Chapter 6 : Rebuttal

37 4 0
                                    

      Dering handphone menganggu konsentrasi Jayden yang saat ini sedang fokus memperhatikan layar monitor, kurva yang terus meningkat membuatnya tersenyum bahagia.

Ia melihat nama seseorang yang memanggil nya dari sebrang sana, dan senyumnya semakin mengembang.

Itu neneknya.

"Ciao Oma! Come stai?¹"

"Sto bene!² Ada apa ini Jayden? Kau terdengar seperti sedang bahagia?"

Jayden menyenderkan punggungnya dengan relax di kursi kantor, seketika perasaan rindu membuncah di hatinya. Lucia, neneknya itu memang tidak tinggal bersamanya sejak ia berusia 20 tahun, saat ini Lucia tinggal di Itali bersama sang kakek, William.

"Hanya beberapa bisnis ku yang sedang naik harga." Seru Jayden sekenanya.

Pria itu memang tidak berbohong, bisnisnya saat ini memang sedang naik harga. Namun bukan bisnis real estate, club ataupun perusahaan bandara internasional yang ia pegang, melainkan bisnis gelap nya.

Jayden tertawa miris dalam hatinya, sampai saat ini tak ada satu pun selain para pengawalnya yang tau bahwa dirinya adalah seorang mafia.

"Itu kabar yang baik Jay, ah ya kapan kau akan bermain ke sini bersama Anna?" Tanya neneknya dari sebrang sana.

"Aku secepatnya akan mengunjungi mu ke sana, tapi sepertinya aku tidak bisa membawa Anna bersamaku."

Anna adalah adik satu-satunya Jayden yang ia miliki, dan semenjak pria itu memutuskan untuk menetap di Indonesia, Anna ikut tinggal bersamanya.

Terdengar desahan kecewa dari sebrang sana, ia tahu bahwa nenek nya sangat merindukan adik perempuan nya.

"Aku sangat merindukan kau dan Anna..."

"Tenang saja Oma, aku akan membawa Anna ke sana akhir tahun ini." Seru Jayden mencoba menghibur neneknya.

"Baiklah, sampaikan salam ku pada cucuku yang manis itu. Dan kau Jayden, jangan terlalu keras dalam bekerja, sesekali istirahat dan segera lah menikah! Ingat umurmu sudah 32 tahun, kapan ka-"

"Omaaa, sudah dulu ya, aku ada beberapa urusan yang perlu di selesaikan. Salam kan peluk dan cium ku kepada Opa. addio!!"

Tanpa menunggu jawaban dari neneknya, Jayden segera mematikan sambungan telfonnya, Lucia akhir-akhir ini sangat gencar menyuruhnya untuk menikah.

Menikah....

Jayden menghembuskan napasnya dengan gusar, bagaimana dia bisa menikah jika rasa tertarik kepada wanita saja tidak ada. Bukan, dia bukan gay, hanya saja ada beberapa luka di masa lalu yang sampai saat ini masih meradang di hatinya.

Lamunannya tentang menikah, wanita dan masa lalu terhenti karena suara ketukan di pintu.

"Masuk."

Liam muncul dari balik pintu, pria berbadan besar itu mendekat ke arah meja kerja Jayden.

"Ada apa Liam?" Tanya Jayden

"Gadis itu sudah sadar tuan." Seru Liam

Jayden yang semula sudah memfokuskan matanya kepada monitor, dengan cepat menoleh ke arah sekertarisnya, dan saat itu senyumnya kembali mengembang.

"Baiklah.. Mari kita sambut dia."

***

"LEPASKAN AKU BRENGSEK!"

Teriakan nyaring dari seorang gadis menggema di seluruh ruangan, jika saja ruangan itu tidak kedap suara, sepertinya akan terdengar sampai lantai 3 di rumah itu.

Point' Of OrchisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang