Lagi merasakan mual dan muntah ini dok. " kata ku sambil duduk di kursi.
" Sudah berapa lama mengalami mual dan muntahnya? " tanya nya.
" Parahnya sih seminggu ini dok. Mual dan muntahnya itu bikin saya lemas. " jawab ku. " Tapi kalau ada mas Adithya di samping saya mual nya berkurang. Muntah nya nggak ada. "
" Sudah melakukan test pack mbak? "
" Sudah dok. Tadi pagi saya melakukan test pack dan hasilnya dua garis merah. Saya masih simpan fotonya. " aku memperlihatkan test pack yang ku foto pada dokter Septian.
" Untuk lebih jelas lagi kita USG transvaginal ya. Biar kelihatan sudah berapa minggu janin nya. "
" Baik dokter. "
Lalu salah satu perawat perempuan muda meminta ku untuk melepaskan dalaman ku bagian bawah dan berbaring di tempat tidur pemeriksaan. Saat aku sudah berbaring dan dokter Septian akan melakukan USG transvaginal, tiba-tiba pintu ruang praktik terbuka. Ternyata mas Adithya yang datang. Dia langsung menghampiri kami.
" Sudah mulai USG sep? " tanya mas Adithya.
" Baru juga mau mulai dok. Sabar ya. " jawab dokter Septian.
Dokter Septian memberikan gel bening ke alat USG transvaginal nya dan memasukkannya ke area kewanitaan ku. Awalnya aku merasa nyeri dan nggak nyaman tapi setelah masuk, milik ku pun mulai menyesuaikan. Aku melihat gambar yang ada di layar namun nggak paham. Sementara itu aku melihat raut wajah suami ku terlihat bahagia dan senang saat melihat gambar di layar monitor.
" Masuk empat minggu ini, dok. Selamat ya. " kata dokter Septian.
" Alhamdulillah. Bagaimana dengan kondisi janin nya? Kamu tahu kan kalau istri ku pernah keguguran. " tanya mas Adithya.
" Ukuran janin nya normal. Nanti aku kasih vitamin dan obat penguat rahim ya. Istri kamu untuk beberapa minggu kedepan jangan terlalu capek apalagi stress. Nggak harus bed rest tapi tetap aktivitas nya di kurangi. " jawab dokter Septian mas Adithya.
" Sayang kamu sudah dengar kan nggak boleh capek apalagi stress. " ujar mas Adithya kepada ku.
" Iya mas. " kata ku.
Selesai pemeriksaan aku di bantu oleh perawat untuk bangun dari tempat tidur dan kembali menggunakan dalaman ku. Setelah itu aku duduk berdampingan dengan mas Adithya.
" Mbak, vitamin nya yang setiap pagi di minum tolong di stop dulu ya. Saya ganti vitamin nya dan ada tambahan obat penguat rahim. " kata dokter Septian sambil menuliskan resep.
" Vitamin apa dok? Saya nggak pernah minum vitamin dari dokter. " aku kebingungan.
" Sep, nggak usah di lanjutin pembicaraanya. Dia nggak tahu. " kata mas Adithya.
" Astaga. Jadi kamu serius nggak kasih tahu istri kamu? " tanya dokter Septian.
" Nggak. " jawab nya.
" Memang vitamin apa ya dok? Saya benar-benar nggak tahu. " kali ini aku yang bertanya.
" Jadi dokter Adithya meminta saya untuk memberikan resep vitamin kesuburan untuk mbak Hanna " jawab nya dan itu membuat ku kaget.
" Jadi vitamin yang setiap pagi saya minum itu dari dokter? "
" Dokter Adithya yang minta ke saya. "
" Maaf ya sayang. Jangan marah ya. "
Mau marah tapi juga percuma. Apalagi sekarang aku lagi hamil. Harus kontrol emosi. Aku tahu perasaan mas Adithya ketika kehilangan anak pertama kami yang belum sempat lahir ke dunia. Ada rasa penyesalan pada diri suami ku. Sehingga setelah itu dia lebih memperhatikan kesehatan ku dan salah satunya dengan memberikan vitamin penyubur agar aku bisa hamil lagi. Alhamdulillah Allah memberikan aku dan mas Adithya kesempatan untuk hamil kembali.
" Lain kali jujur saja mas. Jangan bohong. Aku juga nggak keberatan kalau di minta minum vitamin penyubur itu. " ucap ku dengan nada jutek.
" Saya nggak ikutan ya. Dokter Adithya yang memintanya. Saya pikir atas persetujuan mbak Hanna. " kata dokter Septian.
" Pantas saja dok, suami saya semangat banget honeymoon ke Bali. Ternyata ada misi rahasia nya. " kata ku.
Mas Adithya tersenyum mendengar perkataan ku. Lalu di cium kening ku dan beberapa kali mengelus kepala ku yang tertutup hijab. " Itu kan hanya vitamin yang. Ikhtiar mas. Tapi hamil atau nggak nya ya balik lagi ke Allah. "
" Iya. Tapi cara nya yang salah mas. "
" Iya. Iya. Mas siap salah deh. "
" Ya sudah yang paling terpenting sekarang mbak nya hamil dan harus di jaga ya. Tadi katanya ada mual dan muntah ya? Saya kasih obat mual nya juga. Harus tetap makan walaupun sedikit. Nggak boleh perut kosong. Sekarang kan nggak hanya sendiri. Ada yang di dalam perut butuh gizi ya mbak Hanna. " nasehat dokter Septian kepada ku.
" Iya. Terima kasih ya dok. "
" Kontrol lagi kapan? "
" Bulan depan tanggal sepuluh ya. Di jaga kehamilan kedua ini dok. Jangan terlalu sibuk sama kerjaan. Istri juga butuh di perhatikan. "
" Bisa saja nih dokter Septian. Di kehamilan kedua ini pasti saya akan sangat perhatikan. Jadi maaf ya kalau nanti agak susah mau bertemu saya. "
Aku hanya menggelengkan kepala ku saat mendengar percakapan antara mas Adithya dan dokter Septian. Aku langsung memotong pembicaraan mereka karena rasa mual kembali ku rasakan.
" Mas, masih lama di sini? Aku mau keluar ya. Mual lagi. " bisik ku di telinga mas Adithya.
" Bu dokter istri saya mual lagi ini. Solusinya bagaimana? " tanya mas Adithya.
" Ini sudah saya resepkan obat mual nya. Tapi kalau memang sama sekali nggak bisa makan terpaksa rawat inap dulu ya. Kita lihat dulu sampai tiga hari kedepan. " jawab dokter Septian sambil menyerahkan kertas resep obat nya yang harus di tebus oleh suami ku.
Aku dan mas Adithya pun mengucapkan terima kasih dan pamit pada dokter Septian. Setelah itu suami ku meminta aku untuk istirahat dulu di kamar tempat biasa menginap kalau di rumah sakit. Awal nya aku menolak tapi dia bilang hanya sebentar karena harus memimpin rapat dengan menajemen rumah sakit. Ya sudah terima saja dengan lapang dada. Aku harus memahami kondisi suami ku saat ini.
" Nanti setelah selesai rapat kita langsung pulang ya. " kata mas Adithya sambil menggenggam tangan ku. menuju lift rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANNA
RomanceBagaimana bila cinta pertama kamu hadir dan menyapa kembali? Itu lah yang sedang kualami saat ini. Pertemuan dengannya membuat ku kembali mengingat masa-masa di mana aku harus merasakan sakit karena cinta. Lebih dari lima Belas tahun aku mencintainy...