Awal dari segalanya

87 75 76
                                    

Pukul tujuh pagi Raya berjalan bingung menyusuri lalu lalang orang sambil mencoba bertanya pada teman yang sedang menariknya. Hingga sampai di depan mading sekolah, banyak siswa yang mengerumuni daerah depan mading, tentu Raya merasa heran, ia baru sampai di depan gerbang sekolah, temannya yang satu ini langsung menariknya tanpa alasan yang jelas, untuk apa dia berada di sini?

"Lia, ini kita ngapain?"

"gue ngajak lo kesini karna ini nih" ucap Lia sambil menunjukkan kertas bertuliskan daftar nama siswa yang kelasnya di pindahkan.

"gue mau tau,yang mana aja yang bakal di kelas kita" Siswa di kelas ujung di pindahkan ke kelas kelas yang ada, atau bisa di katakana bergabung

"emang kelas mereka yang di ujung kenapa?"

"mau diganti jadi ruang seni"

"Ribet" Raya mencoba melihat lihat nama nama siswa, sampai Raya tertuju pada satu nama. "kok..namanya kayak gak asiang?kaya pernah dengar tapi diman-" kalimat yang Raya ucapkan dalam hatinya belum sepenuhnya selesai.

"Ayok Ra..gue udah liat, ayok balik"

****

Suara sepatu terdengar jelas, mereka sudah mengetahui akan ada yang datang masuk ke kelas mereka, suara langkah kakinya semakin jelas. Guru laki laki yang kira kira berumur empat puluh tahun kurang lebih? Mereka tidak tahu,tapi intinya ia adalah pak Asep guru mata pelajaran bahasa Indonesia.

"Assalamualaikum" Salam pak Asep yang berdiri di tengah kelas dengan baju nya yang sudah pasti baju untuk para guru.

"wa'alaikumussalam pak.."

"oke mantap, lah kamu Gavin, Toro kok bisa satu kelas kalian?" Tanya pak Asep heran, karna Gavin dan Toro di kelas tahun lalu sekelas, satu tongkrongan mereka berada di kelas yang sama.

"ini itu namanya kami memang ditakdirkan bersama sama pak" Jawab Gavin Athala ,laki laki yang hobi bermain volly dengan rambutnya yang sedikit keriting,dan kira kira memiliki tinggi seratus tujuh puluh delapan centi meter. "bener pak" lanjut Raditya Toro, hobi Toro ia suka dengan hal memasak, ia paling bisa diandalkan untuk memasak, masakannya benar luar biasa, guru tata boga mengakuinya.

"hmh ya.., nah Gavie kembaran kamu sama Mahesa dimana mereka?"

"kelas sebelah pak" Gavie kembaran Gavin, siapa yang lebih tua? Yang lebih tua adalah Gavie mereka hanya beda tiga menit saja saat di keluarkan, sifat Gavie berbeda dengan Gavin, Gavie memiliki kesabaran setipis tisu, Gavie suka musik,basket dan lebih rajin di banding Gavin.

"ohh,yasudah Bagus bagus kalian disini jangan males malesan, lanjut..karna bu Raisa tidak masuk,kalian disini aja ya.."

"loh,disini kita ngapain pak?"

"yoo, kan kalian baru masuk kelas dua belas, nahh kalian berkenalan sesama, silahturahmi namanya.."

"Baik pak.."

"yowes saya tingggal"

Suasana kelas saat ini para siswa sedang mengobrol, termasuk Raya dan Lia, di tengah percakapan seseorang menyapa mereka. "haloo" ucap wanita di belakang mereka dengan rambutnya yang pendek sebahu dengan senyum yang memperlihatkan lesung pipinya dan dengan poni yang lucu, cocok untuknya. "halo juga.." jawab Raya dan Lia ramah

"gue Teza" layaknya percakapan perkenalan pada umumnya dengan gerakan tangan.

"gue Raya, kalau ini L-"

"Lia, gue Lia"

Dasar teman kurang ajar, selalu memotong pembicaraan orang, dasar Lia tengik! " heh lo kalau gue lagi ngobrol gausah motong bisa?" ujar raya kesal, bagaiman tidak kesel? Mengapa banyak orang yang suka memotong pembicaraan?

"lama lo Ra,"

"gue pindahan kelas ujung, ngomong ngomong gue sering denger nama Raya, dia yang sering menang lomba, iyakan?" Jangan heran, Raya sudah tersebar namanya karna beberapa lomba yang ia ikuti, anak dua angkatan bawah saja kenal.

"ee iya.., tapi ini lo temenan sama gue bukan karna gue di kenal banyak orangkan?, jangan ngikutin kaya ini nih, temenan karna gue banyak di kenal" ujar Raya sembil menatap kearah Lia.

"buset Ra, gue gak gitu.. becanda Ra, gue temenan sama lo karna waktu kelas sepuluh yang ngajak gue ngobrol duluan lo" di saat awal masuk kelas sepuluh Lia anak yang pendiam, mungkin belum ada yang ia kenal, maka hal itu yang membuat Raya melakukan percakapan duluan pada Lia.

****

"ayok main, capek gue ngobrol"

"gass" jawab Teza semangat "kita main DERE OR DERE" lanjut Lia dengan senyum nya dan menaik turunkan alisnya.

"sumpah, lo waras dikit dong Li, dimana mana itu truth or dere bukan dere or dere" ucap Raya tidak terima, jujur ini di luar nalar dan ekspetasinya.

"bosen,terlalu gampang, dere or dere lebih nice" Raya menurut ia hanya bisa menerimanya.

Permainan dimainkan, botol di putar,permainan sudah di mainkan hampir setengah jam, namun botol tersebut tidak berhenti di Raya.Raya bisa balas dendam pada Lia, namun...

berhenti.

botol itu berhenti pas pada Raya, ini yang akhirnya di tunggu Lia dan Teza, "akhirnya kenak lo Ra!" Raya santai, pasti hanya tantangan biasa, seperti menyanyi atau apapun, Lia dan Teza berdiskusi, lima menit berlalu,mereka dapat tantangan yang bagus.

"Zeansya raya althea"

"buset bagus bener nama lo ya"

"diem, diem dulu lo za"

"sorry"

"tantangan dari kita buat lo, sekalian menutup permainan ini, gampang kok Ra, just lo harus bisa dekat dengan anak dengan nama Rayand zevano aidan"

Rasanya semua akan berubah dengan cepat, awal dari segalanya telah terjadi.

***

Ayee aye..

Bab 1 udah nih, lanjut ke bab 2?? Ayo...

Bintangnya jangan lupa!

Nguengg 🏃‍♂🏃‍♀

Sabtu, 07,jan,2023

RAY & RAYA  [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang