13 | Ashia's plan to get rid those anonymous writers of that crazy book

107 16 6
                                    

Kayellias memangkas jarak yang terbentang jauh di antara mereka dengan napas memburu. Rahangnya mengeras dan deretan gigi-giginya saling bergemeletuk menahan amarah, namun ia segera menetralkan emosinya tepat sebelum langkahnya berhenti di depan kedua orang di hadapannya.

"Sesuai dugaan, apakah perjalanan Anda kali ini menyenangkan, Lady Axhilion?"

Ashia mendelik mendengar sindiran Kayellias.

Sudut alis Kayellias mengkerut samar ketika menangkap gerakan aneh dari sepasang iris hazel di depannya. "Jangan. Ungkap. Identitasku."

Kayellias membaca gerak bibir Ashia yang berucap tanpa suara. Melihat dari respon yang ditunjukkan Ashia, meloloskan satu beban yang menghimpit dadanya.

"Sepertinya belum terjadi apa pun di antara mereka." Begitu pikirnya. Setidaknya ia masih dapat sedikit bernapas lega untuk sekarang.

Kayellias berdeham pelan. "Perilaku burukmu mengingatkanku pada seorang Lady bangsawan yang kukenal."

"Si bedebah gila ini!" Ashia hampir menyemburkan makiannya jika tak mengingat ada sosok lain yang berdiri di dekatnya.

"Kau pasti akan beralasan lagi seperti yang telah kau lakukan sebelumnya, jadi temui aku di ruang kardinal setelah waktu makan siang berakhir. Hentikan sampai di sini jika tak ingin apa yang kau rahasiakan terbongkar," peringat Kayellias panjang. Ia harus mengatakan ini dengan sejelas-jelasnya untuk membungkam wanita pembuat onar satu itu.

Dan terbukti apa yang ia pikirkan, ajaibnya Ashia menurut dengan mudahnya dan segera pergi berlalu begitu saja.

"Bukankah baru saja kau bersikap terlalu keras, Kak?" Akhirnya Arsen bersuara setelah sejak tadi hanya diam menyimak.

Kayellias membalas sepasang iris biru yang menatap ke arahnya. "Hanya perasaanmu saja."

"Tidak. Hari ini kau sangatlah aneh." Arsen menggeleng. "Oh, tidak. Maksudku sejak kemarin kau sudah bersikap aneh. Melarangku untuk datang ke kuil yang sudah menjadi kebiasaanku yang telah kau hafal di luar kepala. Kau sadar bahwa dirimu yang bertindak seperti itu sangat mencurigakan, bukan?"

"Kau yang jadi banyak bicara justru jauh lebih mencurigakan, Ar," sanggah Kayellias.

Telak, Arsen bungkam seketika. Tidak ingin berdebat dengan sang kakak, ia segera melangkahkan kakinya.

"Kau ingin kabur ke mana?" tanya Kayellias seraya menahan lengan Arsen.

"Kabur apanya. Aku hanya akan ke ruang doa," bantah Arsen selagi berusaha meloloskan pegangan sang kakak dari lengannya yang malah semakin kuat.

"Jangan beralasan dan ikuti aku." Kayellias segera menarik paksa tubuh Arsen yang meronta minta dilepaskan.

"Tidak! Jangan tarik aku! Aku tidak ingin ikut denganmu!"

"Diamlah."

***

Ashia menghentak-hentakkan kakinya keras sepanjang perjalanan menuju ruang berdoa. Matahari telah berada tepat di tengah peraduannya, mendukung gelora panas membara di hati Ashia yang terbakar.

Anak haram kaisar satu itu berhasil membuat tekanan darahnya naik secara cuma-cuma. Ashia tidak yakin kesalahan apa yang telah ia perbuat sampai serigala hitam satu itu selalu menargetkannya.

Baiklah, Ashia mengakui mungkin saja perilaku menyebalkannya sudah tersebar luas hingga ke penjuru negeri sampai menyentuh telinga pria itu. Akan tetapi, hal tersebut tidak semerta-merta membuatnya pantas menjadi objek kebencian langsung olehnya.

The Lady's SchemesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang