Part 12

1.9K 174 11
                                    


Tujuh hari dalam seminggu. Mungkin masih banyak yang mempertanyakan kenapa hari minggu dekat sekali dengan senin, ketika hari senin justru menjaga jarak sebegitu jauhnya dengan minggu.

Senin harus melewati selasa, rabu, kamis, jumat dan juga sabtu untuk bertemu minggu kembali. Maka, Fort pikir ia sudah memberikan waktu yang cukup untuk Peat memutuskan, ajakannya ke taman bermain.

"Jadi bagaimana?" Seru Fort di belakang Peat yang sedang mencuci piring.

Peat menghela napas. Fort tidak mungkin melepaskannya begitu saja.

Hari ini hari sabtu, tepat tujuh hari saat di mana Fort mengajaknya ke taman bermain minggu lalu. Peat dengan sengaja mengulur-ngulur waktu menjawab. "Besok sudah minggu, kamu lihat sendiri sekarang Alex bahkan sudah bersiap-siap," Sambung Fort.

Peat berbalik, mengintip dari balik tubuh besar Fort. Alex dengan kaki kecilnya berlari ke sana ke mari. Mengumpulkan mainan-mainannya dan menjejalkannya ke tas berbentuk kepala panda. Anak itu sudah tidak sabar menanti hari esok.

"Alex pasti sedih jika kamu tidak ikut."

Peat dapat melihat bibir Fort melengkung ke bawah. Sebenarnya yang sedih anak atau ayahnya jika Peat tidak ikut sih?

Peat terlihat berpikir, matanya bergerak-gerak dengan kerutan di dahi. Ia sudah sejauh ini menjaga jarak dengan Fort. Jangan sampai ia salah mengambil keputusan.

"Aku tidak bisa, hari senin tugasku menumpuk," Kilah Peat.

Wajah Fort berubah ceria, "Hari ini aku antar kamu pulang cepat deh, tanpa perlu menungguiku merokok."

Semenjak perjanjian kemarin, Peat memang diizinkan Fort untuk pulang saat Alex sudah tertidur. Namun, Fort merokok dulu satu batang dengan Peat yang menungguinya sambil memainkan tali tasnya.

Peat masih terlihat ragu, "Err... baiklah.." Jawabnya pelan.

Fort melonjak senang. Tangannya terbuka, bersiap untuk memeluk Peat. Dengan cepat Peat menghindar.

"Perjanjian!" Teriak Peat dengan kesal. Fort hanya terkekeh sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Kalau begitu besok aku je-"

Belum selesai Fort berbicara, Peat sudah meninggalkannya ke ruang tengah. Ia tidak melihat, betapa sedih raut wajah Fort kala itu.

Peat menatap pantulan dirinya di cermin. Pundaknya turun, ia tidak bersemangat. Seberapa kuat dia berusaha, tetap saja ia merasa bahwa dirinya tidak akan mampu bersanding dengan Fort.

Bohong kalau Peat tidak ingin langsung mengiyakan ajakan Fort ke taman bermain minggu lalu. Ia sangat senang. Dadanya bergemuruh ketika Fort seakan mengajaknya berkencan. Peat kira, Fort tidak menyukai taman bermain, ya tipikal orang dewasa lainnya. Tapi Fort justru mengajaknya pergi ke taman bermain dengan Alex. Sekali lagi Peat melihat penampilannya di cermin.

"Apa tidak jadi ikut saja ya.." Gumamnya.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Peat. Ayahnya berada di sana, dengan kepala yang menyembul lucu.

"Boleh pho masuk?" Peat tertawa mendengar ayahnya meminta izin seperti itu.

"Sejak kapan pho izin masuk kamarku? Biasanya juga sering mengambil biskuit yang aku sembunyikan di meja belajar," Ucap Peat.

Ayah Peat melangkah masuk, mendudukan dirinya di ranjang anaknya.

"Sejak anak pho sudah punya pacar dan ingin pergi berkencan sekarang," Ledek ayah Peat.

Wajah Peat memerah. Buru-buru ia berbalik lagi ke kaca, pura-pura sibuk menata rambutnya "Mau ke mana?"

Peat memandang balik ayahnya melalui cermin, "Taman bermain."

My kid Babysitter is My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang