Suara gaduh itu memekakan telinga.
Terhitung satu jam setelah pesta berakhir, saat semua tamu undangan sudah pulang di rumah masing-masing menyisakan kelima pemuda Panther yang tergeletak di ruang tamu dalam keadaan kacau balau. Jisung tertidur dengan menggunakan selimut sedangkan Sungchan dan Hyunjin sudah setengah teler, hanyalah Lucas yang bertahan karena tingkat alkoholnya yang tinggi. Sementara Jeno bertahan karena dialah satu-satunya yang tidak minuman keras hari ini.
Entalah rasanya memang tidak mood untuk mabuk malam ini. Pada pukul 02.00 dini hari. Harusnya Jeno bisa tidur senyenyak Jisung, namun gagal akibat dari suara yang ditimbulkan di kamar utama.
Suara persetubuhan.
Mark selayaknya binatang. Menyetubuhi adiknya separah itu hingga suara desahannya sampai berubah parau. Itu karena Jeno mengikuti rasa penasarannya sejak Jaemin dibawahnya ke kamar. Bagaimana tamparan keras, teriakan serak, jeritan atau bahkan tangisan sempat terdengar. Rasa tidak tega itu semakin menjadi-jadi. Ditambah keinginan untuk mendobrak kamar itu dengan keras, lantas membawanya kabur.
"Shiitt, suara Jaemin benar-benar membuatku horny." Sela Sungchan. Berakhir dia yang terbirit-birit berlari ke kamar mandi, untuk menuntaskan hasratnya.
"Kau harus terbiasa bung!" Lucas menepuk pundak Jeno. Menghembuskan asap rokoknya, seperti sudah paham apa yang dipikirkan anggota baru ini.
Dari tadi mereka adalah saksi bisu bersetebuhan laknat kakak adik di kamar utama. Seperti sengaja Mark pun tidak menutup rapat-rapat pintu kamarnya, atau tidak memasang peredam suara dia dalamnya. Alhasil bukan tidak sering perbuatan seperti itu sering mereka dengar.
"Itulah masalahnya jika satu-satunya yang menjadi suci disini." Sindir Hyunjin menyeringai. Kesadarannya memang masih setengah tapi Jeno tak mengubris ungkapan tersebut.
"Sungguh kalian tidak ingin mengecek keadaannya?" Tanya Jeno. Mulai khawatir dengan suara pergerakan brutal atau rintihan kesakitan yang terdengar. Berkali-kali Jaemin memohon berhenti tapi rupanya tidak digubris.
"Percayalah Mark tidak akan melakukannya diluar batas."
"Yang seperti ini katamu bukan diluar batas, Luke?"
Ayolah, Jeno cukup tahu arti masokis. Itulah anggapan mereka soal Jaemin pula. Tapi yang seperti ini sudah mengarah pada kekerasan seksual, bahkan bisa jadi pemerkosaan.
"Dari pada memprotes kenapa tidak berusaha menikmatinya?"
"Apa maksudmu?"
"Mark memberikan hiburan untuk kita."
Jeno masih tak mengerti. Sampai Lucas mendekat dan berkata dengan nada rendah. "Bayangkan dirimu di posisi itu. Kau akan melihat kulit telanjang Jaemin. Bagaimana tubuh mulus tanpa busana itu menungging di hadapanmu. Pantat sintalnya yang berada digenggamanmu, Plak! Kau memukulnya dengan keras, lalu menghentaknya dengan kuat. Saat lubang sempit itu..-
"Fuck Luke, hentikan mulut kotormu itu!" Potong Hyunjin dengan wajah memerah.
"Kau horny? Butuh bantuanku?"
"Shiittt...!!" Hyunjin lekas berlari menyusul Sungchan.
"Gunakan kamar kedua untuk suara yang lebih nyaring." Teriaknya menginterupsi. Lucas tertawa atas aksinya ang mengerjai para junior-juniornya itu. Menyesap rokoknya sekali lagi lekas menyadari bahwa masih ada Jeno yang meatapnya tanpa minat.
"Kau masih belum? Mau kulanjutkan ceritanya?" Tawarnya.
"Aku akan keluar mencari udara segar." Putus Jeno seketika.
Melangkahkan kaki di halaman luar. Sampai dalam jarak itu, entah kenapa desahan Jaemin masilah terdengar jelas. Ia menengok ke belakang. Pantas saja, disana langsung bisa ia saksikan persetubuhan panas melalui kaca jendela transparan. Jaemin yang dalam keadaan kacau, dibelakangnya terdapat Mark yang merudal paksa adiknya tanpa ampun. Miris, karena dalam keadaan ini Mark justru menyadari keberadaannya, tidak ada rasa malu yang tersisa. Mark justru memamerkan senyum seolah menyapa.
****
Bagaimana mereka semua memperlakukan Jaemin tidaklah lebih rendah dari pelacur jalanan. Setidaknya itu yang dipikirkan Jeno pertama kali. Sosok itu menyedihkan, dilecehkan oleh kakak kandungnya sendiri yang bahkan teman-temannya pun mengetahuinya. Bukannya membantu atau menolong, mereka justru menikmati itu untuk kepuasan mereka sendiri.
Mark tidak pernah mengizinkan Jaemin tersentuh siapapun sekalipun itu anggota Panther. Namun sebagai ganti dia memamerkannya. Membiarkan adiknya mengumbar tubuhnya, mendesahkan namanya, atau bahkan secara terang-terangan memperlihatkan persetubuhannya. Dengan alasan hanya dia yang bisa menyentuhnya namun orang lain tidak.
Katakanlah kelainan seperti apakah itu?
Ada saatnya Jeno begitu bersimpati dan ingin menolong, namun reaksi yang diberikan sungguh membuatnya bingung. Itu karena Jaemin seringkali merendahkan dirinya sendiri. Seolah dia dijadikan pelacur pribadi kakaknya yang tugasnya hanya menuruti hawa nafsu. Bahkan untuk keluar pun harus meminta izin. Askes bersekolah dibatasi apalagi untuk sekedar bertemu teman-temannya.
Pada satu titik dimana Jeno benar-benar prihatin. Saat Mark sedang mengajak beberapa anggota Panther yang lain karena urusan. Disitulah Jeno memberanikan diri memasuki kamar utama dan melihat keadaannya. Aksi yang bisa dibilang nekat. Saat mendapati tubuh Jaemin secara mengenaskan dan melihatnya mengobatinya seorang diri.
"Boleh aku masuk?" Tanyanya masih berusaha sopan.
"Kau membutuhkan live tambahan? Sudah berakhir anyway." Sinis Jaemin. Jika diingat, Jeno sempat melihat bagaimana dirinya disetubuhi brutal semalam. Besar kemungkinan kedatangannya disini kurang lebih ingin merendahkan dirinya seperti kemarin.
Tapi apa yang menjadi dugaannya ternyata salah. Jeno mendekat tanpa diperintah. Mengambil kapas dan dioleskan salep ke tubuhnya. "Aku hanya ingin membantumu."
"Sungguh? Kau tidak takut dengan Kak Mark?"
"Dia sedang keluar." Balasan Jeno membuat Jaemin mengangguk paham. Jika ada Mark, dia tidak akan mungkin membiarkan ini terjadi. Tubuhnya seakan diisolasi untuk dirinya sendiri.
Awal yang aneh saat perlahan Jeno mulai mengobatinya dengan telaten. Tubuhnya memang telanjang dan hanya tertutupi selimut. Bau persetubuhan pun masih menguar tapi Jeno tak sedikit pun terganggu soal itu. Sepertinya sebelum disetubuhi dirinya memang dicekoki semacam psikontropika. Hal itu membuatnya untuk tetap liar dan menuruti nafsu hewani Sang kakak.
"Suaramu terdengar hingga pagi." Tutur Jeno memulai pembicaraan agar suasana tidak terkesan bisu.
"Tubuhku sepertinya juga akan remuk." Keluh Jaemin.
"Jadi apa kau menikmatinya?"
"Menurutmu sendiri, apakah aku terlihat menikmatinya?" Jaemin menantangnya dengan pertanyaan yang sama. Dari kemarin obrolan mereka selalu berputar-putar soal ini.
"Kurasa tidak." Jeno mengedikan bahu. Semasokis apapun seseorang dia berani bertaruh tidak ada yang sanggup melayani Mark. Lagi pula dia mendengar tangisan semalam, tersendak-sendak, memohon berkali-kali untuk berhenti. Alih-alih menikmati Jaemin memang sedang diperkosa semalam. Dan itu terbukti dari bekas air mata si wajah yang sengaja diusapnya dengan tisu basah.
"Maaf tidak bisa berbuat apa-apa?" Ucapan tulus Jeno tidak disangkah-sangkah membuat batinnya menghangat. Hampir Jaemin salah tingkah dibuatnya. Karena ini pertama kalinya seseorang bicara seperti itu dengan unsur ketulusan.
Jeno juga menyanyangkan dengan aksi teman-teman semalam yang justru semakin menjadikan Jaemin bahan kepuasan mereka. Rasanya cukup menyebalkan. Bahkan Jeno meragukan dimana moral mereka.
"Kau masih mau mengobatiku atau tidak?" Jaemin lekas mengalihkan pembicaraan karena tidak mau terlibat hal mellow atau serius pagi hari.
"Kau bisa mengobati bagian lainnya di kamar mandi." Balasnya dengan maksud tidak mau melihat tubuh naked Jaemin lebih lanjut. Jeno bahkan membenarkan letak selimut yang menutupi tubuh Jaemin. Sama sekali tidak berniat mencari untung.
"Jadi benar apa yang dikatakan Sungchan?"
"Apa?"
"Kalau kau masih perjaka?"
Masih pembahasan yang sama, membuat Jeno terasa ingin mengumpat. "Apa itu bagian dari aib?"
"Tidak." Jaemin menggeleng menggoda. "Itu unik."
"Kalau begitu jangan membicarakan itu lagi."
"Kau menolak membicarakan tentang dirimu tapi kau selalu mengorek informasi tentangku, not fair!" Suara Jaemin ada benarnya juga. Karena selalu berputar-putar pada pembahasan yang tidak penting Jeno pun mengajukan tawaran lain.
"Kau belum sarapan, mau kuambilkan makanan?"
"Kau baik sekali, apa perlu imbalan?" Mulai Jaemin yang seakan tidak ada habisnya.
"Ya, kecuali tubuhmu."
"Kau yakin tidak aseksual?" Ucapnya setengah menggoda. Sambil tersenyum-senyum, Jaemin hampir menurunkan selimutnya membuat Jeno lekas berbalik badan.
"Ya terserahmu saja."
Jaemin tampak menang dengan pernyataannya sampai membuat telinga Jeno memerah. Seru sekali ternyata menggodanya. Selain polos, Jeno pun sangat mudah dikelabuhi.
"Jeno...." Tahan Jaemin sebelum pria itu benar-benar menutup pintu menuju dapur. Lekas Jeno menoleh dan disambut raut serius Jaemin.
"Jangan mengasihiku."
Terasa sebuah permintaan yang sungguh-sungguh. Karena pada bagian terdalam lubuk hatinya, Jaemin tak tahu harus menempatkan diri serendah apa jika Jeno melakukannya hanya faktor kasihan.
****