Bagian 3

13 1 0
                                    

Setelah kencanku selesai, aku tidak bisa berhenti tersenyum. Sejujurnya bukan karena aku sudah jatuh cinta, aku menyukai perasaan mendebarkan seperti itu, sudah lama sekali sejak aku merasakannya. Aku bukan seseorang yang mudah membuka hati, maksudku, aku bisa berteman dengan siapa saja, tetapi aku tidak bisa membangun hubungan emosional seperti pasangan kekasih.

'Wah, aku bisa melihat gigimu mulai mengering saat ini'

Aku menatapnya tidak suka, dia selalu mengganggu dengan komentarnya yang terdengar seperti sedang mengejekku

'Tapi kamu terlihat mudah menyesuaikan diri dengan laki-laki, aku tidak menyangka jika kepribadianmu semenyenangkan itu'

"Sudah kubilang, aku ini cukup mudah untuk disukai. Aku hanya tidak mau berusaha mencobanya saja"

'Kalau begitu berusahalah lebih keras lagi, kamu harus segera mendapatkan pasangan sekarang'

"Kenapa kamu berbicara seperti itu?"

Aku menjadi bingung dengan dukungannya yang tiba-tiba, seharian ini kemunculannya menjadi hal yang membingungkan.

'Aku hanya mendukungmu agar bahagia, temuilah banyak orang, rasakan setiap momen bergejolak itu. Hidupmu akan lebih menyenangkan'

"Apa kamu juga memilikinya?"

Dia terdiam, oh, apa kali ini aku membuatnya sedih dengan pertanyaanku?

"Ah, maksudku. Kamu terlihat sangat berpengalaman"

Aku tidak ingin membuatnya terluka hari ini, mengingat dia sudah banyak membantuku. Sejujurnya, aku berpikir dia tidak akan pernah merasa terluka lagi dengan apapun hal yang kuucapkan, mengingat aku dan dia sudah seperti keluarga karena merasa sedekat itu.

'Tentu saja, beberapa kali'

"Apa kamu menyukainya?"

'Maksudmu perasaan yang berdebar-debar?'

Aku mengangguk

'Tentu, aku banyak mengalami perasaan intens seperti itu'

Aku menimbang-nimbang pertanyaanku, apa aku harus menanyakan mengenai hubungannya dulu? Apakah itu sopan?

'Kau penasaran dengan kisah cintaku?'

Aku menatapnya, memperhatikan apakah dia tidak keberatan jika aku ingin tahu tentangnya

'Aku tidak keberatan, lagipula, aku juga sering mengikuti kamu kemanapun, tidak ada rahasia antara teman dekat'

Dia membuatku tersenyum, oh, dia cukup keren sebagai seorang hantu.

'Dulu, aku hanya berkencan dengan 3 orang wanita. Semuanya berarti untukku, saat itu aku mengalami gejolak emosi yang tidak stabil, aku juga sering menangis, merengek. Jatuh cinta itu tidak pernah mudah'

"Kamu benar, lalu siapa yang paling kamu sukai?"

'Yang paling kusukai? Tentu saja cinta pertamaku, dia adalah seseorang yang pertama kali merebut hatiku, dalam hubunganku bersama dengannya aku sudah melakukan apapun yang bisa kulakukan untuknya'

"Lalu kenapa kamu bisa putus dengannya?"

'Aku dan dia melewati kisah cinta yang menyenangkan, secerah matahari, tapi tidak selamanya matahari selalu berada diatas bukan? Pada akhirnya akan tenggelam juga. Begitupun kisah cinta, saat sudah merasa tidak cocok, meski kamu sangat mencintainya, tanpa perlu melakukan apapun itu akan berakhir juga. Tentu saja sepasang kekasih berpisah bukan hanya karena satu pihak'

"Kamu menyesalinya?"

'Apa aku terlihat seperti menyesalinya?' Dia tertawa, menatapku

"Sedikit?"

'Tentu saja tidak, jika aku menyesali sesuatu aku akan terdengar seperti orang yang tidak tahu malu. Bagaimanapun akhirnya, terluka ataupun tidak, dia telah menjadikanku seperti sekarang, meski aku tidak begitu menyukai diriku saat itu. Aku harus menghormati seseorang yang sudah ada dihidupku, dan berterimakasih atas waktu yang telah dia berikan untukku'

"Hmm, mendengar ceritamu, aku bisa melihat bahwa kamu lebih dewasa dariku"

'Tentu saja aku lebih dewasa darimu, dasar anak kecil tidak sopan. Harusnya aku memperingatimu, kamu harus merubah perlakuan mu padaku'

Aku dan dia tertawa

"Aku tidak tahu hidup seperti apa yang kamu jalani, hingga kamu bisa berpikir sedewasa itu. Sementara aku, masih sering menangis dan selalu menyalahkan keadaan"

'Aku juga begitu, menurutmu kenapa aku bisa seperti saat ini jika tidak melalui hari-hari yang begitu berat. Aku hanya ingin agar kamu tidak menjadi sepertiku, aku ingin berusaha semampuku agar kesempatan hidup kedua dariku bisa kamu jalani dengan baik'

"Apa menurutmu aku bisa melaluinya?"

'Hmm, meski kamu selalu merengek tetapi kamu bisa melalui semua itu'

Aku tersenyum

'Sudah saatnya kamu mencintai diri sendiri, membiarkan mereka yang pergi, menghargai mereka yang tetap tinggal, menghormati mereka yang selalu ada, dan menyambut baik mereka yang datang kembali. Kamu tidak perlu berpikir terlalu dalam untuk hal-hal rumit, kamu hanya perlu lakukan apa yang bisa kamu kendalikan. Jangan takut, kamu lebih tahu apa yang terbaik untuk dirimu. Meski, bisa jadi pilihan itu salah. Tidak perlu menyesal, karena kamu hanya akan menjadi orang yang tidak tahu malu'

Aku meneteskan air mataku, tertegun mendengar ucapannya yang kembali menenangkan ku

"Mendengarmu berbicara seperti itu, membuatmu terlihat semakin keren sekarang"

Ditengah tangisku aku berusaha untuk membuat lelucon, aku tidak ingin menangis tersedu karena sudah mendengar hal-hal baik

'Aku senang bisa membuat hidup orang lain lebih bahagia, karena jika kamu berpikir seperti itu maka waktu yang aku habiskan bersama orang itu adalah waktu yang baik'

Who Are You When Nobody Watching?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang