Down

144 14 2
                                    

Apa yang Vino takutkan benar-benar terjadi, setelah Bintang koma dan memasuki hari ke-3 Angkasa down. Mentalnya kembali terguncang membuat Angkasa menjadi lebih sering bergumam tak jelas dengan wajah yang sangat pucat.

Dio yang mengetahui hal itu segera meminta dokter kepercayaan keluarga Branata untuk memeriksanya.

"Maaf Di, Angkasa mengalami perguncangan mental, dan ini yang buat dia down kayak gini. Dia terlalu stres dan banyak pikiran." Jelas Dokter Bayu.

"Apa bakalan parah?" Tanya Dio cemas.

"Buat dia lupa sama masalahnya, atau alihkan pikiran dia dari masalahnya, kalau dibiarkan itu bakal buat dia semakin down dan bisa membuatnya koma."

Dio menghela nafas berat, Dokter Bayu menepuk pelan pundak sahabatnya itu dan beranjak pergi dari sana.

Dio kembali keruang rawat putranya. Angkasa dam Bintang dijadikan satu ruangan karena keinginan Vino. Alasannya hanya agar mudah menjaganya, padahal karena Vino tahu hanya Bintang yang diperlukan Angkasa jika sudah seperti ini.

"Loh kalian udah pulang?" Kaget Dio melihat semua teman-teman putranya.

"Iya Om, gurunya lagi pada rapart jadi pulangnya agak awal." Sahut Skala.

"Gimana keadaannya Bintang Om?" Tanya Leano.

"Keadaannya semakin membaik, tapi masih belum tahu kapan dia bangun." Sahut Dio lesu.

"Bintang pasti cepet sembuh! Dia kan anak nakal jadi pasti bakalan cepet bangun." Kata Alvin.

"Eunghh, hiks... Mama nakal!!"

Mereka serempak menoleh kearah ranjang Angkasa dan mengernyit kala Angkasa menggumam tak jelas. Vino segera mendekati sahabatnya dan merengkuhnya.

"Iya, Mama jahat ya?" Bisik Vino.

"Vino, hiks... Mama Vin, jahatt!!!" Racau Angkasa.

"Iya, Vino tahu, Angkasa jangan nagis lagi ya?" Bisik Vino.

Semua orang yang berada diruangan itu menatap iba pada Angkasa yang mentalnya tengah down. Mereka sudah mendengar cerita dari Vino yang mengatakan bahwa Angkasa pernah mengalami hal ini saat kecil.

Dio mendekati putra sulungnya dan mengusap pelan surai belakangnya. Angkasa mendongak dan menatap kearah ayahnya.

"Pa!! Hiksss... Mama Pa!! Marahin Mama!!" Adunya.

Dio segera memeluk putra sulungnya. Dia menggigit bibirnya sendiri menahan sesak melihat putranya kesakitan seperti ini. Dia bahkan sampai tidak tahu apa saja yang sudah putranya alami selama 10 tahun.

"Sttt... Angkasa jangan nagis dongk, nanti diejek sama adek mau? Mama nanti biar Papa marahin ya? Tapi Angkasa berhenti dulu nangisnya." Hibur Dio.

"Hiks... Beneran? Mama bakal dimarahin kan? Mama nakal soalnya." Cicit Angkasa.

Langit dan yang lainnya hanya mampu memalingkan wajah mereka guna menyembunyikan air mata mereka.

Vino sendiri langsung bergabung dengan teman-temannya dan langsung dipeluk oleh Langit, dia tahu adiknya tengah meredam kesedihannya sendiri.

Angkasa mulai tenang, dia sudah tidak menangis sesegukan tapi masih bergumam tak jelas membjat Dio hanya mengangguk menanggapinya.

Drrrtttt

Drrrttttt

Semua orang menatap Vino yang terlonjak kaget akibat dering ponselnya. Dia segera banhkit dan berjalan keluar ruangan untuk mengangkat telfon dari ayahnya.

Bintang dan Angkasa-nya                                         BROTERSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang