15

413 28 5
                                    

Setelah merayakan natal bersama tadi , malam ini keadaan jere dinyatakan semakin memburuk oleh dokter , sedari tadi Damian dan Yuan setia berdiri disamping Jere sambil terus merapalkan do'a agar Tuhan mau bermurah hati menghilangkan sedikit kesakitan yang dirasakan anak mereka.

Air mata sudah tak bisa Yuan tahan ia biarkan meluncur bebas untuk melampiaskan rasa takut dan gelisah yang sedang ia rasakan dengan tangan yang sedari tadi sibuk menyeka keringat pada kening Jere, putranya sejak satu jam yang lalu terus mengrenyit kesakitan dan bergumam lirih meski matanya sedang terpejam seolah sedang merasakan kesakitan yang luar biasa.

"Ma..". panggil jere lirih setelah perlahan membuka matanya.

"Hmm , iya sayang". ucap Yuan lembut sambil mengelus kepala anaknya pelan.

"Jere anak baik kan?".

"Kenapa nanya gitu, hmm ? Tentu saja Jere anak baik". Jawab Yuan sambil tersenyum.

"Tapi , jere takut Tuhan marah , sering buat mama , papa dan bang kael nangis". Ucap Jere lemah dengan sedikit terbata.

"Enggak sayang , jere anak baik , anak paling baik malah , mama yang akan jadi saksinya".

"Papa juga ! ". Saut Damian dari sisi ranjang yang lainnya membuat Jere melirik pelan kearah papanya.

"Papa juga , akan jadi saksi dihadapan Tuhan kalau Jere anak paling baik , abang kael juga tentunya , iya kan bang ? ". Panggil Damian pada kael yang sedari tadi duduk disamping damian sambil menundukkan kepalanya sibuk merapalkan do'a agar Tuhan bermurah hati untuk tidak mengambil adiknya cepat - cepat seperti kata dokter tadi pagi yang mengatakan ia dan keluarganya harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk dan meminta mereka untuk berdo'a , meminta yang terbaik , hal itu pula yang membuat Kael menangis terisak di bahu adiknya.

"Pasti pa ! ". Ucap kael sedikit bergetar sambil memandang netra adik kesayangannya.

"Papa , akan sebut nama jere dan abang kael disetiap do'a - do'a papa ditiap malam dan selalu berterima kasih sudah diberkati dua anak baik yang lembut hatinya dan penuh dengan cinta kasih seperti Jere dan abang".

Mendengar ucapan papanya membuat Jere tersenyum namun tak berlangsung lama karena rasa sakit itu datang kembali mau tak mau membuat Jere memejamkan matanya sesaat sambil sedikit mengerang membuat Yuan dan Damian seketika menggenggam masing - masing tangan Jere erat.

"Pasti sakit sekali ya ? ". Tanya Yuan sambil menyeka air matanya dan hanya diangguki jere dengan senyuman yang semakin membuat hati Yuan dan Damian sakit melihatnya.

"Maafin papa ya nak ? Gak bisa ambil sakitnya jere,  gak bisa hilangkan sakitnya jere". Ucap Damian menunduk , sudah tidak bisa menahan air matanya keluar.

"Enggak pa , biar jere aja yang ngrasain sakitnya , papa , mama , abang jangan soalnya sakit sekali pa , cukup jere aja". Ucap jere sambil mengangkat tangannya pelan lalu mengusap air mata papanya.

"Papa cengeng banget , Abang juga". Lirih jere membuat kael seketika sebal.

"Sembarangan !". Ucap Kael disambut kekehan pelan Jere.

"Ma , pa jere boleh istirahat ? Sakit pa , sakit sekali". Ucap jere lagi sambil memejamkan matanya sebisa mungkin menahan sakit teramat yang mendera seluruh tubuhnya.

Ucapan jere membuat Damian dan Yuan saling pandang dengan air mata yang terus mengalir , Damian memandang dalam netra istrinya seakan mengisyaratkan untuk memenuhi permintaan Jere membuat Yuan mengangguk lalu mengalihkan pandangannya kepada Jere tidak lupa mengusap lembut surai anak bungsunya.

"Boleh , jere boleh beristirahat selama yang Jere mau sampai semua sakitnya Jere hilang". Ucap yuan menahan isakannya demi Tuhan ia sungguh ingin menangis kencang sekarang.

"Jangan takut , mama , papa , abang akan selalu ada buat Jere".

Jere beralih memandang papanya, membuat Damian mengangguk lalu mengecup kening anaknya.

"Abang". Lirih Jere sambil melirik kearah kakaknya namun tak dihiraukan oleh Kael , dia tetap menunduk dengan tangan bertaut, sampai kapanpun dia akan tetap memohon namun usapan lembut Damian dibahunya membuatnya mengangkat kepala.

"Bang adeknya keburu capek itu , it's ok bang". Ucap Damian membuat Kael sadar , bahwa membiarkan adiknya istirahat adalah jalan satu - satunya menghilangkan rasa sakit yang menyiksa adiknya selama ini.

Dengan berat hati dan rasa sesak Kael perlahan mengangguk sambil memberikan senyum terbaik untuk adiknya.

"Boleh , adek Abang boleh istirahat". Ucap Kael lalu lebih mendekat ke arah Jere mengecup kening adiknya sesaat.

"Makasih bang".

"Good boy". Kael mengusak pelan kepala adiknya.

"Peluk jere yang erat ma , yang lama". Yuan yang mendengar itu langsung mendekap erat tubuh putranya yang sedang terbaring, membisikkan kalimat - kalimat baik agar istirahat putranya lebih tenang.

"Jere anak baiknya mama , terimakasih sudah menjadi anak kuat , terimakasih untuk semua bahagia yang Jere berikan untuk mama dan papa , terimakasih sudah berjuang melawan rasa sakit Jere selama ini , terimakasih sudah menjadi anugerah terindah untuk keluarga kita , Jere belahan jiwa mama semoga Tuhan mengambil semua rasa sakit Jere dan membiarkan Jere lebih bahagia , i love you".


Disisi lain Joan sedang melajukan motornya kencang setelah mendapat Kabar dari Kael kalau keadaan Jere semakin memburuk padahal baru 2 jam yang lalu ia sampai di ruko dan bersiap untuk istirahat , sesampainya di rumah sakit Joan segera berlari menuju ruang rawat Jere masih dengan piyama yang ia kenakan , Joan tidak peduli harus menabrak beberapa orang yang berjalan berlalu lalang di rumah sakit , Joan bahkan lupa untuk sekedar meminta maaf , baginya yang terpenting segera bertemu dengan jere.

Sesampainya didepan ruang rawat Jere , Joan dengan tidak sabar membuka kamar rawat Jere dan disambut oleh mata sembab ketiga orang yang ada disitu.

"Ma, pa Jere..". Joan sudah menangis sedari tadi.

Yuan segera memeluk Joan " jere katanya mau istirahat sayang , tapi sepertinya mau ketemu kamu dulu , yuk temuin Jere dulu biar Jerenya cepet istirahat". Lagi - lagi Yuan menangis tapi dengan cepat mengusapnya lalu membawa Joan mendekati Jere.

"Jeb, ini Joan bangun katanya lo mau ketemu gue, buka mata lo je". Bisik Joan tepat ditelinga Jere

Mendengar suara Joan Jere dengan sekuat tenaga membuka matanya yang terasa berat.

"Lama". Ucap jere lirih hampir tidak bersuara.

Joan menempelkan keningnya pada kening jere "maaf".

Isakan Joan lolos begitu saja sedangkan tidak jauh dari mereka Damian dan Yuan sedang berpelukan saling menguatkan dan ka6el yang sudah menangis memeluk lutut tepat disudut ruangan itu.

"Jo, can i say goodbye?"

"Berangkat seneng - seneng ? ". Tanya Joan.

"Hmm". Gumam Jere.

"Boleh". Ucap Joan

"Good bye Jo , thank's for my beautiful last Christmas". Lirih jere dengan satu tetes air mata yang meluncur dari sudut matanya.

"Good bye je , sleep tight , love you". Ucap Joan lembut dengan kening yang masih saling menempel namun air mata yang mengalir deras.

Setelahnya hanya terdengar bunyi melengking dari mesin EKG dan tangisan yang saling bersahutan.



last Christmas [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang