14.

975 52 4
                                    

Sebuah mobil berhenti di depan caffe Umi Zahra. Tak lain mobil tersebut adalah milik Zidan.

"Zahra turun dulu, Assalamu'alaikum," pamit Zahra mencium tangan Zidan.

"Iya sayang, Waalaikumsalam," sahut Zidan mencium dahi Zahra.

"Beneran gak apa-apa itu? Enggak mau ke Dokter dulu?" tanya Zidan menatap Zahra khawatir mengingat kejadian Zahra ketumpahan teh.

"Enggak apa-apa, tadi udah di olesin salap juga kok. Abang ke kantor aja, udah di tungguin Mas Arkan juga 'kan mau rapat katanya," ujar Zahra melepas seatbeltnya.

"Yaudah nanti kalau memang mau ke Dokter atau sakitnya enggak kurang telpon Abang yang sayang," ucap Zidan meraih pipi Zahra.

Cup ...,

"Abang berangkat dulu," ujar Zidan setelah mencium pipi Zahra dan Zahra turun dari mobil.

"Iya Abang hati-hati," balas Zahra dengan menutup pintu mobil.

Setelahnya Zidan pun mengemudikan mobil menuju kantor sedang Zahra masuk ke dalam caffe Uminya.

Zahra memainkan ponselnya hendak menelepon Syifa, meminta sahabatnya itu untuk datang ke caffe Uminya dan membicarakan hal yang tadi sempat tertunda karena insiden teh yang tumpah.

"Assalamu'alaikum, Syifa dimana?" tanya Zahra saat panggilannya telah tersambung.

"Wa'alaikumsalam, Syifa di sini ...," ujar sahabatnya itu mengejutkan Zahra.

"Astagfirullah," ucap Zahra mengusap dadanya, "Kapan nyampe nya?" tanya Zahra melirik sekitar keduanya.

"Baru aja, Zahra pasti nyariin mobil yang nganter Syifa 'kan? Mobilnya gak ada, soalnya Syifa naik taxi tadi," ujar Syifa mulai berjalan masuk ke dalam caffe.

"Loh kenapa enggak di antar?" tanya Zahra menutup kembali pintu caffe.

"Enggak mau aja, lagi pengen naik taxi aja," ujar Syifa membuat Zahra menatap Syifa bingung.

"Eh Syifa," ujar Umi yang datang dari arah dapur.

"Umi ...," Syifa menghambur ke pelukan Umi, "Rindu sekali dengan Umi," ujar Syifa memeluk Umi.

"Umi juga," balas Umi mengusap kepala Syifa lembut, "Alfa nya mana? Kok enggak di bawa?" tanya Umi.

"Enggak di kasih bawa sama Bunda," jawab Syifa.

"Loh kenapa?" tanya Umi menatap Syifa.

"Kata Bunda, hari ini Bunda mau ke rumah sepupunya jadi mau di temenin Alfa, yaudah karena Neneknya minta gitu," ujar Syifa membuat Umi tersenyum.

"Yaudah, Syifa di sini aja di temenin Zafran," ujar Bunda melirik Zafran yang sibuk dengan pancake strawberry.

"Wah ..., Anak pinter lagi mam apa tuh," ujar Syifa mendekat ke arah Zafran.

"Temenin Syifa aja, Umi keluar sebentar. Mau beli bahan kue," ujar Umi pada Zahra di balas anggukkan.

Zahra pun duduk di hadapan Syifa dan Zafran, membelakangi pintu masuk caffe.

"Syifa," panggil Zahra membuat Syifa beralih menatap Zahra, "Keadaan Farah sekarang gimana ya?" tanya Zahra.

"Farah, eum ..., Syifa juga kurang tau, tapi kemarin Syifa sempat nelepon Pak Fatur, kata Pak Fatur nanti kalau kondisi Farah sudah stabil, Pak Fatur bakal ngehubungin Syifa dan ngijinin Farah buat main lagi," ujar Syifa.

"Zahra kangen Farah," ujar Zahra menopang wajahnya dengan tangan.

"Syifa juga, tapi kita gak bisa maksain kehendak kita 'kan Zahra buat nemuin Farah sementara Farah masih sakit," ujar Syifa memberi pengertian pada Zahra.

LUKA atau OBAT ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang