Tidak pernah terlintas dalam pikirannya tentang first love, apalagi ini adalah awal perjalanan baginya. Melanjutkan sekolahnya, menjadi gadis sma. Yang terlihat biasa saja, apalagi dirinya yang sangat jauh dari kata cantik.
Bertemu dengan salah satu pangeran bak idol K-Pop adalah keinginannya, menjadi kaya dan sukses itu impiannya, simpel dan tidak ribet adalah kata pegangannya, bahagia dunia akhirat itu tujuannya.
Simpel, terkadang manusia menginginkan kata itu ada di hidup mereka, tetapi kenyataannya kita akan terbelit oleh scenario yang ada, senang, sedih, dan lainnya. Selalu ada hal baru yang membuat diri kita sendiri bertanya tanya, biasanya 5W1H itu selalu ada di diri kita sendiri, dan waktu yang akan menjawab.
12 tahun yang lalu
"Heii"
"Heii"
Gadis kecil menepuk pelan bahu pria kecil yang tengah berjongkok di hadapannya dengan keadaan yang sangat memprihatinkan, baju nya kotor, apalagi luka di tangan kanannya lebih tepatnya di tangan bagian atasnya terlihat jelas.
pria kecil itu menangis sangat kencang, membuat gadis kecil itu ikut menangis.
Mendengar suara tangisan dari gadis kecil di depannya ia pun mendongak melihat gadis kecil yang tengah menangis.
"Stttt.. maapin iandra.. maapin iandra"
Melihat pria kecil itu berhenti menangis, gadis itu menghentikan tangisnya dan beralih menggit kukunya.
"Iandra ada luka di tangan, iandra pasti jelek"
Mendengar penuturan pria kecil itu, gadis di depannya tertawa renyah.
Ia menunjukan sebuah bekas luka kepada pria kecil tersebut.
"Aa ngga jelek kan?"
Dengan segera pria kecil itu menggeleng "kamu manis"
"Kamu juga manis, jangan nangis ya" gadis itu menyerahkan coklat tersebut ke pria kecil di hadapannya.
Ia duduk di hadapan pria kecil tersebut dan mengambil spidol, ia bangun menggambar 3 bintang di pojok belakang kaos pria kecil tersebut.
"Kau menggambar apa?"
"3 Bintang"
"Untuk apa?"
"Coklat punyaku kan di makan kamu"
Tak lama kemudian ada gerombolan polisi menghampiri keduanya dan memisahkan pria kecil dan gadis kecil tersebut di tengah keramaian kota tersebut.
Gadis itu menangis sejadi jadinya ketika pria kecil itu di bawa pergi oleh sang polisi.
"Aku tidak apa apa, aku berjanji akan menemuimu dan melindungimu" teriak pria kecil itu.
~A~
Di ruangan yang di isi oleh ratusan siswa dan orang tuanya beserta guru guru terlihat begitu ramai apalagi di tambah suara bersyukur nya mereka yang di terima oleh sekolah impian mereka.
"Khem.. mohon maap bapa ibu sekalian, di mohon tenang" salah satu guru memberi instruksi kepada orang tua murid.
Mendengar instruksi tersebut, para orang tua dan anak anaknya terdiam dan kembali fokus ke depan.
"Mungkin untuk pertemuan kita dan para ibu dan bapa akan kita cukupkan, dan untuk para murid kita akan bertemu kembali Minggu depan, dengan jadwal yang telah di siapkan"
~A~
Setelah satu minggu, murid yang baru saja di terima oleh SMA Galaxy ini, terlihat rapih menggunakan baju biru putih memasuki sebuah sekolah menengah atas yang di mimpi mimpikan. Bagaimana tidak, sekolah ini terbilang cukup elite, para siswa dan siswi di sini rata rata anak pengusaha level tinggi. Ada yang sederhana biasanya dari anak yang mempunyai beasiswa.
Seorang gadis menggendong tas menggunakan baju biru putih, tak lupa dengan jempol kuku tangan kanan yang di gigit tanpa sadar dan tangan kiri yang memegang tali tasnya.
Gadis itu manarik napasnya "Bismillah, Aaira datang" suaranya nyaris tak terdengar oleh orang yang di sekitarnya, gadis itu menghembuskan nafasnya.
"Aa ayoo, nanti kamu nyasar" ajak teman dari gadis tersebut.
Setelah mendengar penuturan temannya, tak lama ia berjalan mengekori temannya yang berjalan lebih dulu darinya.
Di tengah gerombolan dengan di didampingi oleh 4 anak osis ada seorang gadis yang tengah terdiam, tanpa ikut nimbrung dalam pembicaraan antara anak baru dan anak osis.
Pagi tadi aira di pisahkan oleh keadaan dengan teman dekatnya, ia memiliki kelas yang berbeda dari temannya hingga saat ia di kenalkan pada setiap ruangan oleh OSIS atau kakak kelasnya, bersama teman teman barunya hanya terdiam dan berperang dalam pikirannya.
"Terakhir, kita akan melihat lapangan basket indoor yang ada di SMA ini" ucap salah satu kakak kelas atau OSIS.
Tak lama berjalan, aira dan lainya pun sampai di lapangan basket tersebut.
Aaira yang sedari tadi di belakang pun mulai kepo terhadap lapangan basket yang banyak gosip yang beredar, lapangan basket itu tempat keramat para ciwi ciwi.
Aaira tampak berjinjit jinjit, karena posisinya ia paling belakang dan mengapa teman teman sekelasnya itu tinggi tinggi, ia berdecak sebal "ck, aku ingin melihatnya, mengapa susah sekali".
satu detik
dua detik
tiga detik
"Astagfirullah, ada yang denger ngga ya, ngga ada kan, tadi kan kecil suaranya" batin Aira.
Pada saat ingin memasuki lapangan, seorang pria yang memiliki tinggi badan sekitar 188 dengan paras yang tampan dengan perpaduan Indonesia China dan Amerika melekat pada pria tersebut, menggunakan baju basket dengan Hoodie hitam itu terdiam ketika melihat segerombolan siswa siswi baru.
Devanka Husein Giandra, walaupun mempunyai kebiasaan jelek, Devan ini mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi yang di warisi oleh papa nya, sayangnya ia tidak seperti mama nya waktu muda yang menangis karena telat 2 menit ke sekolah
"ck, aku ingin melihatnya, mengapa susah sekali" ucap gadis yang memakai baju biru putih yang suaranya hampir tak terdengar olehnya, namun karna telinganya yang sangat tajam ia masih mendengar umpatan gadis tersebut.
Pria itu memutar balik badannya dan berjalan menjauhi siswa siswi baru tersebut.
"Ck, dasar gadis aneh" umpatnya tapi tanpa di sadari, senyum nya terlihat di wajahnya walaupun setipis tisu.
Beberapa siswa dan siswi berdecak kagum ketika melihat beberapa pangeran SMA Galaxy, keringat yang meluncur dari setiap badan mereka malah menambah kadar kegantengan mereka.
Setelah memasukan bola ke ring, seorang yang mempunyai darah Indonesia China dan Korea itu tersenyum sambil mendribble bolanya dan berkata "dua tiga nasi uduk... gue laper nih"
Gavin Bagaskara Akhtar, anak 12 MIPA 1, orang nya humble, humor receh, baik, dan ia memiliki keanehannya adalah takut kaum hawa, sebenarnya Gavin ini mendapat trauma hingga ia harus di sekolahkan di sekolahan khusus pria, hal itu terjadi sampai ia SMP, pas ia SMA orang tuanya menyekolahkannya di sekolah pada umumnya bersama kembarannya, oleh karenanya ia hanya bergaul bersama teman cowonya, ia juga tak menunjukkan bahwa ia trauma akan perempuan.