J in Action

35.8K 1.3K 33
                                    


Short Story 17

Happy reading luv 💅

Permisi, Jesslyn mau lewat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Permisi, Jesslyn mau lewat.

Jesslyn tidak suka diabaikan. Apalagi oleh Zinu, suaminya. Tidak boleh. Ada seribu satu cara yang akan dia lakukan untuk mendapatkan perhatian suami tercinta.

Seperti saat ini.

Tirai dibuka dengan kasar, memperlihatkan suaminya yang datang dengan wajah panik. Bahkan pria itu tak memakai snelli nya karena terburu-buru.

Jesslyn yang tidur-tiduran dengan santai menatap Zinu dan memberikan senyum manisnya. Ternyata suaminya masih peduli kawan-kawan.

Setelah menyuruh salah satu perawat berbohong tentang keadaannya yang terluka parah akibat terjatuh, Jesslyn menanti kedatangan suaminya di salah satu bed Unit Gawat Darurat.

Tidak berbohong sih, lebih tepatnya melebihkan fakta. Karena dia memang terjatuh dan terluka---salah, lecet maksudnya.

"Hai, suami sayang." Jesslyn bangkit dengan semangat memeluk pria itu.

"Jesslyn." Zinu menggeram kecil.

"Beneran luka. Ini liat, sakit tau. Ayo gendong!" Jesslyn memperlihatkan goresan kecil pada lututnya.

Menghela nafas dan memejamkan matanya sebentar, Zinu mencoba menetralkan kembali detak jantungnya yang tadi sempat meningkat.

"Ayo obatin!" Dengan wajah menuntut, Jesslyn mengulurkan tangannya untuk di gendong.

Zinu akhirnya menyelipkan tangannya pada paha wanita itu dan menggendongnya ala bridal style menuju ruangannya.

Banyak yang memperhatikan mereka diam-diam, para staff rumah sakit sudah tidak heran lagi dengan kelakuan istri pimpinan rumah sakit mereka.

Menurunkan Jesslyn pada sofa ruangannya, Zinu beralih mencari peralatan untuk mengobati luka kecil yang kata Jesslyn itu parah.

"Jangan gitu lagi, kamu denger?" Ucap Zinu tegas. Jesslyn mengerucutkan bibirnya.

"Iya, iya denger." Jesslyn membalas dengan malas. Tapi dalam hatinya senang rencananya berhasil.

"Sudah makan siang?" Tanya Zinu begitu selesai menempelkan plaster dan membereskan alat-alatnya.

"Udah. Aku kesini mau cari suratnya, udah ditanda tanganin kan?" Jesslyn tersenyum manis.

Surat yang dia maksud adalah surat perceraian. Ya, beberapa hari lalu Jesslyn dengan lantang mengajak pria itu bercerai.

Tanpa air mata yang dramatis, atau kata-kata seolah dikhianati seperti kebanyakan kasus cerai, dengan senyum manisnya Jesslyn menyerahkan surat cerai pada suaminya yang dia dapatkan dulu dengan susah payah.

ONE SHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang