Lisa terlihat masih menangis tersedu-sedu di taman Sekolah seorang diri. Gadis itu mengabaikan bel yang berbunyi beberapa waktu lalu pertanda waktu pelajaran telah di mulai.
Bagaimana caranya agar gadis itu bisa baik-baik saja setelah hatinya di lukai seperti ini. Apalagi orang-orang yang menyakitinya secara sadar adalah orang terdekatnya dan dia sayangi.
Tak sedikitpun terlintas di pikirannya jika Jaehyun akan menjadi sejahat itu padanya. Bukankah sejak lama laki-laki itu menyukainya dan dengan sabar mencoba meluluhkan hatinya hingga berhasil seperti sekarang?
Tapi mengapa malah menjadi seperti ini? Benarkah Jaehyun setega itu? Lisa benar-benar tak bisa berfikir jernih.
"Hiks... Brengsek.. " Lisa menutup wajahnya dengan kedua tangan, mencoba menekan tangisnya agar tidak terlalu keras.
"Jika tau akan seperti ini, aku tidak akan pernah membiarkannya mendekat padaku. Sialan."
Liss menengadah, menatap langit yang begitu cerah. Alam pun nampak tak peduli meski sekarang dirinya sedang sangat terluka.
Setidaknya, langit harus mendung meskipun tidak menurunkan hujan.Teringat pada Rosé, gadis itu hanya bisa mengepalkan tangannya.
Dia akui, jika ia ingin membenci gadis itu karena hal ini. Namun di sisi lain, dia tak bisa melakukannya. Sudah cukup jarak diantara mereka berdua terbentuk, dia tak ingin menambah lagi masalah dengannya. Hanya saja, apakah ini terdengar adil untuknya?"Diantara semua orang, kenapa harus Rosé, Jaehyun-shit. Pabbo.. "
Karena hatinya tidak kunjung membaik sejak tadi, maka dari itu ia memutuskan berdiam disana meski harus melewatkan mata pelajaran. Selain untuk menghindari orang-orang di kelasnya yang telah membuatnya seperti ini, dia juga sudah kepalang tidak mood melakukan apapun.
Tak jauh dari tempat Lisa berada, seorang laki-laki dengan seragam sekolah yang berbeda terlihat kebingungan berjalan kesana kemari seperti mencari-cari sesuatu.
Lisa yang mulai menyadari jika ada orang selain dirinya berada di sana, segera menghentikan tangisannya sebisa mungkin. Meski sudah tak mengeluarkan air mata, tetap saja nafasnya tersendat-sendat.
Ia berniat pergi meninggalkan tempat itu, namun seruan seseorang terpaksa membuat dirinya menahan langkah.
"Tunggu Nona!"
Terlambat, Laki-laki yang semula Lisa lihat dan ingin di hindari sudah berlari kecil ke arahnya sembari membentuk senyuman cerah secara alami.
Lisa melirik sekilas, tak ingin orang asing itu melihat wajah bengkaknya yang baru saja menangis.
Memalukan, fikirnya."Nuguseyo," gadis itu bertanya dengan nada dingin, bahkan dia bertanya tanpa melihat lawan bicaranya.
Laki-laki ber almamater kuning itu mencoba berdiri di hadapan Lisa, namun Lisa terus menghindar. Alhasil laki-laki itu pasrah dan segera menjawab pertanyaannya.
"Ah, Hai. Namaku Jungkook. Ini adalah hari pertamaku Sekolah di sini. Tapi aku sedang kebingungan."
Nada ramah dan lembut tersebut mampu membuat Lisa meliriknya kembali. Meskipun wajah gadis itu tidak bisa di katakan ramah sekarang.
"Salam kenal, Nona. Senang bertemu denganmu."
Masih dengan senyuman, Jungkook mengulurkan tangannya ke arah Lisa.
Lisa tak menyambut uluran tangan itu melainkan menatapnya dengan ketus.Menyadari jika gadis di hadapannya tidak tertarik, ia segera menjauhkan tangannya.
"Maaf. Sepertinya aku terlalu lancang."
Lisa hanya berdehem dan kembali menatap ke arah lain.
"Lisa."
"Huh?" Jungkook refleks bergumam, namun setelahnya lelaki itu beroh pelan.
"Ah, Ne. Lisa-Ssi."
Lisa yang tak ingin berlama-lama dengan orang asing itu akhirnya memutuskan pergi dari sana setelah menganggukan kepalanya singkat. Ia benar-benar tak peduli meski sebelumnya orang itu berkata tengah kebingungan.
"Chogi..Yo.."
Jungkook berniat menahan kepergian gadis itu karena ada hal lain yang ingin dia tanyakan, namun ia merasa tak nyaman jika gadis itu malah merasa terganggu. Alhasil setelah Lisa sudah tak terlihat lagi, Jungkook kembali melanjutkan langkahnya meski entah kemana kedua kaki itu akan membawanya.
"Ini yang aku benci jika sering berpindah-pindah sekolah.
Tapi, apakah aku pernah bertemu dengannya sebelumnya? Wajahnya terlihat tidak asing."Setelah menggeleng pelan dan mengusak rambut belakangnya, Jungkook menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya secara perlahan.
_____________________________
Rosé sedari tadi terus menempel pada Jaehyun. Bahkan gadis itu bertingkah manja saat laki-laki itu akan pergi latihan basket bersama Timnya.
"Tidak bisakah kau bolos saja hari ini, Jaehyun-ah? Aku sedang sangat ingin bersamamu."
Jaehyun tersenyum tipis.
"Aku hanya bermain sebentar. Kau juga bisa melihatku latihan disana,"
Rosé mengembungkan pipinya dan menggeleng.
"Tapi Jaehyun-ah... "
Jaehyun hampir saja terpancing emosi menghadapi tingkah laku manja kekasih barunya itu, namun melihat kedatangan Lisa yang tak di sangka ke dalam kelas membuat dirinya mengurungkan niat.
Dia bahkan mulai membentuk senyuman lebar dan menatap Rosé dalam-dalam."Baiklah. Karena kekasih tercintaku yang memintanya aku akan menurut."
Seolah di sengaja dengan suara cukup keras, Jaehyun juga mulai mengusap rambut gadis itu saat Lisa melirik ke arah mereka.
Rosé terlihat tersipu bahkan memukul manja bahu laki-laki itu.
"Ish. Jaehyun-ah ... "
"Ayo Tuan Putri, anda ingin pergi kemana? Pangeran akan mengabulkan keinginanmu."
Jaehyun benar-benar bersikap manis.
Dia juga merangkul bahu Rosé di sampingnya. Rosé rasanya ingin terbang saat itu juga, namun saat menyadari jika gadis yang ia benci terlihat oleh matanya moodnya turun beberapa persen."Kenapa kau melihatku seperti itu?"
Lisa segera menatap ke arah lain, mencoba mengabaikan mereka. Dengan cepat ia berjalan ke bangkunya. Ia merasa keputusannya masuk ke kelas saat jam istirahat adalah pilihan yang salah. Harusnya tadi dia langsung pulang saja.
"Yak! Kau mengabaikanku?! Gadis sialan itu.. "
"Sudahlah sayang. Sebaiknya kita pergi. Mau es krim tidak?"