nice try.

1.5K 145 14
                                    

Nice Try (Zee-Shani)

"Kita adalah dua orang yang gagal, kamu gagal memahami caraku mencintai, dan aku gagal mengerti caramu ingin dicintai" Azizi Pramana.












________

Hujan deras mengguyur kota jakarta sore ini. Shani, wanita itu berdecak kesal karena hujan turun disaat yang tidak tepat. Karena hari ini ia tidak membawa kendaraan ke kampus, yang mengharuskan ia memesan kendaraan online, namun sialnya ponselnya mati karena ia lupa menchrager nya.

"Berondong lo belum jemput?"

Shani yang ditanya seperti itu mendengus. "Belum." ketusnya.

Yang bertanya tadi tertawa, menggoda Shani adalah hobinya. Apalagi menyangkut soal kekasih wanita itu yang masih duduk di bangku SMA.

"Gue udah di jemput, pulang duluan ya." ujar Sisca seraya melambaikan tangannya kearah Shani.

Shani mengangguk seraya membalas lambaian itu.

"Mau di sini sampe kapan? Guna nya ponsel kamu tuh apa sih?" suara seseorang membuat Shani mendongakkan kepalanya.

"Zee." Shani segera berjalan menghampiri Zee dan memeluknya sekilas.

Zee menatap Shani datar. Kenapa wanita itu bodoh sekali? Kenapa dia tak mengabari nya jika dia tidak membawa kendaraan ke kampus.

"Ponsel aku mati, sayang." jelas Shani sambil mengangkat ponselnya yang mati.

Zee mengangguk pelan, ia membuka jaketnya dan menyampirkannya pada bahu Shani.

Zee membuka payung yang ia bawa, lalu merangkul bahu Shani agar menempel dengan tubuhnya. Membawanya ke mobil yang ia parkir tak jauh dari tempat Shani berdiri tadi.

Zee tidak memperdulikan bahu nya yang basah karena hujan, yang terpenting sekarang adalah Shani. Ia tak ingin Shani demam karena terkena hujan.

"Sayang, baju kamu basah."

"Gapapa sayang." balas Zee, segera melajukan mobilnya meninggalkan area kampus.

"Gimana hari ini? Ngapain aja?" tanya Shani memecah keheningan di dalam mobil.

Zee menoleh sekilas. "Tadi ada anak baru di kelas aku."

"Oh ya? Siapa namanya?" Shani selalu bersemangat mendengarkan cerita kekasihnya tentang sekolah.

"Marsha."

Senyum Shani seketika luntur mendengar nama itu.

"Kamu seneng?" ketus Shani.

"Emang muka aku keliatan seneng?"

"Ya kali aja kamu seneng bisa sekelas lagi sama si Marsha And The Bear itu."

"Sayang, gak boleh gitu. Orangtuanya udah susah payah kasih nama dia, kamu seenaknya ganti-ganti."

"Iya-iya, belain aja terus mantan terindah kamu itu."

"Kalo mantan terindah gak akan jadi mantan. Udah deh jangan mancing."

Marsha. Nama itu selalu menjadi bahan perdebatan sepasang kekasih ini. Karena Marsha adalah mantan yang membuat Zee gagal moveon selama satu tahun. Dan sekarang dengan seenak jidatnya gadis itu kembali ke kehidupan Zee.

Tak terasa, mereka pun sampai di kediaman Shani. Shani turun dari mobilnya tanpa sepatah kata pun. Wanita itu pasti marah kepadanya perihal Marsha.

"Ci, tunggu." Zee ikut turun, dia tak mau pulang namun Shani masih marah kepadanya.

          

Zee pun berhasil menyamakan langkahnya dengan Shani.

"Ngapain?" tanya Shani dingin.

"Cici marah?"

Shani diam.

"Cici jangan marah.."

"Aku gak marah. Sekarang kamu pulang terus istirahat."

"Aku mau nginep disini." Zee melangkah mendahului Shani dan berhenti tepat di depan kamar Apartment kekasihnya tersebut.















________

Memang pada dasarnya Zee kadang ceroboh, lelaki itu lupa bahwa hari ini ia masih harus sekolah, tetapi lelaki itu lupa membawa seragamnya. Dan itu membuat Shani mendumel.

"Udah jam berapa ini," Zee merengut. "Nanti aku telat!"

"Yang ceroboh siapa?"

"Kamu, kenapa gak ngingetin aku semalem." Zee malah menyalahkan Shani.

Shani mendengus. Ia terus mengotak-atik ponselnya meminta siapapun untuk membelikan seragam untuk Zee.

"Cici, gimana ini udah jam segini." Zee terus merengek, dan itu membuat Shani pusing.

Tak berselang lama, pintu Apart Shani diketuk, Shani segera membukanya. Dia tersenyum lega, akhirnya seragam Zee datang juga.

"Makasih Gee, maaf ganggu kamu pagi-pagi."

"Sama-sama Shan, its oke." Gracio tersenyum. "Aku langsung pamit ya Shan?"

Shani tersenyum lalu mengangguk. "Sekali lagi terimakasih."

Setelah dirasa Gracio sudah benar-benar pergi, dia pun kembali masuk kedalam.

"Seragam kamu." Shani menaruh seragam itu dikasur.

Zee menatap seragamnya. Ternyata Shani meminta bantuan Gracio untuk membawakannya seragam.

Tanpa sepatah kata pun Zee bergegas memakai seragam tersebut. Sedangkan Shani sudah keluar kamar entah kemana. Mungkin membuat sarapan.

Sambil merapikan pakaiannya Zee berdecak, harusnya ia tak lupa membawa seragamnya. Dan jika saja di rumah ada orang, Zee pasti akan menyuruh orang rumah untuk membawakannya seragam, sayangnya semua orang dirumah sedang pergi dengan urusannya masing-masing. Dan karena kecerobohan Zee ini, Shani menjadi bertemu dengan Gracio. Lelaki yang menyukai Shani sejak lama.

Zee mengambil asal sneakers milik Shani di rak sepatu, kemudian bergegas keluar kamar.

"Zee, kamu gak akan sempet sarapan. Ini aku bawain bekal."

Zee mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari sepatu yang sedang ia kenakan.

Shani menghela nafasnya, kekasihnya itu pasti marah karena kedatangan Gracio tadi.

"Selesai!" Zee segera mengambil kotak bekal dari Shani dan memasukkannya ke dalam tas.

"Aku berangkat." pamit Zee singkat segera keluar dari Apartment Shani.

Zee sampai disekolah satu menit sebelum bel masuk berbunyi. Itu artinya dia masih aman.

"Buset, abis dikejar-kejar anjing lo Zee?" seru Aldo melihat Zee ngos-ngosan.

Lelaki itu tak menjawab, dia mendaratkan tubuhnya di kursi dengan nafas lega.

Tiba-tiba sebuah sapu tangan tersodor di meja nya, Zee pun mendongak. Pandangannya bertemu dengan Marsha.

"Keringetan." ujar gadis tersebut.

Zee mendorong sapu tangan itu. "Gak perlu."

Marsha tersenyum getir menerima penolakan tersebut. "Pake aja, itu punya kamu."

Stories About ZeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang