Hari ini ia memiliki kelas pagi, buru-buru ia berjalan ke kelasnya karena sebentar lagi kelasnya akan dimulai. Ia sedikit telat datang ke kampus karena terlalu banyak membuang waktu saat memilih pakaian yang akan ia pakai ke kampus.
Saat ia sudah berada di kelas, ia memilih bangkunya seperti biasa. Di barisan terbelakang dekat dengan jedela. Kemudian ia merogoh tasnya untuk mengambil ponselnya. Rencananya ingin bermain dengan ponselnya sambil menunggu kelas dimulai namun ternyata ponsenya tidak ada di dalam tasnya. Dengan panik ia meraba saku outer dan celananya, tidak ada juga. Baru saja ia akan berdiri saat sebuah tangan menaruh hp-nya di atas meja.
"Makanya jangan buru-buru, Sayang. Ketinggalan di mobil aku."
Ethan mengusak pelan rambut Hawa sambil tersenyum gemas. Gemas dengan pacarnya.
Matanya membesar, mulutnya terbuka lebar. Ian berjalan ke meja Hawa dengan ekspresi terkejut.
"Barusan tadi aku nggak salah denger, kan, Wawa? Ethan? 'Sayang'? Sejak kapan? Kalian... Oh my GOD! EL! SINI, EL! LO LIAT TEMEN LO NIH!"
El yang tadinya masih sibuk berdua dengan Loui langsung meninggalkan kekasihnya dan menyusul Ian yang memanggilnya.
"Apaan?"
"Wawa sama Ethan PACARA—" Mulut Ian lantas dibekap oleh Ethan.
"HAH!? EH SUMPA— LOU, SINI LO! LIAT NIH TEMEN LO!"
"Apaan, sih, pagi-pagi juga— HAH!? ANJING!?" Kagetnya setelah El membisikkan beritanya ke Loui.
"Cok, gue pacaran sama El aja udah plot twist banget. Apalagi lo— ADUH SAKIT, YANG!" Kepalanya dipentung oleh El namun kali ini lebih keras sampai ia mengaduh kesakitan sambil menggaruk bagian yang dipentung El tadi.
"Ngomong apa lo tadi? Ulang. Cepet, ulang. Berani lo ngomong gitu? Hah? Sekali lagi. Ayo. Ulang." Lanjutlah mereka beradu mulut.
"Emm... Kelas aku bentar lagi dimulai." Ucap Hawa pelan, juga untuk melerai perdebatan El dan Loui yang tidak ada akhirnya.
Saat teman-temannya yang lain sudah keluar, Ethan masih tetap di sana.
"Kamu? Nggak ada kelas, Ethan?" Tanya Hawa pada lelaki yang masih berdiri di sampingnya itu.
"Ada. Tapi bentar," Ia melihat sekitarnya untuk memastikan tidak ada orang yang memperhatikan mereka karena takut Hawa tidak nyaman dengan apa yang akan ia lakukan. Sudah aman. Ia mengusap pelan puncak kepala kekasihnya lalu mengecupnya.
"Nanti selesai kelas aku jemput di depan kelas, ya. Kita pergi makan siang. Dadah, Sayang." Ia lambaikan tangannya sambil berjalan keluar kelas Hawa.
Yang dikecup tadi justru hanya bisa terdiam kaku dengan pipinya yang perlahan menimbulkan warna pink kemerahan. Tangannya pelan-pelan menutup mulutnya yang mulai membentuk senyuman yang cukup lebar sambil memandangan keluar jendela. Dalam hati ia berteriak kesenangan.
Setelah kurang lebih tiga jam lamanya, akhirnya kelas paginya selesai dan saatnya makan siang. Dan seperti yang Ethan katakan, ia akan menjemput Hawa di depan kelasnya sebelum mereka pergi makan. Ethan berencana membawanya pergi berdua saja, ia ingin menikmati hari pertama mereka resmi berpacaran sekaligus memperingatinya. Menjadikan hari ini sebagai kencan pertama setelah jadian.
Ia bersandar di dinding sebelah pintu kelas Hawa, bermain ponsel sambil menunggu pacarnya keluar. Banyak mahasiswa yang keluar dari kelas tersebut, namun tidak satupun dari mereka adalah Hawa. Terbawa penasaran karena sang pujaan hati tak kunjung menampakkan batang hidungnya, ia pun sontak menegakkan badan dan hendak masuk ke dalam kelas itu namun mendadak ia menghentikan langkahnya saat Hawa berdiri tepat di depannya, secara tiba-tiba dan hampir bertabrakan.
"E-eh!" Kaget Hawa.
"Eh— Astaga, Sayang. Maaf, aku nggak tau kamu udah keluar." Ucapnya pelan sedikit tertawa lalu ia mengelus pelan salah satu pipi Hawa dengan lembut.
Hawa tersenyum manis.
"Gimana tadi kelasnya, Sayang?" Tanya Ethan dengan suara yang masih sama lembutnya seperti tadi.
Hawa masih tidak begitu terbiasa dengan status hubungan mereka saat ini. Ia cukup bingung harus memberikan respon seperti apa dan harus bereaksi bagaimana. Karena sejujurnya, apapun yang dilakukan Ethan padanya selalu membuat dirinya berdebar dan salah tingkah. Terlebih dengan sikap Ethan yang menjadi sangat lembut dan manis padanya. Ia menyukainya, sangat menyukainya.
"Bikin ngantuk, dikit." Hawa menggunakan satu tangannya untuk memperagakan tanda sedikit dengan telunjuk dan jempolnya. "Kalau Ethan gimana kelasnya? Ngantuk, nggak?"
"Ngantuk banget. Makanya butuh recharge energi sama kamu." Ethan tersenyum gemas menatap Hawa.
"Aku mau ngajak kamu makan di salah satu kafe favorit aku. Lumayan deket dari kampus. Yuk?" Ethan menawarkan tangannya pada Hawa, maksudnya agar digenggam kembali olehnya.
Hawa yang langsung paham dan menggenggam tangannya. "Yuk!"
Mereka pun pergi ke kafe yang dimaksud.
...
"Hawa, jadi pacarku."
Tanpa berpikir panjang, Hawa mengiyakannya dengan sebuah anggukan. Begitulah kira-kira yang terjadi kemarin malam.
—
1437
[i love you forever]
KAMU SEDANG MEMBACA
1437 [i love you forever] | Minsung
FanfictionSebuah kisah cinta yang hanya mengandalkan waktu untuk berbicara tanpa dilahirkannya proses. 1437 [i love you forever] by. hobinyanyasar