4. Bayangan Fana

136 28 1
                                    

Mata Laura sedari lekat menatap layar LED besar yang dihubungkan dengan konektor hingga suaranya jelas terdengar. Tidak ada suara selain dari mesin proyektor itu.

Laura menggigit bibir, menatap cermat ke depan. Sesekali alisnya bergerak penasaran. Walaupun membuatnya ngeri saat layar menampilkan seorang wanita yang dioperasi caesar. Tampak semua dokter yang menanganinya sibuk, tentu mereka begitu hati-hati, takut jika terjadi komplikasi.

Laura langsung menggigit bibir saat bayi berhasil dikeluarkan, namun ketegangan melanda saat tekanan darah pasien turun drastis.

Video itu langsung dijeda, Dosen Jian langsung menatap mahasiswanya lekat.

"Sekarang jelaskan apa yang dialami pasien," ujarnya menatap semua mahasiswa bedah yang berada di aula.

Ruangan ini memang besar, semua mahasiswa bedah dipersatukan di sini.

"Pendarahan postpatrum, terjadi karena pasien kehilangan banyak darah, usai melahirkan," sahut Raya. Dia yang berada tepat di samping Laura tersenyum yakin.

Dosen Jian mangut-mangut. "Benar, lalu berdasarkan video itu, apa yang menyebabkan resiko itu terjadi?" lontarnya butuh jawaban.

"Retensio plasenta," seorang mahasiswa bedah saraf menyahut.

Seseorang langsung menyangkalnya. "Lebih tepatnya Plasenta Akreta."
Suasana ruangan mulai dipenuhi suara bisik-bisik.

Laura semakin memperhatikan video itu, mecari jawaban yang sesuai. Pasti ada resiko yang mempengaruhi pendarahan itu cepat terjadi.

"Masalah pembekuan darah," kata Raya mengetukkan pulpennya ke meja.

Beberapa mahasiswa yang tadinya kebingungan mulai mendapat pencerahan. Itu jawaban yang lebih tepat.

Dosen Jian tersenyum hangat. "Kau yakin?" pantaunya.

"Bisa jadi si pasien memiliki gejala von willebrand, di mana si pasien mengalami gangguan dalam proses pembekuan darah. Gangguan koagulasi ini bisa berkaitan juga dengan hemofilia, dan odiopatik trombositopeniapurpura. Selain itu, komplikasi kehamilan seperti hipertensi dan preeklampsia gestasional," jelas Raya panjang lebar.

Semua mahasiswa langsung bertepuk tangan, memang Raya selalu unggul dalam analisa medis. Kemampuannya sudah diakui beberapa dosen.

"Tepat juga," celetuk Dosen Jian yang diangguki beberapa mahasiswa.

Sejenak Laura menarik napas, bangkit dari posisi berdiri dengan kedua tangan meremat rokok erat.

"Infeksi Endometrium!" sosor Laura, membuat semuanya langsung menatapnya. Sedikit membuatnya merasa cemas.

Alis Dosen Jian berkedut, terlihat ia berpikir. Terjadi jeda beberapa saat.

"Laura, mahasiswa unggul dalam ortopodi. Kau yakin dengan Jawabanmu itu?" tanyanya sarkas.

Laura meneguk ludah hambar. " Bisa Bu Dosen memutar kembali videonya," pintanya menahan gejolak ketakutan.

Dosen Jian menurut, video itu kembali diputar, menyita atensi semua mahasiswa kembali ke layar itu.

"Hentikan videonya!" Suara Laura meninggi, membuatnya jengah karena menjadi bahan tontonan.

Alis Bu Jian menukik saat menghentikan video itu. "Laura, kau tidak main-main," dengkusnya.

"Maaf, tapi aku menangkap sesuatu di bagian ini," ucap Laura yakin. "Perhatian saksama jam di dindingnya," sambungnya.

Semuanya ikut mengamati.
"Dosen Jian, bisa diulangi lagi," sambung Laura pelan.

Wound BoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang