Mas Off - 1. 😢 Brondong tampanku

3.5K 72 0
                                    

.

.

.

[ My Sultan Husband ]

Cast :
Off Jumpol (28 tahun)
Gun Atthaphan (28 tahun)
Bright Vachirawit (20 tahun)
Others

Happy reading...

.
.
.

Ada banyak hari dalam satu minggunya, tapi mengapa semua keruwetan hari seolah menimpa di satu waktu. Tidak cukup perihal deadline pekerjaan saja yang serasa mencekik Gun seharian penuh ini, telfon mendadak dari AJ dan JJ seakan ikut menambah ledakan bom atom di otak pria manis berstelan formal itu.

Dengan langkah tergesa ia berjalan menuju basemant, terpaksa membatalkan jadwal lemburnya secara sepihak dan melimpahkannya pada Janhae. Mengenai kemungkinan surat peringatan atau teguran keras yang bisa saja Kepala Divisi layangkan padanya, Gun memilih akan memikirkan hal itu nanti saja. Fokusnya saat ini adalah ia harus segera pulang ke kampung halamannya secepat mungkin, apapun yang terjadi. Atau ia akan menyesal seumur hidupnya.

Berpuluh kali, atau bahkan beratus kali Gun berdoa. Mulutnya tidak luput memanjatkan doa apa saja sebisanya, yang orang tuanya ajarkan sedari ia kecil. Seketika air matanya bergulir tanpa beban, semua memori terlintas begitu saja, menambah tidak karuan perasaannya.

Satu-satunya yang terlintas didalam benaknya yakni bagaimana kalau ia tidak bisa sampai tepat waktu? Bagaimana kalau ia tidak sempat meminta maaf dan memeluk beliau? Bagaimana kalau sampai ia tidak ada di saat terakhir beliau?

Tidak. Itu tidak akan terjadi. Mencoba melebur perasaan kacaunya, lalu mengusap kasar tumpukan air mata yang semakin membuat pandangannya memburam. Bagaimanapun Gun harus sampai dengan tepat dan dan dalam keadaan selamat.

Entah seberapa membahayakannya ia mengemudi, yang terpenting kini ia telah sampai setelah menempuh lima jam perjalanan dari Jakarta. Dengan setengah berlari, mengabaikan siapa saja yang ia temui di rumahnya, Gun hanya lekas memeluk tersedu ibunya yang terbaring diatas ranjang kamarnya. Tenggorokannya kian tercekat kala sang sang Ibu tak lekas membalas pelukannya. Sungguh ia belum siap mendengar berita buruk apapun.

"Kak Gun kapan sampai?"

Meski masih ingin lebih lama memeluk sang ibu, mau tidak mau ia harus mengalihkan atensi pada AJ di depan pintu, lalu ada JJ dan Ayah dibelakangnya hingga Gun pun berganti bersimpuh memeluk sang Ayah.

"Yah... Ibu... Ibu sakit apa? hiks..." Hanya itu yang bisa Gun suarakan, hatinya sungguh sesak, hampir tidak kuat dengan jawaban terburuk Ayah yang mungkin saja ia dapatkan.

"Nggak papa Nak, nggak papa... udah nggak usah nangis. Ibu nggak papa... "

Gun menggeleng keras. Ia bukan anak kecil lagi, tentu tidak akan mudah percaya dengan jawaban Ayah yang seakan membohonginya. Jelas teringat bagaimana adik kembarnya menelfon menyuruhnya untuk pulang segera sebelum terlambat, ditambah dengan kalimat bahwa itu wasiat dari ibunya. Bagaimana mungkin Gun percaya kalau Ibu baik-baik saja.

"Ayah jangan bohong, bilang aja ke Gun, ibu sakit apa, kenapa nggak ada yang kasih kabar sama Gun... hiks.."

Masih dengan penuh air mata, Gun mencoba memaksa Ayah mengatakan sejujurnya, bukan malah sebuah kerutan di dahi Ayahnya.

"Kamu ngomong apa sih, pulang-pulang kok aneh begini. Siapa yang sakit Gun, kita sekeluarga sehat-sehat kok."

"Ayah jangan bercanda. Gun bela-belain pulang langsung dari kantor nggak ganti baju apapun dulu setelah dapet telfon dari AJ."

Ya AJ, remaja tersebut hanya cengengesan. Gun menatapnya tidak mengerti, lalu beralih pada adik satunya--JJ yang juga hanya garuk-garuk kepala tanpa berani menatapnya apalagi bersuara. Beberapa detik mencerna apa yang sebenarnya tengah terjadi hingga ia pun segera menoleh kembali dan seketika ia begitu kaget saat mendapati Ibu yang duduk tegak disamping ranjang sembari menggunakan punggung tangan untuk menutupi senyumnya.

"Ibu..." Sungguh Gun tidak mengerti, bergantian menatap Ibu lalu JJ lalu AJ lalu Ayah, namun tetap saja ia tidak paham dengan situasi ini sebelum Ibu mendekati lalu memeluknya dari samping.

"Maafin Ibu, Gun. AJ sama JJ itu Ibu yang suruh supaya kamu mau pulang. Ibu kangen sekali sama anak sulung Ibu ini." Ibu masih memeluk Gun yang kini tidak tau harus bereaksi seperti apa. Tentu ia marah, tidak menyangka, dan merasa dipermainkan. Tapi yang lebih besar adalah rasa kelegaan.

"Tapi bukan seperti ini Bu caranya. Gun nggak suka." Sejenak ia memandang kedua adiknya, "AJ, JJ, apa maksud kalian bohong?"

AJ, salah satu yang lebih tua hanya berani menundukkan kepala kentara merasa bersalah, "Maaf Kak, kita nggak maksud gitu. Ibu yang maksa."

"Kalian ini ada-ada saja. Sakit itu bukan hal yang pantas dijadikan gurauan." Tegur Ayah tegas, bukan hanya AJ dan JJ tapi membuat ibu yang sepenuhnya lebih merasa bersalah.

"Iya maafin Ibu Yah, habisnya Ibu bingung harus pake cara apa supaya Gunni bisa cepat pulang kerumah. Sudah setengah tahun loh kamu nggak pulang." Nada bicara Ibu lirih diakhir, Ibunya pasti sangat Rindu, dan Gun sepenuhnya tau.

"Iya, Gun juga minta maaf. Gun pasti pulang kalo ada cuti atau libur panjang, Bu."

"Kirain Ibu kamu nggak mau pulang takut Ibu suruh nikah."

Sudah Gun tebak, ibunya pasti tidak jauh-jauh membahas tentang pernikahan, "Gun memang mau nikah, Ibu tenang aja." Mendengar Gun berucap bangga, seketika Ibu memandang penuh harap, "Beneran kamu Gun? Kapan?"

"Dua tahun lagi, nunggu Bright lulus."

"Bright? Pacar kamu yang brondong itu?"

Gun berdecak dalam hati, dari dulu ibunya selalu skeptis dengan Bright. Memang apa salahnya kalau ia punya pacar brondong, toh mereka saling mencintai. "Iya, siapa lagi pacar Gun kan Bright doang, Bu."

"Kalian benar-benar sudah serius? Kamu sudah bukan remaja lagi loh ya..." Lagi-lagi nada bicara ibu terdengar tidak menyenangkan jika membahas tentang Bright. Dan kali ini terdengar seperti ancaman.

"Iya Bu, Gun tau. Makanya Gun serius sama Bright. Gun juga udah kenal sama orang tua Bright. Mereka bilang kita bisa nikah setelah Bright lulus."

"Bagus kalo gitu." Itu jawaban Ayah, membuat seulas senyum cantik mengembang di wajah Gun. Ia tidak menyangka, dua tahun perjuangannya dengan Bright untuk mendapat restu akhirnya tidak sia-sia.

Sebelum Ibu ikut bersuara dan melunturkan semua mimpi indah dan senyum cantik Gun.

"Tapi Ibu nggak setuju, Ibu mau kamu menikah dengan seorang sultan, bukan dengan Bright si brondong tampan ! "

.

.

.

Tbc

Mas Off [ My Sultan Husband ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang