Bagian 21

135 14 0
                                    

Jae bergegas menghampiri Rosa, antara marah dan merasa bersalah.
"Ngapain kesini..?"
Yang ditanya menengadah, kemudian bangkit menghambur ke pelukan Jae.
"Jangan tinggalin gue pliss..!"
Bau alkhol tercium ketika Rosa bicara.
"Lu mabuk ya..? Jangan bertingkah aneh-aneh Ros.."
"Kenapa lu kaya gini Jae, gue sayang banget. Ayo kita nikah..!"
"Jangan gila Ros, lepasin gue..!"
"Nggak Jae, nggak akan gue lepasin sampai lu mau nikahin gue..!"
"Lu mabuk Ros, jangan kaya gini..!!"

Risih dengan sikap Rosa, apalagi orang-orang mulai berkumpul menonton. Sedikit kasar Jae mendorong Rosa, hingga wanita itu terhuyung.
"Lu jahaaaaatttt..!!" Rosa berteriak.
"Rosa pliss jangan kaya gini..! Ayo pulang gue anterin..!" Pinta Jae melembut.
"Nggak..! Lu gak tau hancurnya perasaan gue, lu gak tau gimana sedihnya gue..!" Rosa mulai histeris.
"Ayo pulang, malu diliatin orang-orang.."
"Gue gak peduli..!! Gue cuma mau nikah sama lu..!"

Jae meraih Rosa, membujuknya agar tenang namun wanita itu semakin histeris dan menjadi.
"Tunjukin ke gue mana pacar lu yang baru itu..? Mana!! gue pengen liat..!"
"Ros, jangan kaya gini..!!"
"Kemaren lu bilang pacaran sama anak kantor. Yang mana orangnya..? Yang mana..?"
"Gue tau lu marah..! Ayo kita bicara di luar..!"
"Gak mau Jae..!! Gue pengen tau pacar lu yang mana..!!"

Butuh kesabaran menghadapi orang seperti Rosa, apalagi wanita itu dalam keadaan mabuk.

Beberapa karyawan yang melintas di lobby terlihat acuh dengan drama yang sedang terjadi, namun lebih banyak dari mereka justru tertarik dan asik menonton. Bahkan ada dari mereka yang merekam pertengkaran itu.
***
Menyimak sebentar apa yang sedang terjadi, kemudian Rey menjauh. Ia belum sampai pintu, ketika sebuah tangan menahannya.

"Gak jadi pulang sama Jae..?" Tanya Yunan.
"Nggak, mau pulang duluan aja.."
"Ayo gue anterin pulang..!"

Tanpa berkomentar apapun Rey menuruti ajakan Yunan. Seandainya Yunan tidak tahu tentang mereka mungkin ia akan bersikap acuh saat wajah Rey mendadak suram. Sayangnya Ia tau, didorong rasa peduli dan iba akhirnya Yunan mengurus anak itu.

Siapapun pasti mendengar ketika Rosa berteriak menanyakan kekasih Jae, begitu pun Yunan. Kejadian itu semakin memperjelas hubungan Jae dan Rey.

Sepanjang perjalanan pulang Rey tak bicara, ia berusaha keras menahan tangisan. Pandangannya tertuju ke luar jendela, sementara dalam batinnya perasaan bersalah dan marah berkecamuk saling memaki.

"Lu sakit lagi Rey..?" Tanya Yunan memecah keheningan.
Rey menoleh, memaksakan diri tersenyum, "Iya bang, kayanya maag kumat lagi. Rada pusing sama mual.."
"Mau gue anter ke dokter gak..?"
"Gak usah bang, masih ada obat di rumah. Maaf jadi ngerepotin..!!"
"Santai aja Rey. Lu pasti kaget yah ngeliat Jae.."
"Hahh..!" Rey terkejut.
"Iya mereka berantem di lobby. Si Rosa itu emang problematik sih menurut gue.."

Rey tersenyum simpul, memahami perkataan Yunan, "Mereka udah lama pacaran yah..?"
"Ehmm, Jae sih ngakunya gak pacaran, cuma deket doang. Mereka belum lama kenal, seinget gue belum ada setaun.."
"Oh gitu.."
"Yah Si Rosanya emang posesif, kita pernah ngumpul bareng jadi gue tau dikit. Cewek gue aja gak seneng sama tingkah Rosa.."

Percakapan mereka terhenti ketika sampai di tujuan. Yunan mengantar Rey ke dalam rumah, sekedar memastikan anak itu baik-baik saja.
***
Belum pernah Rey merasa serapuh ini, sejak Yunan pergi ia terus menangis. Air mata yang sedari tadi di bendungnya banjir tak lagi bisa di tahan. Dadanya terasa nyeri, setiap hembusan nafas terasa menyayat. Inikah hukuman atas kesalahan yang dipilihnya..?

Perlakuan Jae pada Rosa menurutnya berlebihan, wanita itu seharusnya diperlakukan dengan lembut. Rey hanya bisa membayangkan bagaimana sakit yang dirasakan Rosa. Sebenarnya, bagi Rey tak ada yang perlu ditangisi, tapi entah mengapa ia merasa menyesal dan sakit.

Dulu Rey pernah berpikir akan menjadikan Niki sebagai kekasih, hanya untuk bersandiwara dan berlaku normal. Begitu niat busuknya, tapi Rey masih punya hati nurani. Tidak mungkin wanita sebaik Niki harus dimanfaatkan. Ia juga tidak ingin menyeret orang lain ke dalam masalahnya. Dan Rey sempat berpikir bahwa kedekatan Jae dengan Rosa hanya untuk menutupi hubungan mereka.

Tangis Rey belum mereda ketika Jae datang. Lelaki itu langsung memeluk tubuh Rey.
"Maaf.." bisiknya.

Rey mendorong pelan, membuat jarak untuk mereka. Kedatangan Jae justru membuat rasa sakitnya semakin terasa. Rey memilih pergi ke kamar dan menghindar, tapi bukan Jae namanya jika membiarkan Rey pergi. Lelaki itu mengikuti.

"Maafin gue Rey, gue gak tau kalo Rosa senekat itu.."

Rey masih bepikir keras, kenapa ia merasa sakit hati. Harusnya bahagia dengan keputusan Jae meninggalkan Rosa. Bukan! Bukan tindakan Jae yang membuatnya sakit, tapi perasaan bersalah yang menghantuinya. Sadar dengan itu, Rey berbalik dan memeluk Jae. Tangisnya masih belum mereda.

"Harusnya lu ngikutin keinginan Rosa, menikahi dia.." ucap Rey.
"Jangan bercanda Rey..! Gue gak bisa nikah sama orang yang gak gue cintai..!"
"Apa yang lu harapin dari gue bang..?"

"Kenapa lu mikirnya gitu Rey..?" Amarah Jae sedikit terpancing.
"Lu bisa nikahin Rosa dan tetap sama gue bang.."
"Gue gak mau..!! Gue maunya nikah sama lu Rey..!"

Yang diucapkan Jae terdengar seperti lelucon, itu sebabnya Rey tertawa. Lelaki kecil itu melepas pelukan, kemudian berjalan ke menuju sebuah nakas. Dibukanya laci paling atas, beberapa botol minuman tersimpan disana. Rey mengambil salah satu botol, membuka dan menegaknya dengan rakus.

"Lu udah mabuk bang, padahal belum minum.." ejek Rey seraya mengacungkan botol ditangannya.

Yang ingin Jae dapatkan adalah pengertian Rey atas kejadian tadi sore, namun kekasihnya malah bertingkah konyol.

"Gue serius Rey..!" Nada dingin itu terdengar menakutkan. "Gue gak mau hubungan kita cuma buat seneng-seneng aja.."
"Lah bukannya sejak awal kita cuma nyari kepuasan aja..?!"

Emosi Jae terpancing, lelaki itu mendorong Rey hingga terjatuh di kasur kemudian menindihnya. "Jadi selama ini lu cuma nyari kepuasan doang Rey..? It's ok, kalo itu yang lu butuhin bakal gue kasih.."

"Gue lagi gak mau..!" Rey meronta berusaha melepaskan diri.

Usaha Rey lepas dari cengkraman Jae hanya sia-sia, lelaki di atasnya memiliki tenaga yang kuat, dia mampu mengunci Rey dengan satu tangan. Sementara satu tangan lagi sibuk melucuti pakaiannya.
****

ReylandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang