Eps 11

732 55 2
                                    

Keesokan harinya, sama seperti rencana mereka berdua kemarin akan menghadiri sebuah acara penting di kantor perusahaan Kasela. Tuan Agral sudah mempersiapkan setelan jas yang cocok untuk Antarez putranya, dan dirinya sendiri.

Mobil berwarna putih berada di depan teras rumah, dengan Pak sopir menunggu kedatangan Tuannya. Lalu, Tuan Agral beserta Antarez segera masuk ke dalam sana, dan kendaraan itu pun berangkat menuju lokasi.

Suasana di dalam mobil sangatlah sepi, keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Antarez, yang tidak mengerti harus berbuat apa, ia hanya mengalihkan perhatiannya kepada pemandangan di luar kaca mobil. Sedangkan Tuan Agral, pandangan lelaki itu lurus ke depan melihat ke arah jalanan.

"Saya berterima kasih, karena kamu sudah mau menemani Papa ke acara penting ini," ujar Tuan Agral.

"Hm, tidak masalah," balas Antarez dingin.

"Jawaban yang cukup singkat, haha watak mu memang hampir sama seperti Papa mu dahulu sewaktu muda. Tapi nak, bukankah ini adalah kesempatan kita untuk bisa mengobrol lebih tentang banyak hal? Jarang sekali kita bisa memiliki waktu luang seperti ini," ucapnya kepada Antarez yang bersikap acuh.

"Tidak ada hal yang menarik untuk dibicarakan Pa," balas Antarez sekali lagi, karena sekarang baginya, diam itu jauh lebih baik. Setiap kali Antarez hendak memulai suatu perbincangan bersama Tuan Agral, entah kenapa ada rasa ketakutan, gugup, serta trauma tersendiri di dalam diri Antarez. Ia hanya takut, kalau hal itu benar-benar terjadi.

Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka telah sampai di perusahaan Kasela. Gedung yang sangat besar, dan begitu tinggi. Perusahaan Kasela adalah salah satu perusahaan yang sangat terkenal di kota Byantara.

Mobil diminta untuk masuk, dan diparkir di sebuah tempat yang sudah disediakan. Sopir membukakan pintu mobil untuk kedua laki-laki tampan tersebut, di depan pintu masuk Tuan Agral disambut begitu baik oleh para karyawan di sana, dua di antara mereka mengantarkan Tuan Agral dan Antarez menuju ke tempat acara.

Sangat ramai, beberapa orang mulai berjalan mendekat menghampiri Tuan Agral, mereka saling berjabat tangan dan berbincang ringan. Antarez benci suasana seperti ini, lihat, bahkan kehadiran anak itu tidak dipedulikan sama sekali.

"Halo pemuda tampan," sapa seseorang membuat Antarez menoleh ke sisi kirinya.

Sebelah alis Antarez terangkat, siapa wanita ini? Dia tidak mengenalnya. "Iyah Bu, apa anda berbicara dengan saya?" tanya Antarez sopan.

Wanita tua namun masih nampak muda itu tertawa. "Tentu saja nak, saya sedang berbicara dengan kamu," balasnya, Antarez juga baru menyadari kalau kedatangan ia tidak sendirian, ada seorang perempuan seumuran dirinya berdiri di samping wanita tersebut.

"Halo Nyonya Miranda, bagaimana kabar anda?" tanya Tuan Agral berdiri di samping tubuh putranya.

"Kabar saya baik Tuan Agral, oh yah saya datang kemari bersama putri kesayangan saya, Elara," jawab Nyonya Miranda memperkenalkan gadis cantik, putri kandungnya itu. Elara Queen Maharani.

"Hi Om, senang bertemu dengan anda," sahut Elara tersenyum, sembari sedikit menundukkan kepala.

"Putri anda cantik dan juga sopan Nyonya Miranda," puji Tuan Agral. "Dan ini anak saya, Antarez. Nak, apa kau sudah memberi salam pada Nyonya Mawar dan putrinya?"

"Hm," deham Antarez dingin, laki-laki itu tidak peduli siapa dan apa status mereka. Antarez sama sekali tidak mengenalnya, semoga saja bisa pulang cepat, di sini sangatlah membosankan.

"Haha, putra anda sungguh tampan Tuan Agral, sangat mirip seperti Papanya," ujar Nyonya Miranda mencoba mencairkan kembali suasana.

"Mmm Tuan, sepertinya acara sebentar lagi mau dimulai, bagaimana kalau kita segera pergi ke sana. Elara sayang, kamu tunggu di sini saja yah bersama Antarez."

"Ta-tapi Ma-"

"Antarez, tolong jaga anak Tante yah, rada pecicilan soalnya, mari Tuan!" Tuan Agral menganggukkan kepala, dan mereka berdua pun berjalan pergi begitu saja, meninggalkan Antarez juga Elara.

"Mau apel?" tawar Elara menyodorkan sepotong apel yang ditusuk pada ujung pisau.

"Lo gila?" tanya Antarez risih.

"Ck lo gak asik, gak perlu sok cool gitu kali. Demeg gua yang lihat," ledek Elara merasa sebal dengan laki-laki yang terpaut jarak tiga puluh centimeter dari dirinya. "Kenapa temen-temen gua pada suka cowok dingin, jelek," sambungnya.

"Kenalin, gua Elara Queen Maharani, lo bisa panggil gua Elara," mood Elara seketika berubah seratus delapan puluh derajat, dari kesal menjadi ceria. Gadis itu mengulurkan jabatan tangan kepada Antarez.

Cukup lama Antarez membiarkan jabatan tangan Elara mematung di tempat, hingga, cewek berambut coklat tersebut dibuat kesal. Dia langsung meraih tangan kanan Antarez dan ditempelkannya pada tangan kanan miliknya. "Nih, salaman itu kayak gini! Lo dulu TK sekolah zaman apa sih? Purbakala? Masa jabatan tangan aja gak paham."

"Gua gak suka disentuh sembarangan. Gua gak tuli, satu perkenalan aja sudah cukup, gak perlu diulang dua kali," balas Antarez menepis kasar tangan Elara.

"Hum," dengkus Elara super kesal, kalau saja kukunya panjang, pasti sekarang dia sudah mencakar-cakar habis wajah Antarez.

Elara tiba-tiba diam, setelah mendapatkan sebuah pesan di dalam handphonenya. Gadis itu terlihat serius membaca kiriman chat di benda pipih tersebut.

"Lo mau kemana?" tanya Antarez kepada Elara, yang hendak mengambil langkah untuk pergi.

"Gua mau ke toilet," balas Elara, raut wajah anak itu berubah tidak seperti sebelumnya.

"Yakin?" tanya Antarez sekali lagi, perubahan raut wajah Elara serta nada bicaranya yang tidak biasa membuat Antarez menaruh rasa curiga.

"Apa peduli lo?" balas Elara menyenggol kasar tubuh Antarez, agar menyingkir dari jalannya. Elara nampak tergesa-gesa keluar dari dalam ruangan, langkah anak itu cukup cepat, diam-diam Antarez juga mencoba mengikuti Elara dari arah belakang.

Kesan pertama aman-aman saja, seperti yang Elara bilang, gadis itu masuk ke dalam toilet wanita. Namun tak lama kemudian, ia keluar dari dalam sana dengan dandanan yang sangat berbeda.

"Dia anak geng?" batin Antarez memantau Elara dari arah kejauhan, gaun putih yang sangat indah melekat di tubuh Elara, kini berubah menjadi setelan seperti anak motor. Ia juga mengenakan sebuah jaket, yang bertuliskan 'OWL GIRLS'.

Elara mulai menuruni anak tangga menuju pintu keluar, dari jendela kaca Antarez masih bisa melihat di depan sana, lebih tepatnya di seberang jalan, ada beberapa anggota geng motor yang mengenakan jaket yang sama seperti yang dikenakan oleh Elara.

Laki-laki itu tidak melakukan tindakan apapun, hanya sibuk memantau Elara beserta anggota gengnya yang mulai pergi meninggalkan lokasi. Ia tersenyum smirk, dan memutuskan untuk kembali masuk ke dalam ruangan.

 Ia tersenyum smirk, dan memutuskan untuk kembali masuk ke dalam ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Elara Queen Maharani-

°•••[KING]•••°

KINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang