7

2.2K 204 8
                                    

Bahagianya mereka adalah bahagiaku

Sulung

.................

Tubuhnya mungil, hidungnya kecil nan mancung, rambutnya lembut, dan senyumnya manis.

Renjun tahu bahwa ia memiliki darah campuran antara Korea dan China, Renjun tahu bahwa ayahnya hanya pendatang, dan Renjun juga tahu bahwa ia dibuang dengan sadar oleh ibunya.

Begitulah hidup, manusia selalu gelap mata hanya untuk memenuhi nafsu mereka. Tidak ada cinta, tidak ada pula ikatan, korbannya hanya seorang bayi mungil yang tak berdaya.

Saat itu usianya baru tiga minggu sejak dilahirkan, ia ditaruh di sebuah keranjang dengan selimut seadanya serta surat yang mengabarkan duka.

Ia tak pernah tahu rupa ibu kandungnya, dan mungkin ia juga sudah tak tertarik untuk mengetahui siapa ibunya.

Namun scenario Tuhan memang yang terbaik bukan? Jika ia menoleh kebelakang, ia hanya akan mengerti mengapa semua terjadi.

Dulu, untuk makan satu buah rotipun harus dibagi untuk beberapa anak. Ia tak pernah merasakan bagaimana menjadi yang pertama mandi, bagaimana punya kasur sendiri, dan bagaimana memiliki kamar pribadi.

Ibu hanya mengajarkan bahwa apapun yang ia miliki, maka itu semua milik bersama, tak terkecuali makanan dan pakaian.

Di rumah sederhana itu tak ada yang seumuran dengannya kecuali Jeno dan Haechan. Karena mereka seumuran, ibu selalu mengingatkan agar mereka selalu bersama karena mengingat mereka memiliki tahun lahir yang sama serta tanggal mereka datang ke rumah tak terlalu jauh.

Saat itu Renjun kecil hanya bingung, mengapa ibu selalu memintanya untuk mengalah pada Jeno dan Haechan. Renjun kecil tak mengerti mengapa mainnya selalu yang sisa dan tak berkesempatan untuk memilih.

Namun perlahan-lahan ia tahu bahwa itulah tugas kakak. Seakan sudah terbiasa, Renjun bahkan akan memarahi Jeno atau Haechan jika salah satu dari mereka melupakan yang lain.

Hari itu pagi sekali ibu menghampirinya, Renjun sedikit bingung karena biasanya ibu akan sibuk membuat kue di dapur untuk kemudian di titipkan di warung-warung terdekat.

Ibu menyuruhnya untuk membantu memilih baju yang bagus untuk dikenakan Renjun, Jeno, dan juga Haechan. Saat seperti ini ia sudah tak heran lagi, tatkala setelahnya ibu berkata bahwa kemungkinan mereka tak akan bersama lagi.

Walaupun masih diusia 3 tahun, namun keadaan memaksa Renjun untuk mengerti, bahwa ibu sudah tak lagi mampu membiayai mereka.

Hatinya berdebar seiring berdentingnya jam dinding, menunggu Jeno serta Haechan bangun dari tidurnya.

Renjun kecil sangat ingin memiliki orang tua baru, karena jujur dalam hatinya ia menginginkan kebahagiaan yang terjamin. Hatinya selalu itu ketika melihat anak seusianya di gendong oleh sang ayah ataupun di gandeng oleh ibunya.

Namun, Renjun faham bahwa ibu tak akan melakukan itu. Dulu ada kak Mark dan kak Jaehwan yang akan membantu ibu mengurus dirinya, Jeno ataupun Haechan. Tapi setelah hari itu tiba, kak Mark hanya berpesan pada Renjun kecil untuk menjaga rumah dan segala isinya.

Logikanya ingin ia diadopsi, namun hatinya selalu berbalik. Jika ia pergi, bagaimana dengan kedua orang yang sudah ia anggap sebagai adiknya, siapa yang akan membantu ibu membuat kue dan menyiram tumbuhan.

Renjun ingin egois, tapi hatinya menolak, dan pada akhirnya ia rela jika hari ini bukan dia yang pergi bersama orang tua baru.

Begitulah kehidupan? Sebagian orang mungkin beruntung terlahir dari keluarga yang harmonis. Namun, sebagiannya lagi bahkan harus bermimpi hanya untuk sebuah keinginan yang sederhana.

Semua orang menginginkan benang takdir yang lurus, namun bukankah semua sudah tersedia dalam scenario.

Lembar hari ini bisa saja duka, tapi jika kita tak berani mencoba membuka lembar setelahnya, kita tak akan pernah tau apa isi dari lembar itu.

Manusia mencoba dan Tuhan yang memutuskan. Mengeluh itu wajar namun lupa untuk bersyukur sangat tidak tahu diri, sifat manusia memang semengerikan itu.

...........

Renjun duduk dengan hati yang gusar, tangan kanannya ia gunakan untuk menggenggam tangan Haechan, dan tangan kirinya ia gunakan untuk menggenggam tangan Jeno.

Sejak kedatangan tamu beberapa saat lalu, ibu hanya mengatakan untuk mereka menunggu di dalam. Dan diperbolehkan keluar jika ibu datang.

Hatinya boleh saja gusar namun ekspresi wajahnya sangat tenang. Renjun tahu, jika ia sedih Jeno dan Haechan pun akan begitu.

Beberapa doa telah ia rapalkan meminta pada Tuhan agar apapun hasil setelahnya ia bisa melewati nya bersama ibu. Ya, hanya ibu yang menurutnya tak akan meninggalkannya.

Doa anak kecil yang bahkan usianya masih tiga tahun, Renjun selalu ingat pesan ibu bahwa sebaik-baiknya penjagaan adalah penjagaan Tuhan.

Sudah sewajarnya bukan? Manusia berusaha dan Tuhan lah yang memutuskan.

.........

Semua masih terasa aneh bagi Renjun, diam-diam ia meneteskan air mata yang langsung di usap dengan punggung tangan mungilnya.

Ia sedih tapi ia bahagia, karena beberapa saat setelah keputusan dimana ia, Jeno, dan juga Haechan akhirnya mengemasi barang secara bersamaan.

Tidak berpisah dan tidak saling melepaskan, namun saat ia pergi saat itu juga hari di mana ia akan jarang bertemu dengan ibu.

Rasa takut itu kecil namun selalu hadir dan membuat Renjun risau akan bagaimana rumah barunya. Apakah orang tua baru akan sebaik ibu ataukah sama seperti buku dongeng yang ia baca hasil meminjam.

Tapi, rasanya hangat. Ketika seorang wanita cantik menyuruhnya untuk memanggil dengan sebutan Mama itu memeluknya dengan tulus. Renjun bahkan sangat bahagia ketika di gendong dengan seorang lelaki yang mengaku dirinya adalah Ayah.

Beginikah memiliki orang tua? Rasanya ternyata menyenangkan. Terlebih mereka diperlakukan dengan sangat baik oleh kedua orang tua baru mereka, serta di sambut baik oleh beberapa pekerja di rumah.

Pada akhirnya memang harus ada pengorbanan sebelum mendapat hasil yang diinginkan. Sesuai atau tidak bukankah manusia tak pantas menghakimi sang maha kuasa. Usaha tak pernah mengkhianati hasil? Bukankah itu sebuah omong kosong yang diciptakan manusia untuk memacu semangat dalam diri atau untuk menutupi kesedihan karena akhirnya tak memenuhi standar harapan?

Bersyukur, manusia terkadang lupa bahwa nafas yang bahkan masih berhembus juga suatu hadiah besar yang di anugerahkan Tuhan.

.........

Happy New Year 🥳
Salam kasih untuk para pembaca cerita ini. Pertama-tama maaf apabila ada cerita yang kata-katanya masih nggak nyambung, banyak typo ataupun membosankan.

Ini cerita pertama aku❤️
Cerita ini aku tulis karena beberapa inspirasi yang aku dapat.

Menurut aku, setiap manusia itu berhak bahagia sekalipun dalam ilusi yang ia ciptakan, orang bilang bahagia itu sederhana tapi ternyata tidak sesederhana keliatannya.

Always grateful and enjoy your life guys, semoga di tahun yang baru ini kita bisa menjadi pribadi yang terus berusaha menjadi lebih baik untuk kedepannya. Jangan lupa bersyukur untuk hari-hari serta kenangan-kenangan yang telah terlewati. Suka dukanya coba di giring ke arah positif, lalu lihat kebelakang dan coba tersenyum untuk memahami arti mengapa semua harus terjadi.

Bahagia itu ada dan pasti ada, semangat❤️

Sulung
Januari 2023

ADEK || 00Where stories live. Discover now