Bloodstone Route 1: I Wanna Be With You

21 5 3
                                    

18, Desember 2022
#prompt: Memories

Type: Cerpen [558 kata]

Status: Jin x Hyun

***

Ini memalukan sewaktu kita berakhir. Bagaimana bisa aku tersadar dan menjalani realita dunia ini tanpamu? Kau tahu bila aku tidak bisa meninggalkanmu.

Namun ... kau pergi. Ya, aku baik-baik saja. Bila aku tidak sadar.

Cintaku, apakah aku mengecewakanmu? Beribu alasan kucari untuk berhenti mencintaimu. Sanggupkah aku?

Namun, aku harus menemukan alasan untuk mengucapkan selamat tinggal padamu.

Ingatlah ini ... aku masih mencintaimu.

***

Jin berdiri ujung dermaga. Satu langkah salah saja akan mengantar dirinya tercebur. Embusan angin bermain riang di antara helai-helai rambut pirang yang menampar-nampar wajahnya. Suatu keputusan yang berani untuk seorang pria yang baru saja kehilangan separuh jiwanya.

Terbukti, tindakan impulsif tersebut tidak sebanding. Perih di kulit kepala sewaktu cairan kimia itu menghapus pigmen rambutnya sama sekali tidak sebanding dengan perih yang telah mengiris dan membuat luka menganga besar di hatinya. Sang kekasih hati tidak akan pernah kembali.

Sebanyak apa pun air mata yang tertumpah. Seberapa banyak botol minuman keras yang mengitarinya di malam itu. Seberapa besar keinginannya untuk menyusul dia. Tidak ada, tidak ada satu pun yang bisa membuatnya membuang sosok malaikat yang sekarang berubah menjadi gentayang penyesalan.

Penyesalan memang selalu datang terlambat. Ya, Jin tahu persis kata-kata yang sudah sering didengarnya sejak kecil. Namun, kepengecutanlah yang menjadi belenggu. Belenggu yang terus mengunci mulutnya untuk menyatakan tiga kata itu.

"Aku cinta padamu." Dua lengan Hyun menempel di dada Jin, berhasil mengalihkan pikirannya yang terus berkecamuk. "Aku cinta padamu," ulang Hyun.

Jin hanya menunduk, memerhatikan cardigan longgar yang dikenakannya kusut di dalam remasan jemari mungil Hyun yang gemetar. "Hyun ... apakah ... aku melakukan kesalahan? Apakah aku layak untuk dimaafkan?"

Hyun menempelkan dahi di punggung prianya. Rinai dari sudut mata perlahan meluncur akibat merespon tubuh Jin yang berguncang pelan. "Ti—tidak ... sama sekali tidak. Kau tidak melakukan kesalahan apa pun, Jin ...."

Tangan Hyun meluncur dan meremas kedua tangan Jin yang menggantung. Dingin. Ia berharap dengan melakukan hal sia-sia itu akan menghangatkannya. Namun, dari mana datangnya kehangatan bila jemarinya jauh lebih dingin?

"Hyun ... kau baik-baik saja?" Parau. Suara Jin parau dan kering. Apakah dia menangis semalaman lagi?

Jin merasakan dua gesekan di punggungnya. Cara Hyun untuk menjawab malas pertanyaan yang tiap hari selalu terlontar dari sela-sela bibirnya yang mengepulkan asap tipis. Genggaman Hyun yang belum lepas dari tangannya semakin kuat.

"Aku baik-baik saja."

Tapi aku tidak yakin bila aku baik-baik saja, Jin. Kau memang milikku, tapi bukankah itu yang memberatkan dan menyakiti hatimu?

***

Di tangan Jin tergenggam sebuah kristal merah darah—Bloodstone. Konon kristal bertuah itu bisa mengabulkan permohonan kuat dari hati yang hampa. Wanita tua di bazaar malam sebulan setelah kepergiannya, mengatakan hal yang menurutnya sendiri adalah omong kosong. Namun, jauh di dasar sumur hatinya yang kering, ada suara yang menguatkan tekad untuk mencoba.

Tidak ada salahnya mencoba, kan? Bila tidak terjadi apa-apa, kau tidak rugi juga.

Jin hanya cukup membayar dengan sepuluh tahun sisa hidupnya. Jadi, katakanlah bila ia mencapai usia enam puluh tahun, maka pada usia lima puluh tahun, wanita itu akan datang dan mengklaim jiwanya. Sebuah harga yang pantas bila bisa mendapatkan kembali waktu yang hilang itu. Waktu yang ia perlukan untuk menyatakan 'Aku cinta padamu'.

Waktu yang hilang di hari liburan ketiga mereka. Liburan yang membawa petaka dan membuatnya kehilangan kesempatan untuk berlutut dengan satu kaki dan bertanya bila dia mau menyampirkan cincin bermata merah itu di jari manisnya.

Senyum sinis tertarik di sudut bibirnya. "Apa yang kau pikirkan, Jin. Kau hanya bisa berangan-angan. Jangankan berlutut di hadapannya, cincinnya saja hilang entah ke mana karena kecerobohanmu. Dasar bodoh dan tidak berguna!"

***


CrystallizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang