Prolog

149 20 4
                                    

Seorang gadis berjalan masuk dalam sebuah gedung kantor, gedung yang tidak terlalu besar untuk ukuran kota besar seperti Jakarta, tampak kesibukan di lobby kantor yang hanya berukuran 5x5 meter, gadis itu bernama Aisha, putri tunggal pemilik perusahaan ini CV. Merdeka Jaya yang bergerak di bidang pengolahan makanan.

Pemilik perusahaan adalah Arif Hidayat, ayah Aisha yang merintis perusahaan sejak ia remaja sampai sekarang walau perusahaan tidak begitu berkembang pesat tapi ayah Aisha sudah puas dengan berjalannya perusahaan yang lancar. Keuntungan perusahaan yang tidak begitu besar membuat Aisha dan keluarganya hidup tidak terlalu mewah juga tidak sederhana.

Aisha berjalan menuju ruangan marketing perusahaan, ia bekerja sebagai kepala divisi marketing di perusahaan milik ayahnya itu, ada dua staf marketing disana, Vivid an Nida.

"Selamat pagi bu Aisha," sapa Vivid pada Aisha.

"Selamat pagi Vid, selamat pagi Nida."

"Selamat pagi bu Aisha."

Aisha kemudian berjalan menuju mejanya dan menyalakan layar laptopnya, tak menunggu lama ia kemudian fokus pada pekerjaannya.

Tak terasa jam makan siang tiba, entah kenapa tiba tiba Aisha ingin makan siang dengan ayahnya, ia berjalan meninggalkan ruangan divisi marketing menuju ruangan direktur yang adalah ruang ayahnya.

Pintu ruangan sedikit terbuka, tanpa mengetuk Aisha membuka pintu ruangan ayahnya tapi apa ia menghentikan langkahnya karena mendengar ayahnya sedang bercakap cakap dengan seseorang.

"Apa? kita ditipu klien? Pembayaran tidak masuk saat jatuh tempo walau barang sudah dikirim?"

"Benar pak, ini tidak pernah terjadi sebelumnya."

"Apakah kamu sudah menghubungi mereka?"

"Sudah pak, tak semua contact person yang diberikan kepada kita tidak aktif."

Hening suasana, Aisha melihat ayahnya sedang berbicara dengan orang kepercayaannya juga kepala divisi keuangan. Ia tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan tapi ia tahu ada yang tidak beres dengan kelangsungan perusahaan.

"Kita memiliki pinjaman besar pada bank untuk proyek pengolahan makanan by order klien ini karena ia order dalam jumlah besar, kita terlena karena terlalu percaya pada klien baru, perkiraan laba besar sudahamembutakan kita dan kini semua hancur."

Aisha terkejut mendengar pembicaraan ayahnya, tak menyangka keadaan perusahaan sudah buruk.

"Kita punya pinjaman ke bank yah?" tanya Aisha yang berjalan masuk dalam ruangan ayahnya.

Pak Arif Hidayat terkejut melihat putri tunggalnya masuk dalam ruangannya dan mengetahui yang sebenarnya.

"Aisha?"

Aisha kemudian duduk di sofa set dimana ayahnya, orang kepercayaan ayahnya pak Edi dan kepala divisi keuangan pak Nino.

"Kenapa ayah tidak pernah mengatakan kepada Aisha? Apakah sangat besar hutang kita?"

"Cukup besar Aisha, 10 miliar rupiah dan itu jumlah yang mustahil kita bayar jika klien tidak membayar pesanan yang sudah kita kirimkan kepada mereka."

"Lalu bagaimana kita membayarnya ayah?"

"Ayah juga tidak tahu Aisha, ayah bingung," jawab pak Arif memijit kepalanya yang pusing memikirkan apa yang menimpa perusahaan.

"Aisha akan mencari pinjaman untuk membayar hutang."

"Itu tidak berguna Aisha, membayar hutang hutang dengan hutang kepada yang lain, jika kita menjual asset kita tetap saja tidak akan cukup."

Aisha menghela nafas panjang, kata kata ayahnya memang benar dan ia juga kemudian ikut pusing memikirkan semuanya.

~~~

~~~

Aisha berdiri di jendela kamarnya, menatap tanaman bunga di samping rumah yang tepat ada di depan jendela kamarnya, warna warni menyejukkan hati tapi tetap tidak bisa menenangkan perasaannya yang memikirkan perusahaan yang terlilit hutang besar. Tapi ia juga tidak bisa berpangku tangan saja, dia anak tunggal ayahnya dan dia juga bertanggung jawab untuk kelangsungan perusahaan.

"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?" gumam Aisha, perasaannya campur aduk memikirkan cara mendapatkan uang dengan jumlah besar.

Bagaimanapun Aisha berpikir dan mencari jalan keluar semua selalu buntu karena jumlah hutang sangat besar dan pendapatan perusahaan tidak akan mampu membayarnya walaupun harus dicicil sekalipun.

Aisha meraih jaketnya dan keluar dari kamar, ia kemudian keluar rumah dan masuk dalam mobilnya, tak menunggu waktu lama mobil Aisha sudah bergabung bersama mobil mobil di jalanan ibukota. Malam mulai menjelang dan lampu lampu jalan sudah menyala, Aisha membelokkan mobilnya ke sebuah café dan memarkirkan mobilnya di sebuah sudut.

Aisha keluar dari mobil dan berjalan gontai masuk dalam café tersebut, ia mengedarkan pandangannya seperti mencari keberadaan seseorang, Aisha tersenyum melihat sosok yang ia cari sudah duduk manis di meja yang ada di sisi kanan café. Aisha kemudian berjalan menuju sosok yang ada disana dimana ia ada janji bertemu dan duduk di hadapan orang itu.

"Hai Becca..."

"Hai Sha, long time no see. Kamu semakin cantik saja."

"Kamu yang semakin cantik dan anggun," jawab Aisha menjawab pujian Becca, sahabatnya yang baru saja kembali dari USA.

"Kamu kenapa? wajah kamu menyiratkan kamu tidak baik baik saja?" tanya Becca pada Aisha.

Aisha terkejut, Becca masih sama seperti dulu, tahu apa yang terjadi kepadanya hanya dengan melihat raut wajahnya saja.

"Kamu ada ada saja, aku baik baik saja," kelit Aisha.

Becca menggelengkan kepalanya perlahan, "you know you don't. I'm still your best friend Sha, dan kamu bisa mengatakan apapun kepadaku, siapa tahu aku bisa membantumu."

Aisha tersenyum, "kamu masih sama seperti dulu Bec," ucap Aisha.

"I am, hanya penampilan dan pemikiran aku saja sudah berkembang, selain itu aku tetap Becca yang dulu."

"Lama sekali kamu di USA, lalu tiba tiba kembali tanpa memberitahu, kenapa kembali?"

"Tidak apa apa, aku sudah bosan dengan kehidupan di USA, jadi aku akan merintis karier modelku di Indonesia."

"Aah... kamu jadi model sekarang, cool."

"Biasa saja Sha, postur tubuh aku yang tinggi semampai emmudahkan aku masuk dunia itu, kamu juga sama tiggi denganku, bagaimana kalau kamu mencobanya juga?"

Aisha menggelengkan kepalanya, "Aku tidak berbakat, lagipula passion aku tidak di dunia itu."

"Benar juga, kamu pandai bicara dan cocok sebagai tim marketing."

"Becca... mmm jika suatu saat aku butuh bantuan, apakah kamu akan membantuku?" tanya Aisha menatap Becca, Becca menatap Aisha tak mengerti.

"What do you mean? tentu saja aku akan membantumu Sha, kamu sedang ada masalah?"

"Untuk saat ini aku belum bisa mengatakan apapun, tapi jika suatu saat aku benar benar tidak dapat mengatasinya, aku akan minta bantuan kamu."

"Thanks Bec, aku akan ingat itu."

Aisha dan Becca kemudian bercakap cakap hingga malam dan kemudian pulang dengan mobil masing masing. Dalam perjalanan pulang Aisha masih memikirkan tentang masalah perusahaan, ia masih pusing mencari jalan keluar yang sepertinya buntu.

Karena melamun sambil mengemudi Aisha tidak sadar saat di perempatan jalan lampu menyala merah membuatnya menginjak rem mendadak dan kepalanya terbentur kemudi.

"Aduh..."

Lynagabrielangga.

Moker, 21 Januari 2023


KEKUATAN CINTA AISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang