Senin, 06 Februari
Kau menganggap dirimu istimewa? Ketahuilah nona,kau hanya sampah pelarian baginya. Sadar bukan sabar!
***
Moji saat ini telah keluar dari hotel untuk menemui Gia, kekasihnya. Gia tiba-tiba saja memberitahu kepadanya jika dia juga berada di Jakarta saat ini. Hal ini tentunya membuat Moji kaget sekaligus merasa sangat senang. Siapa yang tidak senang bila bertemu dengan pujaan hatinya?
Sementara Raka sendiri tidak berniat untuk ikut dan menganggu kesenangan Moji.
'TING-TONG..
Suara bel hotel yang bergema membuat kesadaran Raka kembali kepadanya."Siapa yang tiba-tiba datang ke sini?"heran Raka.
Dengan langkah santainya, Raka perlahan-lahan berjalan ke arah pintu hotel. Raka tidak dapat menebak siapa yang datang berkunjung saat ini. Di tambah lagi dia tidak mengenal siapapun di sini, kecuali Kana dan Moji. Namun Moji sedang berada di luar. Apa mungkin itu Kana?
Raka tidak begitu mempercayai isi hatinya. Walaupun jauh di dalam hatinya dia berharap jika itu benar-benar adalah Kana.
"Iya,siap--"
"Halloo!"sapa Kana dengan hangat.
Bibir Kana di hiasi dengan senyuman yang sangat penuh semangat sekali. Ternyata itu benar-benar Kana yang datang untuk menemuinya saat ini. Raka merasa senang sekali melihat wajah gadis yang beberapa saat ini selalu menghiasi pikirannya. Tampaknya pesona seorang Kanara Naavaila Athalia telah membuat Raka terpikat kepadanya.
Tatapan Raka kepada Kana saat ini sangat di penuhi oleh kerinduan seolah-olah telah ribuan tahun lamanya tak di pertemukan.
"Aa kenapa?"Kana melambai-lambai tangannya di depan wajah Raka.
Raka menangkap tangan Kana dengan refleks. Hal itu tentu saja membuat Kana menjadi kaget dan keheranan secara bersamaan. Ada apa ini?
Ada sebuah debaran di dadanya saat ini. Tangan Raka yang lembut memegang tangannya dengan sangat hangat. Pesona Raka yang lembut serta penuh kehangatan juga berhasil membuat Kana merasakan debaran hebat di dadanya.
"K-kenapa a?"tanya Kana tak berani menatap kedua mata pria tampan asal Sunda ini.
Kana tahu sekali kalau pesona Raka yang sangat besar ini tentunya akan semakin menyulitkannya untuk menolaknya. Kana masih berusaha menahan dirinya sendiri agar tidak jatuh ke dalam jurang pesona Raka yang kemungkinan tidak memiliki jalan keluarnya.
Ketakutan Kana semakin menjadi-jadi di saat Raka memegangi dagunya.
"Tatap a,Kana!"titah Raka.
Seolah-olah ada magnet yang membuat Kana menarik perhatian Kana untuk menuruti perintahnya begitu saja. Kana menatap kedua mata pria berperawakan Sunda ini. Matanya yang sangat indah memang sangat berbahaya untuk menelusurinya. Ada sebuah labirin kenyamanan yang tidak terhingga di dalamnya.
"Aa suka sama kamu,"
'DEG..
Jantung Kana seakan-akan berhenti berdetak saat Raka mengeluarkan kalimat itu.Mata hazel Kana tidak berkedip beberapa menit setelah mendengar pernyataan cinta dari Raka. Ada rasa kaget, senang, heran dan bimbang di dalam hatinya. Kana berusaha mencari kebohongan di dalam mata pria itu tapi tak menemukan apapun.
"Apakah pria ini benar-benar tulus?"tanya Kana dalam hatinya.
Tatapan dan ucapan yang di berikan oleh Raka memang sangat meyakinkan sekali, tetapi Kana tetap merasakan sedikit keraguan di dalam hatinya akan ini semua.
Entah mengapa Kana saat ini merasa ingin mendapatkan sebuah ketulusan dan perhatian penuh dari seorang Raka. Orang yang dia kenal beberapa waktu lalu. Rasa nyaman saat bersama Raka ini sempat Kana rasakan juga di saat awal-awal dia berpacaran dengan seorang Farel Laskara Abnibrata.
"Ngapain kek orang bego di pintu?"tanya Moji.
Kana langsung melepaskan tangan Raka padanya dan menatap Moji cepat. Tingkah Kana saat ini sangat persis sekali seperti seorang kekasih yang kepergok sedang bermesraan bersama selingkuhannya. Raka tahu jika Kana sebelumnya pernah menyimpan rasa kepada Moji. Hal ini juga yang membuat Raka sedikit tidak suka dengan sikap Kana kepada Moji.
Gadis di sebelah Moji membuat pandangan Kana menjadi teralihkan dan fokus pada gadis itu.
***
Farel menatap ke arah laptop dengan tatapan datarnya. Ini sudah hari ke-10 dia berada di sini. Masalah di proyeknya kali ini hampir selesai namun ada masalah baru lagi yang terus menerus muncul sehingga mengharuskan Farel untuk turun secara langsung. Farel juga tidak bisa menolak keinginan kliennya.
Di sisi lainnya, ibu tirinya selalu saja menganggu Farel. Ini semua membuat konsentrasi Farel pecah kemana-mana.
"Masuk!"titah Farel saat mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.
Ini juga sudah menjadi hal biasa bagi Farel saat ada seorang karyawan yang datang membawakan berbagai berkas kepadanya. Bahkan di tengah malam tak jarang sekali Farel meminta karyawan atau sekretarisnya membawakan keperluannya.
Orang yang baru saja di teriaki masuk oleh Farel sekarang masuk perlahan-lahan dengan lenggak-lenggok pinggangnya yang menggoda. Farel tidak begitu memperhatikannya saat ini sebab tidak mengetahui bahwa orang yang datang kali ini bukanlah karyawan ataupun kliennya.
"Ini aku bawain makan malam buat kamu,"ucapnya dengan sangat lembut.
Farel langsung menghentikan kegiatannya dan beralih menatap orang yang kini berada di hadapannya.
"Ngapain ke sini?"tanya Farel tanpa basa-basi.
Gadis itu langsung merasa sedih saat mendengarkan ucapan Farel yang seakan-akan tidak menginginkan kehadirannya di sini. Tatapan dingin dari pria ini membuat gadis itu sedikit merasa ragu untuk mendekatinya.
Farel merasa sedikit familiar dengan sikap yang ditunjukkan oleh gadis ini saat ini. Sikap ini sama persis dengan Kana. Hal ini membuat Farel sedikit melunak.
"Kenapa kamu kesini,Qhila?"
Qhila, gadis ini sudah lama menyukai Farel. Dia adalah gadis yang seangkatan dengan Farel saat masih bersekolah. Awalnya Qhila tidak berani mendekati Farel sama sekali. Namun semenjak malam dimana Farel menolongnya di saat hendak di perkosa oleh segerombolan preman, membuat Qhila mulai memberanikan diri mendekati Farel.
Qhila tersenyum manis saat merasakan sikap batu Farel yang mulai melembut kepadanya.
"Aku cuma mau nganterin kamu makan malam,"jawab Qhila jujur.
Farel menatap gadis itu dan makanan yang sudah di hidangkan oleh Qhila di hadapannya. Semua makanan ini memang benar-benar makanan kesukaannya. Sepertinya Qhila sudah mengetahui banyak hal tentangnya, bahkan tanpa Farel sadari sedikitpun.
Jujur saja semua makanan ini menggugah selera Farel yang belum menyentuh makanan apapun dari siang.
"Makan dulu baru lanjutkan pekerjaan mu,"ucap Qhila dengan lembut.
Farel merasa seolah-olah Qhila yang berada di hadapannya saat ini adalah Kana.
Qhila hendak pergi setelah selesai menyediakan makanan tetapi tangannya di cekal begitu saja oleh Farel. Hal ini tentu saja membuat Qhila menjadi senang sekali. Qhila berbalik dan menatap ke arah Farel.

YOU ARE READING
KANAREL
Teen FictionEgois dan obsesi, Siapakah yang akan menjadi pemenangnya? Tidak ada yang tahu bukan? Ini tentang Farel Laskara Abnibrata, anak tunggal di keluarga Abnibrata. Terlahir di keluarga kaya raya tak dapat menghindarkan bahwa Farel akan di kejar oleh bany...