Chio duduk di depan Jae Eun, "Apa menurutmu dia bisa sembuh?" tanya Chio.

"Kau berharap dia sembuh?" Chio mengangguk.

"Kalau begitu, bimbing dia dan selalu ada untuknya, sadarkan dia akan perbuatannya secara perlahan, dia tak akan mau berbicara denganku karena aku adalah versi perempuan dari Jaemin, dia jelas terganggu akan itu." ujar Jae Eun.

"Apa dia mau mendengarkanku?" lirih Chio.

"Dia mau." Chio mendongak saat mendengar itu.

"Apa maksudmu?" tanya Chio.

"Dia tidak mau mendengarkanku atau dokter yang lain, tetapi dia masih meresponmu. Saat ini kemungkian besar, orang yang bisa ia percaya dan ajak bicara adalah dirimu seorang." Ujar Jae Eun, Chio diam, memikirkan perkataan Jae Eun.

"Chio, aku boleh tanya?" Chio mengangguk.

"Kau benar-benar jatuh cinta padanya?" Chio mengangguk.

"Murni atau karena kasihan?" tanya Jae Eun.

"Aku tidak mencintai atau menyukai karena kasihan. Aku bukan pria brengsek." Jae Eun mengangguk, dia tahu benar bagaimana tabiat Chio.

"Meski dia telah membunuh?" tanya Jae Eun.

"Mm, benar." Jawab Chio dengan kilat mata penuh keyakinan.

"Bagaimana dengan keluarganya? Kau menyukai mereka?" tanya Jae Eun, di sini Chio menghela nafas.

"Ini yang aku bingungkan, aku tidak menyukai bagaimana orang tuanya bersikap, tetapi aku begitu mencintai putra mereka." Jae Eun jadi kasihan pada Chio.

"Saat ini bantu Jungwoo saja, urusan orang tuanya, sadarkan mereka untuk tidak mengusik Yuta dan Jaemin, terutama noonanya, cegah dia untuk tidak mengusik Yuta dan Jaemin lagi. Aku kasihan pada Yuta lama-lama yang ditekan sepert ini." Chio mengangguk paham.

"Ah benar, apa Jaemin baik-baik saja?" Chio mengangguk.

"Jungwoo, dia hamil kan?" Chio mengangguk lagi.

"Apa dia menerimanya?" tanya Jae Eun.

"Aku tidak tahu, tapi aku sudah memperingatinya dulu, kalau dia menggugurkan secara paksa, dia tidak akan pernah bisa hamil lagi, setidaknya dia menerima anaknya. Tunggu saja sampai dia benar-benar menerima anak itu." ujar Chio.

"Kau sendiri, apa kau menerima anak itu?" tanya Jae Eun.

"Mm, apapun yang ada padanya, aku menerimanya." Ujar Chio yakin.

"Aku harap kau teguh dengan perkataanmu itu hingga seterusnya." Chio tersenyum menanggapinya.

"Aku tahu itu berat, menerima anak dari orang yang kau cinta tapi itu bukan darah dagingmu, tapi aku tahu kau kuat dan bisa melewati ini." Ujar Jae Eun.

"Terimakasih."

***

"Haechan" Renjun memanggil sang kekasih yang sedang sibuk main game di sebelahnya yang sibuk menggambar.

"Hm?" sahut Haechan.

"Kau mau membuat matamu makin tambah parah? Berhenti main game!" tegur Renjun, Haechan menurut, dia segera menyelesaikan permainannya lalu mematikan ponselnya, dia menatap Renjun yang kini memasang wajah galak yang lucu.

"Kau ingin apa?" tanya Haechan.

"Bantu aku menyelesaikan gambar ini." Haechan mengangguk, ia bangun dari duduknya, mengangkat tubuh Renjun dan memangkunya. Keduanya pun sibuk menggambar dan mewarna, dengan pipi Renjun yang merah merona.

Sedangkan di dapur, Jeno tengah meminum susunya, tidak ada Jaehyun karena kekasihnya itu sedang membereskan kamarnya. Jaehyun katanya ingin membuat kamar Jeno lebih nyaman dari sebelumnya, mengingat pemuda Lee itu tengah hamil anak Jaehyun.

Setelah tadi mendapat kabar 'baik' dari Yuta dan Jaemin perihal bayi kembar mereka di ruang latihan tadi, Jeno jadi diam. Dia memikirkan banyak hal saat ini, apalagi tadi juga dia mendengar rekaman Jungwoo yang diputar oleh Sungchan.

"Kenapa melamun?" Jeno tersentak kaget dan menatap Jaehyun yang sudah selesai menata kamarnya.

"Aku memikirkan Jungwoo hyung." Jaehyun mengernyit, dia duduk di sebelah Jeno.

"Apa yang kau pikirkan tentangnya?" tanya Jaehyun.

"Kenapa Jungwoo hyung tetap kukuh pada pendiriannya untuk tidak meminta maaf padahal itu adalah hal mudah, hal paling sepele namun sangat berpengaruh pada hidup seseorang. Aku berkata seperti ini bukan ingin ikut campur atau apa, aku hanya ingin berpendapat saja. Aku hanya merasa Jungwoo hyung benar-benar sudah tidak tertolong akan obsesinya pada Yuta hyung." Jaehyun mengangguk kecil, dulu ia pikir Jungwoo akan berubah secara perlahan apalagi setelah Jaemin memberikannya 'pelajaran', tapi sepertinya itu tidak benar-benar membuat Jungwoo sadar dan kapok.

"Rasa suka tidak mudah hilang, bukan begitu?" Jeno menatap Jaehyun yang tersenyum padanya, dia mengusap kepala Jeno.

"Tidak perlu dipikirkan, pikirkan saja anak kita bagaimana. Kita hanya perlu mendoakan Jungwoo supaya dia cepat sadar dan meminta maaf pada Jaemin juga merelakan semua yang terjadi padanya." Jeno mengangguk dengan pipi memerah samar, dia kembali meminum susunya.

"Apa kalian lapar?" keduanya menoleh pada Haechan yang masuk ke dapur.

"Mm, aku lapar." Jawab Jeno.

"Tidak heran, para papa hamil ini memang kelaparan semua, baiklah kau mau apa? Jaemin dan Renjun sudah pesan, aku dan duo maknae akan beli makanan." Jeno pun memesan makanan, Jaehyun memesan menu yang sama dengan Jeno, untuk memudahkan Haechan.

"Oke, aku pergi dulu, tolong jaga Renjun ya?" Jaehyun dan Jeno mengangguk. Haechan pun segera pergi bersama Chenle dan Jisung.

"Hyung sudah habis." Jaehyun berdiri dan meraih gelas Jeno, dia mencucinya, sedangkan Jeno pergi ke ruang tengah, ingin mengganggu Renjun, yang ternyata si mungil itu sudah diganggu oleh Jaemin yang ditinggal Yuta.

"NAKAMOTO JAEMIN!!!" meledak juga akhirnya si mungil kesayangan Haechan. Jaemin terkekeh.

"Senang bisa menggodamu." Jeno langsung duduk di antara Jaemin dan Renjun, menengahi keduanya.

"Hey sudah!" Jaemin pun diam, dia mulai mendusal pada Jeno.

"Yuta hyung sedang selingkuh dengan Taeyong hyung dan Johnny hyung, huhu..." Jeno hanya geleng kepala saat Jaemin mulai mendrama.

"Siapa tadi saat di ruang latihan minta kamera baru dan sepatu baru tapi harus menurut Johnny hyung dan Taeyong hyung?" Jaemin nyengir saat diingatkan akan keinginannya tadi di ruang latihan pada sang suami juga dua hyungnya.

"Ah iya hehehe..." Jeno geleng kepala, sedangkan Renjun sudah masa bodoh dengan sahabatnya itu, dia lebih memilih fokus pada gambarannya yang tadi kegiatannya sempat terganggu karena Jaemin.

Jaehyun yang baru keluar dari dapur terkekeh gemas, dia diam-diam memotret moment norenmin dan mengirimnya ke grup, kebetulan ketiga calon papa/mama muda itu sama-sama tidak membawa ponsel.

'Aih menggemaskan...'

🐙49🐰

[YUTA X JAEMIN] Our Secret StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang