00.53

596 51 3
                                    

"Jadi sebenarnya Kenma itu kenapa dok? Kenapa dia tiba-tiba pingsan dan ngeluarin cairan?!" panik Kuroo.

Dokter yang mendengar itu menatapnya dengan tatapan seriusnya. "Cairan yang keluar adalah air ketuban yang berlebihan."

Mata Kuroo membulat mendengar itu. Dia tidak paham apa maksudnya, tetapi bukankah ini tidak baik?

"Tapi anak saya gak papa, kan Dok?"

"Saya tidak bisa memastikan hal itu. Tapi semoga saja tidak papa, ya Pak."

"Kenma? Gimana dengan Kenma?"

"Ada beberapa bakteri yang masuk dan menyerang tubuh Kozume-san. Jika di biarkan dia akan tewas tepat setelah melahirkan."

Teng!

Tewas?

Tewas katanya?

Tunggu-apakah tewas yang di maksud itu adalah mati?

Maksudnya Kenma akan mati?

Kuroo terdiam mendengar itu. Otaknya seakan berhenti bekerja tepat setelah mendengar perkataan sang dokter. Pandangannya menatap lurus Dldokter yang masih terus berbicara.

Kuroo tidak bisa mendengarnya.

Suara yang dia buat di otaknya lebih kuat dari pada suara Dokter itu.

Bagaimana ini?

Bagaimana ini?

Apa yang harus dia lakukan?

"Saya akan mengatakan ini dengan jujur. Kami hanya bisa menyelamatkan salah satunya."

Deg

"Tidak bisa keduanya."

Kesadarannya seketika kembali ketika mendengar tiga kata terakhir Dokter itu. Dia menatap sang Dokter dengan tatapan tak percayanya.

"Kenapa Dok? Kenapa gak bisa selametin mereka berdua?"

"Anda dokter, kan? Kenapa bilang gak bisa nyelametin pasien sendiri?" tanya Kuroo dengan wajah panik dan linglungnya.

Sang dokter hanya menatapnya datar kemudian berkata. "Karena saya tidak bisa, makanya saya mengatakan ini pada anda."

"Tapi tenang saja. Kami akan berusaha agar keduanya selamat."

~

Kuroo berjalan dengan langkah yang pendek dan lesu. Otaknya kacau saat ini ketika mendengar pernyataan Dokter itu.

Padahal...

Padahal.... Dia baru saja bertemu lagi dengan Kenma sejak 3 bulan lamanya.

Padahal Kuroo sudah menunggu saat-saat di mana anak itu akan lahir ke dunia.

Kuroo sudah menunggunya.

Tetapi kenapa malah seperti ini?

Dia menghentikan langkahnya tepat di depan ruang IGD, Kuroo tidak tahu harus melakukan apa. Jika dia memilih anaknya, dia akan kehilangan Kenma. Jika dia memilih Kenma dia akan kehilangan darah dagingnya sendiri.

Siapa?

Siapa yang harus Kuroo selamatkan?

Kuroo mengacak rambutnya frustasi akibat memikirkan hal itu. Dokter itu.... Benar-benar membuat Kuroo harus berfikir keras.

Kuroo berhenti mengacak rambutnya ketika memikirkan itu. Ah, dia punya ide.

Sepertinya dia harus pindah rumah sakit. Ke rumah sakit besar yang peralatannya lebih memandai dan ada Dokter hebatnya! Ya, benar! Dia harus melakukan itu! Dengan begitu Kuroo pasti bisa menyelamatkan Kenma dan anaknya, kan?

Kuroo meraih gagang pintu itu kemudian mendorongnya. Melangkahkan kakinya menuju ke arah ranjang rumah sakit yang sudah terdapat Kenma dengan beberapa alat medis di tubuhnya.

"Tetsurou."

Kuroo mempercepat langkahnya ketika Kenma memanggil namanya, dia duduk di sebelah ranjang itu dan menggenggam jari jemari yang terasa dingin itu.

"Iya Ken, kamu butuh sesuatu?"

Kenma meliriknya kemudian menggelengkan kepalanya. "Enggak.... Tapi..." Kenma mengigit bibir bawahnya mencoba untuk menghentikan bibirnya yang gemetar hebat. "Anak kita, gak papa, kan?"

Kuroo merasa sesak mendengar itu.

Dia butuh oksigen.

Kenapa di ruangan ini oksigen sangat sedikit?

Kuroo mengeratkan genggamannya pada jari-jari itu. "Gak papa, kamu tenang aja. Dia kuat kok, kayak kamu!"

Kenma yang mendengar itu merasa sedikit lega. Tangan kirinya bergerak untuk mengusap perutnya dengan lembut.

"Tetsu... Kata Dokter anak kita bakalan lahir prematur."

"Itu artinya dia bakalan lebih mungil dari pada bayi pada umumnya, kan?"

Kuroo mengangguk kecil. Kemudian menggerakkan tangan Kenma mendekat pada bibirnya dan mengecupnya singkat.

"Gak papa, nanti dia gemesin kayak kamu."

Sudut bibirnya terangkat tipis mendengar itu. "Semoga, ya."

Bibir Kuroo gemetar menyaksikan Kenma yang tersenyum lembut itu. Sial sial sial sial. Apa yang harus dia lakukan? Kuroo tidak ingin berhenti melihat senyum itu. Sangat tidak ingin.

"Kalo semisalnya Dokter ngasih kamu pilihan. Kamu pilih anak kita, ya?"

Deg

"Jangan pilih aku.... Kamu harus ngedahuluin anak kita dulu."

Kuroo diam beberapa saat.

Tidak sanggup berbicara sepatah kata pun mendengar itu.

"Kayak yang kamu omongin pas itu." Kenma kembali tersenyum.

"Ja-"

"Jangan ngomong yang aneh-aneh gitu." Kuroo kembali berbicara.

"Dokter gak bakalan ngasih pilihan itu. Kalian berdua pasti selamat!" Kuroo berkata sambil memaksakan bibirnya untuk tersenyum.

Meskipun sebenarnya dia ingin menangis kejar saat ini.

Lika-liku • Kuroken[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang