03. pernikahan dini

75 9 8
                                    

"Kita masi bisa cerai kan? Kita bisa nikah, terus cerai? Apa susah nya sih? Kita ekting, pura-pura bahagia di depan mereka, ingat hanya di depan mereka! Terus kita bisa bikin skandal perselingkuhan, dan lo bisa mengajukan gugatan cerai di pengadilan agama." ide konyol Fathur.

"Cih, karangan cerita lo jelek. Gue gak mau jadi janda!" Rina menatap langit malam yang kala itulah di penuhi bintang-bintang.

"Ya kalo lo gak mau, ada satu pilihan lagi." Fathur sengaja menggantung kalimat nya. Dia menunggu pertanyaan dari gadis di depannya, tapi gadis itu tak kunjung bicara. Fathur menghembuskan nafas panjang kemudian berucap, "lo lompat aja dari sini. Kalo lo mati kan kita gak jadi nikah." ucapannya mendapatkan pelototan dari Rina.

"Kenapa gak lo aja yang loncat?"

"Gue laki-laki dan masih punya harga diri."

Rina gregetan sendiri melihat tingkah calon suaminya. "Kalo gak bisa kasi solusi yang masuk akal, mending lo diem." Rina pergi meninggalkan Fathur di rooftop. Sementara Fathur diam saja sambil menatap kepergian Rina dengan mata elangnya.

Rina kembali ke meja prasmanan dan duduk di tempat nya semula. Orang-orang yang awalnya ketawa bahagia lantas menjadi diam saat melihat Rina datang sendirian.

"Kok cepet? Fathur mana?" tanya Sarah.

"Di sini mah," Fathur muncul dan berjalan dengan badan tegak langkah lebar, sangat cool dan keren.

"Rin calon suami lo selevel sama gue ganteng nya." bisik Revan yang di balas tatapan sinis dari Rina.

Rina melihat Fathur sudah kembali duduk di kursi nya. Mereka melanjutkan perbincangan, selama makan, Fathur dan Rina hanya saling lempar tatapan sinis.

Setelah malam itu mereka tidak pernah bertemu lagi sampai hari pernikahan tiba.

•••

Beberapa hari berlalu, kini persiapan pernikahan sudah rampung. Mereka menikah di rumah dengan sederhana karena usia mereka yang masih belia dan di seharusnya pernikahan mereka belum terdaftar, tapi karena orang tua mereka memiliki koneksi yang kuat sehingga mereka dapat menikah dengan sah baik dari agama maupun negara.

Rina duduk di depan meja rias dengan mata berkaca-kaca menahan air mata. Kini wajah nya sudah di poles oleh make up ala-ala pengantin. Rina menggunakan busana adat Jawa sesuai permintaan ibu nya karena mereka keturunan Jawa.

Berkali-kali Rina menghembuskan nafas berharap pernikahan nya hari ini di batalkan. Ia harap laki-laki yang akan menjadi suami nya itu berhasil kabur sebelum hari pernikahan.

"Anak mama cantik," Ratna datang dan memegang jemari lentik Rina.

Rina menatap ibunya dengan mata merah akibat menahan air mata. "Maafin mama, mama tau ini berat buat kamu." Mama Rina kembali berucap sambil menatap mata anak nya, sementara Rina, dia hanya diam seribu bahasa. Mulutnya terbungkam, bicara pun rasanya sulit dan tak berguna.

"Fathur udah datang, dan sebentar lagi bakal ngucapin akad. Setelah itu kamu dan dia akan tinggal di rumah kalian sendiri."

"Mah ini keterlaluan! Rina salah apa mah sampe mama jahat begini?"

"Kamu gak salah apa-apa, maafin mama, tapi ini keputusan mama."

Rina membuang muka enggan melihat wajah ibunya, hari ini di ulang tahunnya yang ke-17, bukannya pergi merayakan bersama teman-teman nya, dia malah terkurung di rumah sampai pernikahan selesai, dan parah nya lagi dia akan tinggal bersama laki-laki yang sama sekali tidak ia sukai.

"Ini ulang tahun terburuk di hidup aku," ucapan Rina yang terdengar jelas di kuping Ratna.

Ratna tak memperdulikan nya, dia berjalan keluar dari kamar pengantin. Sementara Rina, gadis itu menatap langit-langit kamarnya agar air matanya tidak tumpah.

Dari dalam kamar, Rina dapat mendengar semuanya. Dia dengar saat Fathur mengucapkan ikrar ijab Kabul dengan suara yang lantang dan jelas. Juga dia dengar saat semua orang mengatakan sah. Dan saat itu pula dia sadar kalau dirinya sudah melepaskan masa lajang.

Ratna kembali membawa Sarah, mereka membawa Rina keluar dari kamar. Fathur nampak lebih tampan menggunakan pakaian pengantin pria adat Jawa di tambah blangkon hitam bermotif batik di kepalanya menambah kesan estetika.

Rina di dudukkan di sebelah Fathur, dia di minta untuk menyalami suami nya. Setelah itu, dengan terpaksa Fathur mencium kening Rina.  Setelah itu mereka saling bertukar cincin di jari manis (bergantian memasangkan cincin)

"Kenapa lo gak kabur bego!" Rina berbisik di telinga Fathur.

"Lo sendiri kenapa gak kabur?" Fathur balik bertanya dengan cara yang serupa.

"Gue gak mau jadi gelandangan."

"Ya sama."

Percakapan mereka berakhir dengan tatapan sinis.

"Kita resmi jadi besan Sar, padahal dulu cuman guyon (bercanda)" ucap Ratna ibu Rina.

"Iya haha," mereka tertawa bersama-sama. Sementara Rina dan Fathur nampak tertekan.

Setelah selesai, acara pun di bubarkan, tidak ada resepsi, ini hanya ijab kabul yang di hadiri oleh keluarga terdekat.

Buih datang menghampiri Rina, perut nya sudah buncit. "maafin gue, gara-gara gue lo jadi di kawinin sama mak lo." Buih mengelus pundak Rina.

Rina tak menjawab ucapan Buih, karena dia sama sekali tidak tau apa yang harus dia katakan. Bibirnya terasa kelu hanya untuk sekedar berbicara.

Setelah acara kumpul keluarga selesai, Rina dan Fathur di antar ke rumah mereka sendiri. Rumah yang letaknya di tengah-tengah (maksud nya ini Ratna kalo mau ke rumah besannya Sarah ngelewatin rumah Fathur sama Rina begitupun sebaliknya)

Fathur dan Rina duduk berdua di ruang tamu dengan keadaan hening. Mereka tidak duduk bersampingan, melainkan duduk berhadapan.

"Sekarang mau lo apa? Bikin anak?" Celetuk Rina sembarang.

"Najis! Nauzubillah. Gue gak akan mau lakuin hal itu sama lo walaupun kepepet."

"Gue juga gak mau anjing!" Rina menyipitkan matanya.

Hening.. mereka sama-sama melipat tangan di atas perut. "Gue laper, gak ada makanan emang?" tanya Fathur yang memang dari tadi pagi tidak berselera makan.

"Gak ada, kalo mau masak sendiri! Oh iya btw selamat 17 tahun, gue tau ini ulang tahun terburuk lo selama hidup, soalnya gue juga gitu."

"Hm yayaya," Fathur tidak mengindahkan ucapan Rina.

•••

Malam hari, mereka berdua sama-sama kelaparan. Orang tua mereka sengaja mengerjai mereka dengan tidak menyimpankan sepiring makanan mateng, mereka hanya menyiapkan bahan-bahan mentah yang artinya Rina harus memasak sendiri.

"Masak gih, lo kan cewe." Fathur menyuruh Rina saat mereka berpapasan di tangga.

Rina memutar bola matanya malas, "lo aja, kan punya tangan." Rina berjalan melewati Fathur.

Tangan Fathur terkepal, dia geram kenapa harus menghadapi kesialan ini. Dia ingat ucapan orang tua nya sebelum mereka pergi ke rumah Rina. "Jagain Rina, orang tua nya nyerahin Rina ke kamu karena mereka percaya kamu bisa bertanggung jawab dan gak apa-apain Rina sebelum kalian lulus SMA. Apalagi pernikahan kalian tidak di dasari oleh cinta. Jangan berfikir mau cerai! Papa gak bakal jadiin kamu ahli waris kalau sampe kamu bercerai dari Rina!"

"Sialan!" umpat Fathur, dia ingat kalau besok hari Senin dan mereka harus berangkat ke sekolah. (Oh iya, barang-barang Rina sama Fathur udah di pindahin ke rumah baru mereka)

LOVE HIM!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang