BAB 31

25 30 8
                                    

"Disaat senja, rindu ini datang bersama anila dengan harap senja akan kembali di esok harinya tanpa adanya hujan yang menghalanginya"




Bel pulang sekolah telah berbunyi lima belas menit yang lalu, kini Melisa tengah berdiri di pilar aula.

Cuaca mendung nampak mendukung suasana hati Melisa, hatinya seolah dihancurkan hingga berkeping-keping, saat melihat apa yang terjadi didepannya.

Kalau biasanya Jordan akan menunggu, bahkan menjemput Melisa untuk pulang bersama, tapi tidak untuk kali ini.

Jordan tampak duduk manis di atas motor, bersama seorang gadis yang baru saja menaiki motor, tangan mungil gadis itu melingkar dengan indah di pinggang Jordan.

Interaksi keduanya nampak manis yang membuat dada Melisa begitu sesak, Erika, gadis itulah yang menggantikan posisi Melisa.

Disaat Melisa tenggelam dalam pikirannya, ada seseorang yang diam-diam mengawasinya.

"Sudah siap?" Tanya Jordan kepada Erika.

Erika mengeratkan pelukannya "sudah sayang" katanya lembut, yang dibalas senyuman dibalik helm.

Kedua 'sijoli' itu pun melaju membelah jalanan, bumantara tampak ingin menjatuhkan tirta yang siap membahasi bentala kala itu.

Melisa melangkah keluar untuk melihat kepergian calon tunangannya itu, rintik-rintik hujan mulai menyambut seiring dengan ia melangkah.

Rasa bersalah terbesit dalam benaknya, dia menyesal, juga bingung. Semua ini murni diluar kendali Melisa.

Satu tetes air mata keluar dari pelupuk mata yang sudah lama ia pendam, begitupun dengan langit yang benar-benar menjatuhkan hujannya seperti menyambut tangisnya.

Melisa luruh sambil memeluk kedua lututnya erat, menumpahkan segala kesedihannya disana.

Dia hancur benar-benar hancur, entah apa yang harus dilakukannya sekarang.

Dikala Melisa tengah larut dalam kesedihannya beserta guyuran hujan yang mendampinginya.

Beberapa menit Melisa bermandikan air hujan yang dingin menyengat kulitnya, badannya menggigil dengan sedikit kejutan kala air tak mengenainya lagi.

Melisa mendongak dan mendapati Andre yang memayunginya dengan tatapan pilu.

Melisa terisak "Ndre, gue harus gimana?" Tanyanya dengan tangis yang kembali.

"Udah gapapa, lo gak pantes diginiin, apalagi sama cowok brengsek kayak Jordan" titah Andre.

Hujan sudah mereda, langit mulai menampakkan matahari walau malu-malu.

Melisa masih basah kuyup, dengan tatapan kosongnya. Andre yang melihat itu tidak tega, namun mau bagaimana lagi, Melisa tidak mengijinkan untuk menyentuhnya sedikitpun.

"Udah reda, mau pulang sekarang?" Tanya Andre.

Melisa mengangguk.

Andre menghela nafas, "tunggu, gue ambil motor dulu" titahnya.

******

My bad boy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang