Resah

47 9 7
                                    

Matahari berada di atas ubun-ubun manusia, angkasa biru nan cerah agak menyengat udara. Gerai kue dan roti miliknya dikunjungi banyak orang. Mereka berbinar-binar sekaligus membeli aneka ragam kue dan roti yang lezat.

Empat pengawal yang ternyata suruhan Gibran (Gracello) mengawasi ketat setiap pengunjung agar terjaga keamanan gerai. Sebagai bentuk terima kasih, Vanilla memerintahkan dua karyawan menyuguhkan cemilan, kotak makan dan minuman dingin untuk empat pengawal.

Vanilla memakai masker putih, jaga-jaga agar tidak sembarang orang memotret wajahnya. Ia bersama Tiwi berdiri di samping kasir seraya memantau keamanan gerai. Di sudut gerai, Danu, Erlangga dan teman-teman duduk santai sambil berbincang dan makan cemilan.

Para konsumen di Gerai Vanilla datang silih berganti. Antara senang dan kewalahan menangani banyak pembeli. Kue dan roti yang lezat, lucu dan mengunggah selera makan jadi laris manis. Vanilla sudah menarget banyak stok kue dan roti di gerai karena ramai pembeli.

Kekhawatiran Vanilla terhadap orang-orang (terutama penggemar Gracello) yang bakal mengganggu privasinya, ternyata tidak terjadi. Mereka sekadar membeli kue dan roti, menyapa ramah kepada Vanilla bahkan ada yang minta tanda tangan Vanilla. Gadis manis itu juga menyapa ramah dan melayani mereka dengan baik. Walaupun hanya sepasang mata almond yang terlihat, tapi menunjukkan senyuman yang manis.

Tiga muslimah berpenampilan elegan masuk ke dalam gerai Vanilla seraya melihat etalase kue dan roti. Jika dilihat dari paras, tas dan pakaiannya yang memiliki aura wanita sosialita. Vanilla menilik wanita berjilbab pashmina putih tulang.

"Assalamu'alaikum, selamat datang di Vanilla Cake and Bakery, Mbak-mbak. Kami menyediakan beragam kue dan roti yang ramah di kantong tapi kualitas bintang lima," sapa Vanilla kepada tiga wanita itu.

"Wa'alaikumsalam, terima kasih sambutan baiknya," sapa wanita berbalut blazer senada dengan jilbab pashmina.

"Maaf, Mbak, kayaknya saya pernah lihat Mbaknya tapi di mana, ya?"

"Oh, iya? Saya tahu kamu pengusaha kue muda di Semarang, tapi baru pertama kali ketemu kamu hari ini."

Vanilla mengulurkan tangan sebagai bentuk perkenalan. "Saya boleh kenalan sama Mbak? Saya Wardah Vanilla. Bentar, saya mulai inget, kayaknya saya pernah lihat Mbak di Enstagram. Nama Mbak siapa?"

"Boleh dong. Saya Maghfira Annisa. Panggil aja Fira. Salam kenal, ya." Wanita berhidung mancung bernama Fira itu berjabat tangan dengan Vanilla.

"Ah, iya, Mbak Fira. Makanya wajah jenengan enggak asing. Jenengan istrinya yang punya Excellent kan?"

"Hehehe, iya. Saya istrinya Mas Henry."

"Alhamdulillah, akhirnya kesampaian ketemu sama Mbak Fira. Dulu, saya pernah follow EG Mbak yang foto sama anak-anak gitu."

"MasyaAllah, iya, saya suka upload foto anak-anak saya. Nanti saya follback kamu, ya. Seneng bisa kenal kamu."

"Alhamdulillah, seneng juga bisa kenal Mbak Fira yang humble. Mari Mbak, dipilih kue dan rotinya."

Fira dan dua sahabatnya tertarik dengan kue tart-- di atasnya terdapat beberapa klepon dan berselimut parutan kelapa. Kue klepon tart berukuran besar dan tinggal satu di etalase. Ada harga, tentu ada kualitas. Kue klepon tart itu mematok harga tiga ratus ribu rupiah.

"Wah, saya baru tahu ada klepon tart, kelihatannya enak. Biasanya klepon bulet kecil-kecil," puji Fira dengan mata berbinar-binar.

"Aku juga mau nyobain klepon tartnya," kata wanita berjilbab segitiga motif bunga lilac.

Mochi & Matcha (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang