🐶🐰
"JEANNN!"
"APA SAYANG! GAK USAH TERIAK GUE GAK BUDEG."
"LO JUGA TERIAK ANJENG!"
Terdengar suara langkah kaki tergesa menuruni tangga, Jean yang melihat penampilan bangun tidur sang istri hanya bisa menggeleng sabar. Sabar, kuatkan iman.
Bukk
"Aghhhhh.. sakit kontol gue sanass."
"Sengaja." Kekehnya lalu mengecup bibir penuh Jean singkat.
"Lihat! Gara-gara kamu tadi malem." Sanas menunjukkan bercak merah keunguan yang menghiasi area leher, pundak dan payudaranya. Bahkan Sanas tidak segan menurunkan gaun tidurnya sampai hampir memperlihatkan dua payudaranya didepan Jean.
"Buat apa begitu? Sengaja mau aku terkam hm?"
"Gosah ge er anda. Aku cuma mau nunjukin. Udah aku tunjukkin sekarang kamu tanggung jawab gimana ini caranya biar cepet hilang."
"Biarin ajasih, cantik kok."
"Ihhh mamah nanti kesini. Malu lah kalau mamah liat leher aku bentol bentol kaya macan tutul."
"Iya kamu kan emang macan."
"Jeannnn."
"Gak papa, ay. Mamah juga pernah muda kali, pasti pernah waktu proses buat aku ngewenya gak tau waktu."
"Iya justru itu, malah tambah malu diliat sama senior."
"Ribet dah yang. Udah biarin, lagian yang perkosa kamu suami kamu sendiri."
"Iya juga ya hehe." Ucapnya menyengir kemudian melingkarkan tangannya dengan erat di leher Jean.
"Merdu banget."
"Apanya?" Bingung Jean. Pasalnya dirumah tidak sedang menonton atau mendengarkan musik. Diluar memang sedang hujan tapi suaranya tidak sampai kedalam.
"Detak jantung kamu. Oh ya! Yang dibilang papah ke kamu itu gimana?"
"Nggak usah dipikirin."
"Kalau emang papah maunya aku kuliah ikut kamu, aku nggak papa."
"Kalau kamu ngejalaninnya terpaksa mending gak usah."
"Kamu mau ngehamilin aku?"
"Nggak."
"Terus?"
"Ya nggak terus emang mau terus kemana?"
"Jean serius jangan bercanda bisa? Aku tau papah bilang gitu pasti ada tujuannya, gak mungkin papah tiba-tiba nyuruh aku kuliah bisnis. Secara nih ya papah nggak suka aku kan, kita nikah karena kecelakaan. Kalau papa emang gak mau aku ada di keluarga ini, papa pasti langsung nyuruh kamu ceraiin aku bukan malah nyuruh aku kuliah supaya bisa ngurus bisnis keluarga. Atau gak papa langsung usir aku kan ya kan? Secara bayi nya kan udah gak ada, kamu udah gak punya tanggung jawab lagi."
"Kita suami istri kalau kamu lupa."
"Ya aku tau. Tapi kan siapa tau kamu mau ceraiin aku juga kan, bisa aja."
"Udah aku bilang. Kalau kamu berharap aku ceraiin kamu jawabannya nggak akan pernah terjadi mending aku bunuh kamu sekarang."
"Serem amat pak."
Cup
"Oke kembali ke laptop. Emm..kamu beneran anak tunggal Je?"
"Iya."
"Papa ada saudara? Mama?"
"Papah punya kakak laki-laki satu. Kalau mamah gak ada deh, mamah anak tunggal."
"Oke. Terus bisnis turun temurun dari keluarga kamu di kelola siapa?"
"Papah. Kakek percaya sama papah jadi nama papa yang tercantum sebagai ahli waris Verio's grup."
"Berati paman kamu gak dapet apa-apa dong?"
"Nggak. Om Hernan cuma dapet 30% dari semua aset dan bisnis kakek. Dulu kata kakek, mamah pernah keguguran tiga kali karena ulah istri om Hernan."
"Alasannya?"
"Karena om Hernan masih ngincer posisi papa. Papah bakal turun posisi sebagai pemimpin perusahaan utama kalau papah gak punya keturunan, otomatis om Hernan bakal lakuin cara apapun supaya keturunan papah gak berhasil hidup."
"Tapi kamu bisa hidup."
"Aku hidup biar kamu gak jadi perawan tua biar bisa nikahin kamu."
Sanas mendelik sinis "Lambemu!"
"Menurut kamu, kenapa papa kasih dua pilihan itu?"
"Aku penerus papa selanjutnya, otomatis aku harus bisa ngehandle semuanya. Kalau ada satu yang terbengkalai itu jadi kesempatan tikus pengerat untuk dapetin posisi."
"Tikus pengerat?"
"Sepupu aku. Om Hernan punya dua orang putra."
Sanas diam sejenak, otaknya berfikir keras. Kenapa kehidupan keluarga suaminya sangat rumit."
"Anjing! Jangan bilang nanti kamu turun posisi kalau kamu gak bisa handle bisnis itu dengan baik."
Jean mengangguk.
"Mereka bisa ambil posisi aku kalau aku benar-benar gak becus mimpin perusahaan."
"Wah gak bisa dibiarkan. Nanti kamu miskin dong."
"Nanti kita ngemis ya sayang."
"Ihhhh janganlah, kasihan muka kamu cakep gini disuruh ngemis." Sanas menangkup pipi Jean, dimiringkan kekanan kekiri melihat proporsi wajah suaminya. Hidung mancung, bibir seksi kissable, rahang tegas, jidat glowing simering splending "Mending jual diri aja."
"Istri biadab."
Sanas tergelak keras, ia menciumi pipi Jean gemas diakhiri dengan mengecup bibir pria itu pelan.
"Oke, aku gak jadi ikut kursus. Aku mau bantu kamu aja."
"Nggak."
"Why?"
"Buka toko kue itu salah satu keinginan kamu, impian kamu. Aku nggak mau ngerebut apa yang seharusnya kamu dapatkan."
"Cukup keperawanan dan janin kamu yang aku renggut dari hidup kamu."
"Jean. Udah berapa kali aku bilang, perginya Kal itu bukan salah kamu tapi salah aku karena nggak bisa jaga diri."
"Udah berapa kali juga aku bilang jangan salahin diri kamu sendiri." Ucap Jean.
"Oke, kalau gitu gak usah saling menyalahkan diri sendiri. Kita udah sepakat kalau kejadian yang aku alami waktu itu kecelakaan."
Jean mengangguk "Jadi?"
"Jadi aku tetap mau kuliah aja sama kaya kamu."
"Sayang."
"No no nooo... Aku juga mau kali jadi wanita pinter. Aku bakal buktiin yatim piatu kaya aku ini bisa berkembang."
"Berkembang biak."
"Bukan gitu ihh. Iya berkembang biak juga salah satunya dan itu harus tapi nanti. Nanti kalau aku udah siap hamil lagi kamu baru hamilin aku. Untuk sekarang berkembang membenahi diri menjadi lebih baik gitu."