22. KARENA TRAUMA ITU DIA MATI.

53 2 0
                                    

"Gua selalu anggap lu ada, kok. Lu kan emang ada, disini." jawab Dra.

"Tuh, kan. Tolol." sahut Amel.

"Lu bisa diem nggak, tai?!" seru Dra.

"Enggak! Kenapa?! Mau pukul? PUKUL!" jawab Amel dengan nada tinggi.

"Kalo bukan cewe, dari tadi lu udah gua pukul." kata Dra.

"Yaudah, pukul aja. Gua nggak pernah takut sama laki-laki manapun!" cetus Amel.

"Udah, semua! Udah!" teriak Fayza.

"Emang udah. Daritadi juga udah. Temen lu yang bacotnya nggak bisa diem." sahut Dra.

Amel mendapat telepon. Amel pun sejenak menepi dari mereka.

Ternyata telepon tersebut datang dari Tante Nike, Ibu Nayla. Amel segera mengangkat telepon tersebut, berharap ada kabar baik tentang Nayla.

"Iya tante? Kenapa?" tanya Amel.

"A-Ameeel..." jawab Tante Nike.

"Eh, kenapa tante? Kenapa nangis?" tanya Amel lagi.

"Nayla, Mel..." jawab tante Nike tersedu-sedu.

"Kenapa Nayla, tante?!" tanya Amel dengan nada tinggi.

Dira dan Fayza menyahut, "Nayla kenapa, Mel?!"

"Tante?!!! Kenapa?!!" tanya Amel lagi.

"Nayla bunuh diri, Mel....." jawab tante Nike dengan pecah tangisnya.

Amel terdiam. Handphone-nya jatuh dari tangan. Seketika ia lemas, kedua kakinya gemetar dan jatuh, tak lagi sanggup menopang tubuhnya. Ia berlutut dengan linangan air mata.

"Mel, kenapa?!" tanya Dira yang berlutut sejajar dengan Amel.

"Nayla, Dir.." jawab Amel.

"Kenapa Nayla?!" sahut Fayza.

"Nayla bunuh diri." jawab Amel.

Dira dan Fayza shock. Dra dan Bian terdiam dan melirik satu sama lain. Tapi, ekspresi Bian jauh berbeda dengan Dra. Terlihat dari sorot mata Bian; sebuah kesedihan dengan mata yang telah berkaca-kaca.

"Innalillahi wa Innailaihi Raji'un..." sahut Fayza sesambil menangis.

"Nayla.... Kenapa, Nay..." lirih Dira.

"Ian, kabarkan ke anak BEM yang lain, Nayla telah meninggalkan kita." pinta Dra.

"S-siap, Dra." jawab Bian dengan gugup.

Bian berlari ke Sekretariat BEM Fakultas Sastra dengan sangat cepat. Saat ia berlari, air matanya menetes— melayang terbawa angin. Sesampainya di Sekret,

"Innalillahi wa Innailaihi Raji'un.." sahut Prajogo.

"Bunuh diri?" tanya Ridho.

"Iya, Dho." jawab Bian.

Miguel menyahut, "Perasaan gua tertuju pada satu masalah. Ada yang janggal disini. Kita kesana aja sekarang."

Pra, Miguel, Ridho dan Bian kembali menyusul Dra dan yang lainnya disana.

"Kita kerumah Nayla. Semua ini harus dipecahkan." kata Miguel.

"Apa yang mau dipecahkan?" tanya Dra.

"Semua ini pasti ada sebabnya, Dra. Percaya aja sama gue." jawab Miguel.

"Yaudah. Siapa yang tau rumah Nayla?" tanya Dra.

"Kami tau, kak." jawab Dira.

"Yaudah, kita kesana. Pra, pake mobil lu, ya? Gua bawa motor soalnya." kata Dra.

SYAILENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang