Pria misterius

1 0 0
                                    


"Alex." Terdengar suara Tasya dari kejauhan. Ia melambaikan tangannya kepada Alex sahabatnya.

Alex dengan cepat berlari kecil dan menghampiri sahabatnya itu. "Tasya, apa kamu sudah menunggu lama?"

Tasya tidak begitu menyimak pertanyaan dari Alex. Ia terpanah dengan pesoan dan ketampanan Collins yang berdiri di dekat mereka. "Maaf, aku tidak mendengarmu."

"Apa kamu sudah lama di sini?" Tanya Alex untuk yang kedua kalinya.

"Tidak juga. Hanya beberapa menit,"Jawab Tasya. Lalu pandangannya beralih ke Alex. Ia tidak mau menatap Collins terlalu lama karena ia takut jika Collins mengetahui perasaannya. Tasya sudah lama menyukai Collins, tetapi ia tidak pernah memberitahukannya kepada siapapun.

"Tasya, Alex," sapa Sarah yang sedang berjalan mendekati sahabat-sahabatnya itu.

"Akhirnya kamu datang juga. Ayo kita menjelajahi festival. Aku tidak sabar untuk menyantap hidangan yang nikmat," ajak Alex dengan penuh semangat. Lalu ia menggandeng lengan kedua sahabatnya.

Ketiga perempuan ini menjelajahi stand-stand yang berbaris di sepanjang jalan setapak di sekitar area alun-alun kota. Cahaya lampu dengan berbagai macam warna bersinar seperti pelangi di malam hari. Suara-suara manusia bercampur menjadi melodi yang indah bagi Alex. Ia sangat suka dengan keramaian. Menurutnya, di keramaian ia tidak perlu merasakan sepi.

Pandangan Alex tertuju kepada salah satu stand makanan yang menjual berbagai macam jenis kue. Ia berjalan cepat dan berhenti tepat di stand tersebut. Matanya mulai melihat satu persatu kue yang dijual.

"Kue coklat itu tampak lezat," ucap Alex sembari menelan salivanya.

"Pak, aku mau kue coklat itu sepotong," ujar Alex kepada bapak-bapak penjual kue.

"Baik nona. Silahkan." Bapak-bapak paruh baya itu memberikan kue yang sudah dimasukkan ke kotak dengan rapi.

Alex mengambil kotak kue tersebut dan memberikan uang kepada bapak tersebut. "Terima kasih pak. Ambil saja kembaliannya."

Alex dengan girang memamerkan kue yang baru saja dibeli olehnya kepada Tasya dan Sarah. "Lihat, aku sudah membeli kue. Aku tidak sabar untuk menyantapnya."

"Wah ka---" Ucapan Sarah terhenti ketika ia melihat Alex bertabrakan dengan seorang laki-laki tampan berpakaian formal.

"Astaga. Kueku," ucap Alex sembari mengambil kotak kue yang sudah terjatuh ke tanah.

"Kalau punya mata itu dipakai, jangan sampai menabrakku!" Pria itu sangat ketus kepada Alex.

"Hai, jangan sembarangan bicara dengan tuan putri. Apa kau tidak tau kalau dia adalah putri dari Raja James!" Bentak Tasya kepada pria misterius itu.

Pria itu tidak tampak menyesal ataupun terkejut karena sudah menabrak seorang Putri Raja. Wajahnya datar sembari memperhatikan Alex yang sedang mengambil bungkusan kue yang sudah hancur. Lalu Sarah dan Tasya ikut membantu Alex.

"Kau harus mengganti kueku!" Ujar Alex sembari menatap mata pria misterius itu dengan tajam.

"Apa kau bilang? Kenapa aku harus mengganti kue yang tidak penting itu? Kau yang telah menabrakku!"

Mata Alex berkaca-kaca mendengar bentakan dari pria yang tidak ia kenal. Ia tidak peduli dengan ketampanan pria itu. Baginya pria yang baru saja menabraknya adalah pria yang tidak sopan dan tidak punya etika.

"Aku tidak menabrakmu! Ini semua karena kau yang berjalan tidak menggunakan mata!" Alex tidak bisa menyerah begitu saja. Amarahnya mulai memuncak. Ia mengepalkan kedua tangannya untuk menahan ledakan emosi yang ia rasakan sekarang.

Pria di hadapannya itu tidak merespon ucapan Alex. Kemudian ia berjalan melewati Alex dengan sombongnya. Alex tidak membiarkan sang pria misterius itu pergi. Ia mengejar pria itu.

"Tunggu!" Teriak Alex sembari menarik lengan pria tersebut.

"Dasar wanita sinting. Apa yang kau inginkan dariku?"

Mendengar celaan dari pria asing, Alex sudah tidak bisa menahan emosinya lagi. Ia menampar pria itu dengan kencang. Sampai-sampai pengunjung melihat ke arah mereka.

"Ada apa ini?" Tanya Collins.

"Dari mana saja kau? Bukannya kau harus menjaga Alex?" tanya Tasya kepada Collins.

"Maaf, aku baru saja membeli es krim," jawab Collins.

"Pergi kau atau aku akan memenjarakanmu!" Ancam Collins kepada si pria misterius. Lalu tanpa berbicara apapun pria itu pergi dan menghilang.

"Ayo segera pulang Tuan Putri," ajak Collins sembari memegang lengan Alex.

Alex mengelak. Wajahnya tampak sedih. "Aku masih mau di sini. Aku baru saja sampai."

"Tapi saya tidak mau hal buruk menimpa Tuan Putri."

"Kalau begitu, jangan membeli es krim lagi!" Bentak Alex, lalu ia kembali jalan bersama teman-temannya. Sedangkan Collins mengikuti mereka dari belakang.

***

Bunyi air mancur di tengah halaman taman alun-alun terdengar sangat menenangkan suasana hati siapapun yang sedang mendengarnya. Patung perempuan romawi kuno dengan gaun panjang yang sedang memegang guci kecil berdiri di tengah-tengah air mancur yang berbentuk lingkaran.

Alex, Tasya dan Sarah duduk di bangku taman yang menghadap ke air mancur. Alex dan Sarah asik mengunyah sosis pedas yang dibeli mereka beberapa menit lalu. Sedangkan Alex hanya melamun. Ia sudah tidak napsu memakan apapun sekarang.

"Kamu seharusnya ceria, festival kan salah satu kesukaanmu," kata Sarah kepada Alex.

"Alex masih kesal dengan pria tampan tadi." Tasya melontarkan fakta yang menyebabkan murungnya Alex. Alex hanya merespon ucapan Tasya dengan helaan napas yang berat.

"Aku harap aku tidak akan bertemu dengan pria sial itu lagi!" Ujar Alex dengan wajah kesal.

"Alex..." Sarah memanggil Alex dan menatapnya dengan serius.

"Apakah kamu tidak mau mencari kekasih? Di umurmu yang sudah 23 tahun ini, pasti ayahmu memintamu untuk segera menikah kan?" pertanyaan yang dilontarkan oleh Sarah berhasil memperkeruh suasana hati Alex.

"Ayahku tidak pernah menyuruhku untuk menikah."

"Wah, berarti ayahmu bukan hanya menjadi raja yang bijak tetapi juga ayah yang baik untukmu ya," ucap Tasya dengan penuh kekaguman.

"Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian sudah punya pacar?" Tanya Alex kepada dua orang sahabatnya itu.

"Aku sudah punya kekasih baru, tapi untuk sekarang masih kurahasiakan," jawab Sarah dengan senyuman.

"Kalau aku sih, aku tidak punya kekasih untuk saat ini. Aku masih ingin bebas melihat pria-pria tampan di Westbell," jawab Tasya.

Sedang asik berbincang, Collins menghampiri tiga gadis yang sedang berbincang tersebut. Ia memberi kode seperti suara batukan untuk menandakan bahwa Alex harus segera pulang.

"Tuan Putri, kita harus segera pulang," ajak Collins dengan ekspresi wajah datar.

"Hmm... Bukannya aku masih punya waktu 2 jam lagi ya?" tanya Alex.

"Raja dan Ratu membatalkan perjalanannya keluar kota. Mereka meminta Tuan Putri untuk segera pulang, ada hal yang harus dibicarakan."

"Baiklah."

"Teman-teman, aku pulang dulu ya. Sampai jumpa lain waktu." Alex melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan sementara dengan para sahabatnya. Meskipun Alex masih ingin menghabiskan waktu bersama teman-temannya, tapi ia harus menuruti perintah dari ayah dan ibunya.

"Sampai jumpa Alex. Bye." 

The Princess and The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang