A cup of Coffee (Jinan)

1.2K 12 2
                                    

Sejak tiba di Semarang, Jinan nampak begitu murung dan menyendiri. Sedikit member yang mengerti dengan kegalauan Jinan ini, meski sudah menyuarakan namun kegalauan Jinan masih begitu besar. Seharusnya ia dan adiknya akan menonton konser idolanya hari ini, boyband korea yang begitu ia idolakan hari ini akan tampil di Jakarta. Jinan sudah mendapatkan tiket yang sulit didapatkan itu melalui undian sehingga ia benar-benar murung karena mengetahui jadwal kegiatannya yang membuat ia tak bisa pergi menonton. Rasa kesal dan iri sejak tadi tak kunjung menghilang, apalagi adiknya yang tetap berangkat untuk menonton konser tersebut. Ia marah dengan keadaan, membuat tak ada satu pun yang berani mendekatinya.

"Jinan" panggil manajer pada wakil kapten JKT48 itu.

"Iya." Balas gadis itu singkat, ia sudah tak peduli bila akan dimarahi atau terkena sanksi atas tingkah lakunya ini.

"Kamu mau keluar?" Tanya manajer pada Jinan, gadis itu menoleh ke arah manajer.

"Mau jalan-jalan? Silahkan, kita bebasin jam malam kamu asal kamu pulang ke hotel gak terlalu larut" ujar manajer pada Jinan, mencoba memperbaiki mood Jinan.

"Gak ah males, disini aja" balas Jinan cepat, moodnya sudah terlalu rusak untuk melakukan apapun.

"Serius? Yaudah... kalau kamu nanti mau keluar, silahkan keluar aja.. kamu pegang kunci kamarnya ya" kata manajer lalu meninggalkan Jinan yang tengah menyendiri di restoran hotel yang sudah tutup.

Jinan membuka twitter, melihat keseruan konser dari media sosial keduanya. Banyak fans lain yang berkicau tentang konser tersebut serta keseruannya. Jinan merasa bodoh membuka sosial media, ia meletakkan handphonenya dengan kasar ke atas meja dan kini bersandar di sofa restoran. Wajahnya menghadap ke atas, tertutupi oleh lengannya yang menutupi wajah. Jinan kesal, marah dan ingin menangis, untung saja ia bukan seorang yang mudah menangis sehingga hanya rasa sakit di hatinya saja yang memenuhi hatinya.

"Latte" ujar Jinan pada barista cafe.

Jinan akhirnya memilih keluar dan berjalan asal di kota Semarang, ia terus berjalan tanpa tentu arah sampai akhirnya menemukan sebuah kedai kopi kenamaan yang berada di sudut jalan. Ia memasuki kedai kopi tersebut untuk menghabiskan harinya yang buruk, tempat yang sepi itu cocok sekali dengan keinginannya untuk menyendiri.

"Baik... ukuran apa?" Balas Barista pada Jinan.

"Tall, soy milk, bayar pakai debit" ujar Jinan sekaligus, barista yang mengerti langsung membuatkan pesanan Jinan tanpa bertanya.

Jinan meninggalkan meja kasir setelah membayar pesanannya, tak peduli bahwa seharusnya ia menunggu sampai minumannya jadi. Ia langsung menuju bangku yang berada di sudut toko, memakai headset dan membuka sosial media. Ia memutar lagu dari boyband yang batal ia tonton tersebut, air matanya yang tak mampu mengalir membuatnya tersiksa dalam kesedihan.

_________________

*POV barista*

"Satu latte, ini sugarnya, ini sedotannya" ujarku pada gadis yang nampak tengah bersedih itu.

Raut wajahnya terpancar rasa galau yang begitu kuat, aku menduga ia sedang patah hati ditinggal kekasihnya.

"Thanks" balas gadis itu singkat, matanya kembali fokus pada sosial media di handphonenya.

"Sama sama, semoga harimu lebih baik." Balasku, gadis itu menoleh cepat ke arahku namun aku sudah meninggalkan gadis tersebut kembali ke balik counter.

Aku kembali menjaga cafe tersebut, pengunjung yang datang begitu sepi malam ini, hanya ada gadis yang sedang sedih itu di dalam toko. Sesekali pengunjung datang namun hanya membeli dan kemudian pergi, sehingga di dalam toko ini hanya ada aku dan gadis tersebut. Ia sama sekali tak memperdulikan sekelilingnya, terhanyut dalam dunianya sendiri dengan headset dan handphone yang ia pegang. Aku terus memperhatikan gadis itu, lama-lama aku dapat menyadari bahwa ia benar-benar cantik dan nampak bukan seperti gadis biasa. Penampilannya sangat berbeda, sangat menawan dengan pakaian yang begitu stylish.

One Shoot Collection.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang