"Sudah sangat cukup denganmu, tidak perlu yang lain."
Btw sebelum baca NARESH 2 pastikan kalian udah baca NARESH SECRET AFFAIR dulu biar ngerti alur ceritanya.
Happy reading guys ❤️
02|| Missing you
Naresh pov
Hujan deras mulai jatuh mengguyur ibu kota. Di bawah gemerlapnya lampu jalanan, tepat di jendela kafe, aku dapat melihat beberapa dari pengguna jalan mengembangkan payung mereka saat tetasan hujan mulai turun, hal itu mereka lakukan bertujuan untuk melindungi kepala dan tubuh mereka dari tetesan hujan. Sebagian besar dari mereka ada juga yang berlarian ke toko buku yang berada tepat di pinggir jalan, ada yang memilih berteduh di halte dan ada juga yang berlari menuju ruko yang sudah tutup.
Aku menempatkan tanganku di kaca kafe yang terkena tetesan hujan yang di bawa angin. Jika kata orang hujan adalah penantian, aku sependapat dengan hal itu, pasalnya aku dapat melihat secara langsung bahwa orang yang sedang terjebak hujan saat ini, lebih memilih untuk berteduh dan menanti hujan untuk berhenti. Aku juga menginginkan hal yang sama, aku ingin hujan ini turun dengan lebat agar penantian ini segera berakhir.
Sudah hampir tiga puluh menit aku menunggu, akhirnya hujan berhenti dan makanan di mejaku sudah habis. Aku memutuskan untuk melanjutkan perjalananku menuju tujuan awalku. Aku mengeluarkan mobilku dari lingkungan kafe dan langsung membela jalanan basah akibat hujan tadi.
Mobilku berhenti di parkiran salah satu gedung besar. Dua tahun terakhir ini aku tak pernah mengunjungi tempat ini, bukan karena aku tak ada waktu tapi karena hatiku belum sanggup berdamai dengan keadaan.
Dengan hati yang sudah siap aku melangkah untuk memasuki gedung itu dan berjalan menuju lift, sesampainya di lift aku menekan tombol bertuliskan angka sepuluh, yang mana aku akan naik ke lantai sepuluh.
Kini aku sudah berdiri tegap tepat di depan pintu apartemen yang selama lima tahun terakhir, aku tempati bersama Agrensi. Aku mulai menekan kode password pada pintu itu dan akhirnya pintu itu berhasil terakses.
Saat sudah berada di dalam apartemen, aku langsung menyalakan lampu, hal pertama yang aku rasakan adalah keheningan.
Selama dua tahun tak pernah aku kunjungi, apartemen ini cukup berdebu, bahkan saat aku mengarahkan tanganku untuk memegang rak sepatu yang ada di dekat pintu, aku mendapati banyak debu yang menempel di tanganku.
Langkahku berhenti ketika kakiku menginjak di ruang TV, ini adalah tempat kami menghabiskan waktu. Bayangan perempuan itu kembali terputar saat itu juga.