CHAPTER 27 | STREES

13K 2.4K 1K
                                    

Sebelum baca vote dulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebelum baca vote dulu.

Minimal 1k komen dan 1k vote dulu buat update ke chapter selanjutnya.


Yang udah baca chapter ini minta tolong tag aku di Instagram ya

⚠️ Harap bijak ketika membaca ⚠️

Are you ready?

® Happy reading ®

---000---

Playlist—Cupid

Matahari sudah tenggelam beberapa jam lalu. Semua murid di SMA Elang menyantap makan malam di kantin asrama bersama-sama. Begitu juga dengan Cakrawala, Laksmana, serta Candrananta dan Damar. Seperti biasa, mereka berempat duduk di satu meja yang sama.

Sejak tragedi besar menimpa Kalingga, mereka kira kehidupan di asrama mereka akan berjalan tenang. Namun nyatanya tidak demikian.

Semakin hari sikap Cakrawala semakin menjengkelkan dimata teman-temannya.

"Harusnya sikap lo nggak gitu, Cak," ucap Damar mencoba menasehati.

"Ngomong sama dia itu kayak ngomong sama batu, percuma," sahut Candrananta.

Sementara itu Laksmana yang menerima luka paling banyak dari Cakrawala hanya diam membisu, ia seakan sudah kehilangan respect dengan Cakrawala.

"Ambilin kecapnya dong," pinta Cakrawala pada Laksmana.

Posisi kecap itu ada di atas meja, disamping Laksmana dan jauh dari jangkauan Cakrawala.

Laksmana mendengar permintaan dari Cakrawala itu, namun ia tidak memberikan respon apapun dan justru melanjutkan makan seperti tidak terjadi apa-apa.

Cakrawala berdecak, ia pun akhirnya bangkit berdiri dan meraih kecap itu dengan tangannya sendiri.

"Laks, minta tolong ambilin tisu di samping lo," pinta Damar.

Laksmana meraih sekotak tisu yang ada di ujung meja makan, dimana masih berada dalam jangkauannya. Ia lantas memberikan sekotak tisu tersebut pada Damar.

Cakrawala yang menyadari respon Laksmana berbeda itu menggerutu dengan eskpresi kesal yang terpampang nyata.

"Tadi sama gue ngebisu, giliran sama yang lain mau."

          

"Ye, si anying. Itu dia marah sama lo," tutur Candrananta.

Laksmana masih bisa mendengar ucapan rekannya tersebut.

"Yague tau," jawab Sadawira.

"Laks, kalo gue jadi lo. Gue nggak tahan punya sodara modelan gini." Candrananta melirik Cakrawala.

"Ngebacot mulu lo."

"Ini bocah ngeselin banget, sumpah!"

"Lagian gue juga udah minta maaf berulangkali."

"Iya minta maaf berulangkali, tapi ngelakuin kesalahannya juga sama aja berkali-kali," sahut Damar.

Sedari tadi Laksmana makan dia sama sekali tidak berbicara pada Cakrawala. Alih-alih mengobrol, menatap laki-laki itu saja dia enggan. Sikap Laksmana memang biasanya dingin, namun tidak sedingin kali ini. Sikapnya sekarang sudah pada level puncak ketidakpedulian.

Berbeda dengan Cakrawala yang ketika marah bagaikan gunung meletus, Laksmana ketika marah seperti dalamnya lautan, dia hanya diam.

Laksmana cenderung tidak mau tahu dengan segala hal tentang seseorang yang menjadi penyebab kemarahannya tersebut.

"Lo suka sama si Zalisha?" Tanya Candrananta.

"Iya, apa sikap gue masih kurang jelas?" Jawab Cakrawala blak-blakan.

Genggaman tangan Laksmana pada sendok semakin erat, rahangnya mengeras. Ekspresinya mengisyaratkan bahwa ia tidak suka dengan hal tersebut.

Damar sebagai orang yang paling peka diantara mereka, dapat memahami situasi apa yang terjadi diantara mereka saat ini.

"Lo jangan sampe suka sama Zalisha," sahut Damar.

Cakrawala memandang Damar tajam. "Kenapa?"

"Urusan sama bokapnya itu ribet," jawab Damar.

Jujur saja dibalik lubuk hati Damar yang terdalam, ia sedikit tidak menyetujui Cakrawala dengan Zalisha karena sebagai siswa yang sudah lama bersekolah di SMA Elang ini, ia tahu bagaimana kisah antara Laksmana dan Zalisha.

Ponsel yang berada didalam kantung celana Cakrawala berdenting lantaran ada notifikasi chat yang masuk. Cakrawala meraih ponselnya untuk memeriksa.

Zalisha:
Jangan lupa malam ini lo ada jadwal konseling sama kakak gue.

Cakrawala tersenyum mendapati pesan tersebut. Ia segera menyelesaikan makannya.

"Lepasin tangan gue, sakit!"

Zalisha berusaha melepaskan cengkraman tangan Cakrawala di lengannya.

"Oke! Oke! Gue nggak akan ngejauhin lo lagi!" Seru Zalisha di atas roftoop.

Cakrawala tersenyum senang mendengar ucapan Zalisha tersebut. Cengkraman tangannya pada lengan gadis itu mulai mengendur. Zalisha mengambil napas dalam-dalam. Namun berbeda dengan Laksmana yang juga berada di situ dan mendengarnya. Ia tampak begitu tidak suka.

"Tapi dengan satu syarat," lanjut Zalisha.

"Syarat?" Cakrawala memandang tajam gadis di hadapannya. "Apa syaratnya?"

"Lo harus mau konsul ke kakak gue."

"Okey. Gue pegang kata-kata lo, tapi kalo lo sampe ngingkarin janji. Lo akan tau apa yang bisa gue lakuin ke elo," ancam Cakrawala.

Zalisha mengangguk kaku. Cakrawala tersenyum puas. Ia meraih tangan Zalisha kemudian memeluk gadis itu seraya mengusap lembut puncak kepala gadis itu.

3. SAVE MEWhere stories live. Discover now