Sembilanbelas

1K 81 4
                                    





"Yang"

"Yang"

"Apa sih mas ? Ini udah malam, nanti anak anak bangun kalau kamu berisik terus"

"Maaf" cicit deva "Aku belum makan, lapar"

"Yah makan lah, apa susahnya sih. Masih ada kok masakan bunda di bawah"

"Mau ditemenin kamu"

"Kamu bukan zaky yang kalau makan harus di temenin, kamu kan udah gede, bisa makan sendiri"

Deva terdengar menghela nafasnya pelan "gak jadi deh makannya, mas mau mandi aja, siapin air anget nya dong yang"

"Biasnaya juga kamu gak suka mandi pake air anget, udah sih pake air biasa aja. Kalau emang mau, yah set sendiri"

Deve mendengus, berlalu masuk ke kamar mandi. Istrinya ini gak peka apa emang pura pura gak peka sih, ia kan kangen ingin manja manjaan, eh istrinya malah tak peduli.

Caca sedang beusaha untuk kembali menerima kehadiran suaminya, caca masih butuh waktu untuk bersikap seperti biasanya. Saat ini caca masih berusaha untuk berdamai dengan diri dan hatinya.

Setelah menyiapkan baju ganti suaminya, caca bergegas naik ke ranjang. Ikut memejamkan matanya, caca harus segera tidur sebelum suaminya selesai mandi. Karna malam ini, ia masih malas untuk terlalu banyak terlibat obrolan dengan suaminya.

Baru saja caca akan terlelap, tidurnya terusik oleh tingah suaminya. Bisa bisa nya suaminya itu ikut tidur bergabung dikasur yang sempit, mana merebahkan tubuhnya di samping caca lagi. Kalau aira jatoh gimana coba, kan kasian, posisi dia paling sisi diantara adik adiknya.

"Pindah mas jangan disini, nanti aira jatoh"

"Kemana yang ? Ini kasurnya sempit"

"Udah tau sempit, kenapa kamu malam tidur disini sih mas"

"Terus aku dimana dong ? Aku kan mau deket kamu"

"Di sofa aja kamu, disini kasurnya sempit"

"Sofanya kecil yang, nanti mas pegel pegel"

"Yaudah pindah sebelah aira kalau mau di kasur, jangan disini. Nanti anaknya jatoh lagi"

"Aku maunya deket kamu" balas deva, melingkarkan tangannya di perut istrinya.

Caca beringsut, melepaskan lilitan suaminya.

"Mau kemana kamu yang ? Katanya jangan berisik nanti anak anak bangun"

"Kamu suruh pindah sebelah aira gak mau, yaudah biar aku yang pindah. Aku gak mau anak aku jatoh"

"Yaudah mas pindah deh, kamu tidur lagi ya. Ini udah malem sayang" deva mengalah pada akhirnya.

Caca berdecak, kembali merebahkan tubuhnya. Kenpa gak dari tadi sih bapak deva mahardika. Sudah tau malam sudah larut, masih sempat sempatnya mengajak berdebat.

Sebelum berpindah ke sebelah aira, bapai deva sempat sempatnya mencuri ciuman di pipi istrinya. Sontak yang empunya mendelik tajam, deva malah nyengir, seolah ia tak berdosa.

Sebelum di ceramahi istrinya, cepat cepat deva merebahkan tubuhnya, ikut terpejam menysul anak anaknya.

Melihat suaminya yang sudah memejamkan mata, ia pun ikut menutup matanya.

Walaupun caca kesal, tapi caca menyukai nya. Ciuman yang selalu menggetarkan itu, kembali mendarat sempurna di pipi mulusnya.

Akhirnya malam ini deva bisa tidur dengan tenang dan damai, setelah malam malam sebelumnya selalu berkecambuk dengan pikiran dan hatinya sendiri, begitu juga caca. Ada ketenang dan ketentram di hatinya.

The Mahardika's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang