Beberapa menit kemudian, kini Wawan dan Aida telah sampai di City Mall Cianjur, lalu Wawan memarkirkan mobil di bawah basemen. Selanjutnya Wawan menghentikan mobilnya di parkiran kosong. Sebelum turun, Wawan mengancingkan kemejanya biar terlihat rapi. Selepas berbenah pakaian, mereka berdua turun sembari berjalan menaiki anak tangga untuk menuju lantai satu.
Sesampai di lantai satu, Wawan mengajak Aida ke Hypermart untuk membelikan minuman dengan mengikuti keinginan pasangannya, malam ini ia harus lebih peka pada Aida, sebab Wawan sudah kesepakatan.
Saat masuk ke tempat tersebut, Wawan mengambil troli dan menemani Aida membeli makanan and minuman.
"Dedek, mau beli apa?" tanya Wawan.
"Aku, mau minum mas," balas Aida.
"Dedek, nggak mau beli makanan atau snack. Nanti mas yang bayar kok."
"Nggak mau, mas. Intinya aku ingin minum aja, Dedek dah bosan makan chiki-chiki nanti sakit ginjal."
"Utututu ... ya sudah kalau itu adalah keinginan Dedek, mas ikut aja."
Aida mengangguk sembari tersenyum, kemudian mereka berdua berjalan bersama-sama seraya mengandeng tangan, untuk menebarkan romantis di hadapan orang-orang, bahwa mereka sebentar lagi bakalan menjadi pasangan baru.
Saat berada di depan kulkas minuman, kini Wawan membukanya dengan pelan sambil memasukkan botol air mineral ke dalam troli. Setelah mengambil minuman, mereka berdua berjalan lagi menuju kasir untuk membayar minuman tersebut.
"Berapa mbak, harganya?" tanya Wawan.
"Em, sepuluh ribu aja, pak," balas kasir.
Sebenarnya kasir itu sedikit kesal melihat pembeli membawa troli hanya untuk membeli sebotol minuman, namun ia malah tetap menahan amarahnya, sebab pembeli yang ia lihat sangat ganteng sambil membawa anak remaja berumur tiga belas tahun. Kasir itu pikir Wawan adalah seorang duda dengan membawa anak gadisnya.
"Oh, baiklah tunggu sebentar yah, mbak." Kemudian Wawan membuka dompetnya dan untuk mengambil uang kas sepuluh ribu, lalu serahkan pada kasir tersebut. Sambil menyerahkan uang, kasir itu malah memelas-melas tangan Wawan.
Wawan sontak kaget melihat kasir yang genit itu, then ia melepaskan tangan dan mengambil kantong kresek minuman, melihat Wawan nan berpegangan membuat Aida sedikit cemburu, lalu Aida mencubit perut Wawan.
"Mas Wawan, makin genit yah. Berani-beraninya pegang tangan cewek lain di depanku, mas nggak sayang lagi yah dengan ku," gerutu Aida.
"Utututu ... nggak sayang, mas enggak ngelakuin itu melainkan kasir tadi yang pegang tangan duluan. Mas hanya sayang sama kamu seorang, masa mas mau berpaling sama cewek lain, dapati Dedek aja susahnya minta ampun," balas Wawan seraya memegang tangan Aida.
"Apa iya? Atau jangan-jangan Mas Wawan punya pacar simpanan. Em, iya Dedek percaya tapi kalau Mas Wawan masih ngelakuin itu lagi, maka hubungan kita putus." Aida yang berusaha memainkan Wawan.
"Heh enggak sayang, sumpah demi Allah, mas nggak punya pacar simpanan sama sekali. Em, makasih yah sayang sudah percayai mas. Lah, jangan sayang, mas nggak mau putus sama kamu melainkan aku ingin hidup denganmu sampai akhir hayat kita. Iya, mas akan menjaga-jaga lagi dari wanita lain."
Kini Aida mengangguk sambil tersenyum, melihat Wawan memelas kepadanya. Terkadang pacaran dengan seorang kepsek sangatlah mengasyikan. Biasanya kepsek sangat galak dan berkharisma berbeda dengan Wawan yang berusaha memelas pada muridnya sendiri, sebab tidak mau ingin diputuskan.
Setelah mengobrol dan keluar dari Hypermart, Wawan mengajak Aida ke toko handphone, kini Aida melihat iPhone yang terpajang di mana-mana, matanya mulai berkaca-kaca. Kemudian Aida berusaha memegang iPhone tiga belas versi terbaru.
"Mas Wawan, Dedek mau iPhone ini boleh nggak?" pinta Aida.
"Ya sudah, ambil aja sayang. Hari ini kamu bisa ambil sesuka hati, nanti mas yang bayar," balas Wawan.
"Makasih yah, mas." Aida sangat bahagia, saking senangnya ia malah memeluk tubuh Wawan dengan erat.
"Akhirnya setelah sekian lama ku bermimpi, kini aku bisa punya handphone iPhone tiga belas pemberian Mas Wawan," batin Aida.
Kemudian Aida dan Wawan datang menghampiri penjual handphone, dengan membeli iPhone tiga belas buat Aida.
"Kak, saya mau beli iPhone tiga belas warna hitam," pinta Wawan.
"Tapi, aku mau warna pink, mas," balas Aida.
"A-nggak jadi kak, warna pink aja."
"Em, baiklah tunggu sebentar yah, pak."
Penjual itu langsung mengambil iPhone tiga belas, lalu mengeluarkan di hadapan Aida dan Wawan.
"Wah, bagus banget. Aku mau mas yang ini," pinta Aida.
"Ya sudah kak, aku mau ambil ini aja satu. Ngomong-ngomong harganya berapa kak?" tanya Wawan.
"Harganya tiga belas juta, pak," balas penjual.
Wawan pun mengangguk. Selepas itu, ia mengeluarkan dompet dan mengambil kartu debit. Kasir tersebut mengangguk, lalu menggesekkan kartu that.
Selepas membeli iPhone, Aida dan Wawan pergi meninggalkan tempat tersebut, lalu berjalan ke toko aksesoris jam tangan, di sana Wawan melihat sepasang jam tangan dengan harga dua juta lima ratus ribu rupiah berwarna putih dan hitam. Saking penasaran with jam tersebut, Wawan mengajak Aida ke tempat itu.
"Dedek, mau beli jam nggak? Biar kita couple," tanya Wawan.
"Mau mas, tapi harganya mahal banget," balas Aida.
"Nggak pa-pa sayang, yang penting kita harus beli jam tangan itu sekarang juga. Dedek nggak usah takut nanti mas bayar, gimana Dedek mau nggak."
Aida mengangguk sambil tersenyum, kemudian mereka berdua mengambil sepasang jam dan berjalan menghampiri kasir.
"Permisi, kak. Saya mau beli sepaket jam tangan ini, kira-kira harganya bisa kurang nggak?" sapa Wawan.
"A-iya pak, em, harganya sudah sangat minimalis, pak. Jadi nggak bisa kurang lagi," balas kasir.
"Oh, baiklah kak. Saya beli jam ini langsung, kalau pakai debit bisa nggak kak?" tanya Wawan.
"Bisa, pak."
Wawan pun mengangguk, kemudian ia mengambil dompet di saku celana, lalu membuka dompet dan mengambil kartu debit. Selepas membeli sepasang jam tangan dengan harga jutaan, Wawan dan Aida keluar dari tersebut. Tidak lama perut Wawan malah keroncongan.
"Dedek, kita makan dulu yuk. Mas, dah lapar banget nih," ajak Wawan.
"Tapi, dedek sudah kenyang mas. Tadi, makan nasi Padang sama mamak dan bapak," balas Aida dengan menolak.
"Wah, enak juga. Tapi, mas belum makan sama sekali sayang, ayolah please. Nanti mas beliin es-krim sama hamburger," kekeh Wawan sambil memelas.
"Em, kalau itu maunya mas, Dedek ikut aja. Hah, iya kah? Ya sudah, ayo mas Dedek pengen makan es-krim sama makan hamburger."
Wawan tersenyum, then mereka berdua pergi mencari restoran cepat saji. Tidak lama Wawan melihat CFC, tanpa berlama-lama mereka berdua bergegas menuju tempat tersebut.
"Dedek tunggu sini dulu yah, mas mau mesan makanan," ucap Wawan.
"Iya, mas," balas Aida.
Wawan nodding head, lalu ia pergi meninggalkan Aida untuk memesan makanan.
"Kak, saya mau pesan nasi ayam satu pakai dada, terus hamburger, es-krim sama Coca cola satu," pinta Wawan.
"Iya, pak. Ditunggu yah," balas kasir.
"Ngomong-ngomong harganya berapa, kak?" tanya Wawan.
"Harga total 72 ribu, pak."
"Oh, ok. Ini uangnya. Nanti antarkan makanan saya ke meja depan sana."
"Siap, pak."
Usai memesan makanan, Wawan berjalan menghampiri Aida yang sedang duduk di meja kosong sambil memainkan handphone nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum, Pak Kepsek [TAMAT]
Teen FictionAida Puspita Sari (17) adalah Siswi SMK Harapan Bangsa yang mengambil jurusan seni. Bersama-sama dengan kedua temannya yang bernama Lita dan Madonna, mereka membentuk suatu grup band yang dinamakan Metalis. Meskipun mereka suka bermain musik sebagai...