406 39 1
                                    

Meski pun mereka baru berkenalan tadi, namun nampaknya sudah jauh lebih dekat dari dari kemarin. Keduanya berjalan menikmati waktu liburan di jalanan bebatuan pada taman kota.

Sesekali nampak yang lebih muda akan mengejar burung-burung hingga terbang, atau menyapa anak kecil yang berlarian bebas di rerumputan yang luas.

"Eit, eiit, hati-hati!" Wei Wuxian menangkap seorang anak kecil yang hampir terjatuh, ia mengangkat tubuh itu untuk melihatnya apakah baik-baik saja.

"Kau baik dek? Jangan lari disini, nanti nabrak orang, loh!" Ujarnya lagi.

Anak lelaki itu hanya menatapnya diam, kemudian melempar mainan mobil pada Wei Wuxian, membuatnya seketika melepaskan gendongan dan beralih memegang pelipinya yang nyeri.

Dengan memar kemerahan, itu nampaknya cukup sakit.

"Yak! Aku menolongmu dan ini balasanmu, hah?" Tangannya menunjuk memar dengan kesal, ia beradu pandang dengan anak itu.

"Kata ibu tidak boleh berbicara dengan orang asing," lalu anak itu berlari menjauhi keduanya, sedangkan Wei Wuxian nampak ingin mencak-mencak di tempat.

Mengapa hari ini sial sekali?

Lan Wangji menatap kejadian tadi dengan diam, meski dalam hati ia sedikit tertawa akan nasib buruk anak itu, lalu tangannya menangkup wajah Wei Wuxian, mencoba mengecek bekas lemparan tadi.

"Kau hanya perlu di kompres," ucapnya tenang, setidaknya itu tidak mengeluarkan darah.

"Tapi ini sakit, Lanzhan!" Erangan tidak terima terlontarkan, dengan bibir yang maju serta pipi yang mengembang, bohong jika Lan Wangji tidak menyukai pemandangan itu.

"Mari cari air untuk dicuci," mengusap pelan bekasnya dan tersenyum kecil. Wei Wuxian hanya patuh mengikuti, dalam hati ia akan balas dendam dengan anak tadi.

"Lanzhan?"  Mata kemerahan itu menatapnya, warna bola matanya masih sama, ya.

"Mn, apa?" Lan Wangji menatapnya balik, netra terang itu menatapnya teduh.

"Maaf hari ini, sepertinya semua gagal, kayaknya aku kena karma sering mengusili Jiang Cheng!" Kepala Wei Wuxian menunduk, ia menatap tanah dengan panik.

"Bagaimana ini Lanzhan! Aku kena karma! Jiang Cheng pasti menertawakanku!"

Wei Wuxian menggeliat, wajahnya yang masih di pegang pun bergerak karena tingkahnya. Lan Wangji menghela nafasnya, ia menahan pipi itu.

"Tidak apa, karma tidak akan mendatangimu," sebuah ucapan yang nampak seperti dusta, namun tidak baginya.

Karena karmanya Wei Ying, ialah yang menanggungnya.

Wei Wuxian menyipitkan mata, "Eii, manis sekali mulutnya," kemudian tertawa terbahak-bahak. Lan Wangji tidak bereaksi, ia hanya diam tanpa ekspresi.

"Mari cari toilet dulu," ia pun melepaskan tangkupan tangannya, dan berjalan lebih dulu.

.....

"Lanzhan!"

"Lanzhan!"

"Lanzhan! Yak! Kenapa mengabaikanku?!" Wei Wuxian memanggil Lan Wangji berulang kali, namun orang itu nampak tuli dengan suaranya.

Sedangkan posisi mereka sangat dekat, tidak mungkin ia tidak mendengarnya, lebih seperti sengaja mengabaikan.

"Lanzhan! Ini udah tidak sakit, jadi jawab aku!" Wei Wuxian menepis tangan Lan Wangji yang sedang menempelkan kain basah pada pelipisnya yang memar.

Sirna (MDZS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang