13. Dunia Ylfa

105 36 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


∆∆∆

"Kenapa lo baik banget? Harusnya saat itu gue tolak lo mentah-mentah. Jadi gue gak harus ngerasa terbebani gini."

Ruangan hening cukup lama. Dua remaja yang sedang berefolusi ke tahap dewasa itu sama-sama hanyut dalam pemikiran mereka sendiri. Hingga beberapa saat kemudian, helaan napas panjang Ylfa terdengar. Membuat Grace tersadar kembali.
      
"Sifat pengertian lo dan Diana selalu ngeberatin gue Grace. Gue selalu ngerasa jadi orang jahat setiap kali kalian cerita ke gue tentang masalah Kalian. Tapi kalian gak pernah ngejar gue buat balik cerita tentang masalah gue."
      
"Karena gue gak mau lo risih sama gue Fa. Dan berakhir lo jauhin gue dan Diana. Gue tahu, akan ada waktunya lo terbuka ke gue dan Diana. Kita gak akan pernah ngejar lo buat cerita. Sebaliknya, gue dan Diana bakal nunggu sampe lo siap."

Sekali lagi, Ylfa menghela napas dalam. Rasanya tak adil jika hanya Grace yang bercerita masa kelamnya padanya.
      
"Grace, gue hidup di keluarga yang hancur. Orang tua gue sama-sama sibuk dengan dunia mereka. Kita bertiga gak pernah curhat ataupun berbagi kabar. Itu yang ngebuat gue selalu mendem semuanya sendiri."
      
Tersentak. Grace tersentak mendengar sedikit dari kisah Ylfa. Grace kira, Ylfa anak dari keluarga berada yang hidup harmonis. Tapi ternyata?
      
"Papa dan Mama gue nikah karena bisnis. Lebih tepatnya perjodohan keluarga. Tujuan gue terlahir di dunia ini cuman sekedar untuk kepentingan bisnis mereka berdua. Setelah gue lahir, Kakek dan Nenek gue sepakat bakal nyerahin perusahaan bisnis mereka masing-masing ke tangan Papa dan Mama gue. Itu kenapa gue ada di dunia."
      
Tak ada yang bisa Grace lakukan selain terdiam menikmati rasa terkejutnya.
      
"Dulu, Aaraf itu tetangga gue di Bali. Keadaan kita gak jauh beda saat itu. Itu kenapa gue dan dia bisa jadi temen deket. Kita pisah karena gue harus ikut Mama ke negara lain setelah cerai sama Papa."
      
"Itu kenapa lo sama Aaraf selalu berantem di sekolah?"
      
"Iya. Karena gue ninggalin dia tanpa pamit."
      
"Bukannya harusnya salah satu diantara kalian harus minta maaf?"
      
Wajah Ylfa kembali datar. "Iya. Gue yang harusnya minta maaf."
      
"Terus kenapa gak minta maaf? Keadaannya gak mungkin serunyam ini kalau lo minta maaf kan?"
      
Ahh, nada keibuan penuh kehangat itu. Ylfa membencinya setiap kali Grace mengeluarkan jurus andalannya. Jurus untuk memancingnya agar mau mengalahkan egonya. Harga diri tertinggi seorang Ylfa.
      
"Gue pantang minta maaf. Lagian juga, waktu itu kita masih kecil."
      
Grace tersenyum hangat. "Turunin ego lo. Sedikit aja, dengan begitu lo yang bakal menang."
      
"Menang atau kalah?" Celetuk Ylfa.
      
"Ngalah gak selamanya kalah Ylfa."
      
"Ahh udah ahh. Gue udah terlalu banyak ngomong. Sekarang gue cape."

Ylfa meneguk rakus minuman dinginnya. Mengabaikan Grace yang kembali terkekeh.
      
"Ayah biologisnya Frits keturunan Belanda. Karena itu gue selalu nolak lebih lama buat deket sama Malik. Karena Malik juga keturunan Belanda. Gue childhis banget kan?"
      
Ylfa mendelik kesal. "Lo nyindir gue?"
      
"Nyindir apa?"
      
"Childhis."
     
Grace kembali terkekeh geli. Temannya ini sebenarnya sadar diri. Namun terlalu menjunjung tinggi ego nya.
      
"Frits, nama anak lo?"
      
"He em. Artinya penguasa perdamaian. Gue mau dia tumbuh jadi anak yang penuh damai. Bukan kaya gue yang pendendam." Sorot mata Grace kembali menyendu.
      
"Dia bakal hidup kaya lo Grace. Karena dia hidup sama lo. Kata siapa lo pendendam? Lo orang terbaik yang pernah gue temuin selama gue hidup. Tahu kenapa gue nerima lo jadi temen gue? Karena gue nyaman sama lo. Yang pastinya, lo jauh dari kata pendendam."
      
"Lo ngomong gitu karena gak tahu sifat gue sepenuhnya Fa. Setiap waktu, gue selalu pengen bunuh bajingan itu."
      
"Manusiawi. Kalo gue jadi lo, gue juga pasti bakal bunuh dia."

Tangled Thread (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang