Kiyoung menyalakan lampu kitchen. Mengambil pan berisi pizza dari oven. Meletakkannya di atas meja. Hana bertepuk tangan kegirangan selagi pan dikeluarkan. "Sudah boleh kumakan, kan?" tanyanya tak sabar. Begitu menerima anggukan, ia langsung memasukkan 2 tumpuk pizza sekaligus ke mulut.
"Ya, memangnya kau tidak apa-apa makan jam segini?" tanya Kiyoung khawatir. Hana mengacungkan jempolnya sebagai jawaban sebab mulutnya sedang penuh.
Sebagai sahabat yang tahu segalanya, Kiyoung tahu kalau makan diatas jam 7 malam bisa berpengaruh pada tubuh perempuan. Namun, se-peduli apapun dirinya akan hal ini, Hana lebih tidak peduli.
Restoran sudah tutup dan Kiyoung juga telah menyelesaikan tugas shift-nya hari ini. Namun kemudian Hana meneleponnya, bilang ingin makan pizza setelah pulang sekolah.
Pintu depan sudah ditutup. Itulah mengapa Hana harus susah payah lewat pintu belakang untuk bisa masuk.
Tak terasa, sudah pizza ke-5. "Jangan buru-buru," Kiyoung mengingatkan. Hana berusaha menelan isi mulutnya, "Kau kan seharusnya tutup sejak tadi. Makanya aku cepat." balasnya. Kiyoung juga ikut menghabiskan 2 pizza, sengaja menyisakan 1 untuk Hana.
Selesai makan, Kiyoung mencuci pan dan membersihkan semuanya. Sementara Hana sudah stay di bangku lebar diluar sambil memainkan handphone. Kiyoung ikut duduk di sebelahnya setelah seluruh pekerjaannya selesai.
"Ki," panggil Hana. "Ya?" Hana beralih menatap awan. "Kurasa aku lagi-lagi berhasil menolong temanku." katanya tersenyum sehabis melihat posting-an Yeonju bersama Taeho yang sudah resmi pacaran. Di caption tertulis tanggal dimana mereka jadian, yaitu 4 hari sejak ia membantu Yeonju di toko.
"Menolong apa?" Hana melirik Kiyoung. "Aku membantunya merebut pria yang ia suka. Keren kan? Padahal si cowok barusaja jadian," pujinya pada diri sendiri. Kiyoung memperhatikan gerak-gerik Hana dan menoyor dahinya, "Hey, jangan sok-sokan cari pasangan buat orang lain sementara kau sendiri belum punya." sindirnya.
Hana mengerucutkan bibirnya. "Apa salahnya membantu teman?" Hana membela diri. "Tidak salah sih. Tapi kemampuanmu itu jangan disalahgunakan. Kalau terjadi sesuatu lagi, bagaimana?"
Hana mengangkat bahu. "Sepertinya tidak." Gadis itu menghela napas. "Semoga mereka langgeng."
Kiyoung berdecak tak heran. Ia kembali menatap langit. "Jangan lupa Gerbera pesananku ya." pintanya. Hana kemudian teringat, "Eh, belakangan ini entah kenapa dia sering layu. Padahal itu bunga cinta sejati. Banyak peminatnya." ucapnya. Kiyoung meliriknya. "Geurae?... Gwenchanha, bawakan saja untukku." katanya sebelum memejamkan mata. "Arasseo. Lusa ya."
--
Handphone Hana berdering. Tertera nama Kang Yeonju. Hana meninggalkan masakannya diatas kompor.
"Kau dimana?" Sepertinya Yeonju sedang diluar rumah karena ada suara angin dan mobil. "Rumah. Wae?"
"Ayo ke Sungai Han. Temani aku bersepeda." ajaknya tiba-tiba. Hana seketika bingung. "A-aku sedang memasak. Nanti kukabari ya." Lalu panggilan terputus.
Tumben-tumbenan Yeonju mengajaknya bersepeda, pikirnya.
Andai saja waktunya tepat. Sayangnya, Hana tidak ingin menyia-nyiakan waktu me time-nya ini selagi libur.
Ia melanjutkan masakannya, kemudian menyajikannya di piring. Setelah semua selesai, ia berpindah ke meja makan. Sambil makan, ia memeriksa sosial medianya. Tak lupa membuat instastory dengan makanannya sekarang.
Tak terasa sudah pukul 6 sore. Selagi Hana mengecek instastory temannya, ia teringat akan sesuatu.
Gerbera.
Segera Hana memasuki tokonya dan memeriksa Gerbera pesanan Kiyoung. Memindahkannya ke sebuah buket lalu dimasukkan dalam paperbag. Meski sudah direndam air, bunga itu masih menundukkan kuncupnya. Aneh.
Hana mendapat pesan dari Kiyoung.
wookiyoung : "Han, shift-ku berakhir lebih cepat. Boleh aku mampir mengambil bunganya?"
"Han!!" panggil kembarannya, Yana dari dalam rumah. Hana menyahut lalu mendatangi sumber suara. "Kenapa?"
"Itu! Bukankah dia temanmu??" Yana menunjuk layar televisi. Dapat Hana lihat disana terpampang foto Yeonju yang tergeletak di tanah, dengan keterangan telah menjadi korban kekerasan. Dan ada enam pria tersangka.
Seolma. Keenam pria tersebut persis dengan pria-pria yang pernah mendekati Yeonju!
Hana tersentak karena getaran handphone-nya. Pesan dari Kiyoung. Segera Hana membalas,
ohana : "Temui aku di Sungai Han. Sekarang."
Hana berlari menuju TKP. Namun sejauh apapun ia berlari, ia tak menemukan Yeonju. Ia bertanya pada orang-orang namun mereka bilang korban sudah dibawa ke rumah sakit, entah rumah sakit mana.
Tak tahan-tahan, air matanya mengalir deras. Hana berhenti di pembatas jembatan. Disana ia menyesali semuanya. Menyesal karena ia kembali mencoba menolong temannya dengan sihir bunga miliknya. Menyesal karena terlalu yakin bahwa Yeonju memilih pilihan yang tepat, tanpa memikirkan dampak sejauh ini.
Menyesal karena ia tidak menerima ajakan Yeonju tadi. Sementara Yeonju pernah menerima ajakannya.
Sekarang ia takut untuk sekedar menatap mata Yeonju apabila bertemu.
Hana terdiam. Yang bisa ia dengar sekarang hanyalah suara mobil-mobil yang lewat, dan deru sungai yang seolah memanggilnya untuk masuk.
Sebelum pikirannya menguasainya, sebuah suara menyadarkannya.
"Han?" panggil Kiyoung bingung karena Hana berdiri sendirian di jembatan. Hana menghapus air matanya dan mengatur napas.
"Ah, benar. Bungamu." Ia memberikan paperbag yang sedari tadi dipeluk. Namun Hana menyadari sesuatu. Mata sembabnya beralih menatap Kiyoung dengan penuh tanya.
Bunganya mekar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Innuendo | SHORT STORY
Fantasy➶ competed in Magic Shop Event 2019 by FFBTSPhantomhiveEnt_ Highest rank: #3 in shorts (26/1/23)